SERANG, BANPOS – Libur lebaran selain digunakan untuk silaturahmi dengan keluarga juga dimanfaatkan untuk berwisata. Walaupun sebagaimana diketahui, ketika masa liburan seperti ini selalu terdapat tantangan, mulai dari kemacetan, tarif parkir yang setinggi langit, hingga ancaman hilangnya kendaraan, tapi hal tersebut tidak menyurutkan warga untuk berwisata, sehingga diklaim hampir 100 persen hotel terisi.
Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Banten, Ashok Kumar, mengatakan bahwa rata-rata tingkat hunian hotel yang berada di pesisir pantai mencapai 90 persen.
“Kalau saya lihat kenaikan huniannya itu memang berbeda-beda. Namun kalau dirata-rata tingkat hunian yang ada di tepi pantai itu mengantongi 90 persen, karena memang untuk waktu hunian penuhnya itu berbeda-beda setiap harinya, ada yang hari ini penuh, besok tidak,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (26/4).
Ia menuturkan bahwa pihaknya tidak bisa mengklaim hunian hotel di pesisir Banten penuh 100 persen selama libur Idul Fitri, karena terdapat pula hotel yang tingkat huniannya berada di angka 60 persen.
“Memang ada beberapa hotel yang penuh terus, seperti Mambruk ketika saya datang pada tanggal 19 itu sudah penuh. Kami keliling sampai Tanjung Lesung itu juga ada Aston yang juga 100 persen. Beberapa ada yang 60 persen,” ucapnya.
Menurut pria yang baru dikukuhkan menjadi Ketua PHRI Banten ini, kondisi tersebut memang terjadi secara nasional. Sebab, pemerintah memberikan momen libur yang cukup panjang, sehingga memberikan waktu yang lebih lama bagi wisatawan untuk menghuni hotel.
“Jadi memang tingkat hunian ini tidak kami jadikan acuan, karena weekend itu rata-rata juga penuh Sabtu dan Minggu. Cuma di musim lebaran ini kami berterima kasih kepada pemerintah karena memberikan libur yang lebih panjang,” katanya.
Menurut Ashok Kumar, penetapan libur yang cukup panjang tersebut membuat peningkatan tingkat hunian hotel terjadi secara konsisten, bahkan hingga selama satu pekan lamanya,
“Karena yang biasanya itu menginap satu malam, hari Sabtu dan Minggu, sekarang bisa sampai satu minggu untuk tingkat hunian tingginya. Jadi secara kasat mata pun akan terlihat bahwa tingkat huniannya meningkat dalam satu minggu ini,” tutur dia.
Selain itu, dengan kebijakan libur panjang pasca-pandemi, Ashok menuturkan bahwa roda perekonomian masyarakat kembali bergeliat. Dengan ramainya wisatawan yang berlibur di hotel, masyarakat di sekitar pun mendapatkan efek positif.
“Ini juga menjadi multiplier effect (efek berganda), karena dari tukang ikan, tukang sayur, tukang emping, oleh-oleh, cinderamata, juga mengalami kenaikan pendapatan. Ini juga membantu mereka karena sebentar lagi akan memasuki masa sekolah anak-anak mereka,” terangnya.
Meski tingkat hunian hotel di pesisir pantai Banten mengalami peningkatan, Ashok mengakui jika untuk hotel-hotel yang berada di kota mengalami penurunan. Namun hal itu menurutnya wajar, karena masyarakat berbondong-bondong berwisata selama masa libur tersebut.
Ashok pun mengaku bahwa pihaknya berterima kasih kepada pemerintah, yang telah memberikan waktu libur yang cukup panjang pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Hal itu memberikan dampak yang cukup besar.
“Kami juga berterima kasih kepada pihak Kepolisian karena telah membantu dalam hal lalu lintas selama libur lebaran ini. Pihak Kepolisian juga memberikan kemudahan ketika ada wisatawan yang telah memesan hotel, ketika memberikan bukti reservasi maka diberikan akses ketika sedang pemberlakuan one way,” tandasnya.
Kepala Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Serang, Anas Dwi Satya Prasadya memaparkan, bahwa peningkatan kunjungan wisatawan mencapai 30 persen. Rinciannya pada 23 April untuk hunian kamar hotel 4.092 dengan rata-rata okupansi 80 persen, pantai umum 32.590 wisatawan dan rumah makan 3.360 wisatawan.
“Kemudian untuk tanggal 24 April untuk hunian hotel 4.511 kamar dengan rata-rata okupansi 87 persen, pantai umum 56.360 wisatawan dan rumah makan 4.525 wisatawan,” ujar Anas melalui keterangan tertulisnya yang disiarkan Diskominfosatik, Rabu (26/4).
Dirinya juga menyampaikan mengenai data terbaru untuk kunjungan sampai hingga 26 April 2023 pada pukul 12.00 WIB tercatat pada 25 April untuk hunian hotel 2.769 kamar dengan rata-rata okupansi 64 persen, pantai umum 50.740 wisatawan dan rumah makan 4.620 wisatawan.
“Adapun update untuk kunjungan hingga 26 April pukul 12.00 WIB tercatat pada 25 April untuk hunian hotel 2.769 kamar dengan rata-rata okupansi 64 persen, pantai umum 50.740 wisatawan dan rumah makan 4.620 wisatawan,” ungkapnya.
Kemudian Anas juga menjelaskan bahwa peningkatan kunjungan wisatawan ke pantai maupun hunian hotel dengan rata-rata 30 persen karena faktor sarana prasarana (sarpras) dan pasca-pandemi covid-19 dimana tahun ini tidak ada lagi pembatasan aktivitas masyarakat, kolaborasi kinerja dari berbagai masyarakat, media dan pemerintah sehingga isu-isu negatif tentang pantai Anyer dan Cinangka dapat ditepis. Kemudian masih liburnya para pegawai dan libur sekolah sehingga momennya pas.
“Disisi lain cuaca mendung dan juga promosi yang intens, pihak pengelolaan pantai sendiri yang demikian masif,” katanya.
Anas bersyukur kunjungan di libur Lebaran ini berjalan dengan lancar dan aman dan kedepannya juga begitu, karena mungkin masih ada puncak liburan lagi. Atas lonjakan kunjungan wisatawan ini menunjukan bahwa wisata Pantai Anyer dan Cinangka tetap diminati oleh masyarakat di kawasan Jabodetabek yakni Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok dan pastinya masyarakat Banten.
“Alhamdulillah angka wisatawan setiap pantai semua pengunjungnya meningkat,” ucapnya.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Lebak, Imam Rismahayadin, mengatakan jumlah kunjungan sampai hari Senin kemarin merupakan laporan dari masing-masing pengelola wisata yang ada di Lebak, serta tim monitoring dan evaluasi (Monev) yang diturunkan Dispar. Jumlah tersebut bakalan bertambah, mengingat liburan hari raya Idul Fitri masih akan berlangsung sampai pekan depan, bahkan sampai awal bulan Mei 2023.
“Update terbaru sampai hari Senin kemarin, sekitar 100 ribu orang mendatangi tempat-tempat wisata yang ada di Lebak. Kami prediksikan jumlah tersebut akan terus bertambah berkisar 300 ribu orang, karena waktu liburan, terutama liburan sekolah masih satu pekan lagi,” kata Imam, kepada wartawan, Selasa (25/04).
Dikatakannya, destinasi wisata yang menjadi favorit para pengunjung tentunya masih didominasi kawasan wisata pantai selatan Baksel. Tercatat, beberapa pantai menjadi tujuan utama, semisal pantai Bagedur, pantai Sawarna, pantai Kelapa Warna dan pantai Tanjung Panto.
Selain kawasan pantai, destinasi wisata buatan seperti waterboom BIM, pemandian wisata air panas juga menjadi tempat yang disukai oleh pengunjung.
Jika kondisi cuaca sangat memungkinkan, kata Imam, tentu akan lebih mendukung para wisatawan untuk berlibur dengan santai. Karena, akhir-akhir ini, cuaca tidak menentu, akan tetapi melihat animo warga yang cukup tinggi untuk mengisi waktu liburan, maka pihaknya optimistis jika jumlah pengunjung akan mencapai target.
“Kawasan wisata pantai masih menjadi primadona wisatawan. Selain itu juga destinasi wisata buatan seperti waterboom juga tak luput dari kunjungan wisatawan, tentunya kami berharap pengunjung juga dapat berhati-hati selama liburan, terlebih cuaca tidak menentu di beberapa wilayah Kabupaten Lebak,” paparnya.
Terpisah, Kabid Wisata sekaligus Ketua Monev, Usep Suparno membenarkan jika jumlah kunjungan ke berbagai destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lebak cukup tinggi. Usep memprediksi, untuk jumlah pengunjung pada hari (Rabu) saja, bisa mencapai angka 150 ribu pengunjung.
“Setiap hari jumlah pengunjung makin bertambah saja, kemaren 100 ribu orang, hari Rabu ini mencapai 150 ribu orang. Tentu sampai akhir pekan akan semakin bertambah,” kata Usep.
Sementara itu, Kasus pencurian motor terjadi di Pantai Karangseke Binuangeun Kecamatan Wanasalam. TKP di salah satu warung makan tempat Bakar Ikan Cumi Tanjungan, disana diduga kendaraan wisatawan kerap jadi incaran para maling.
Salah seorang warga yang enggan namanya disebut, menjelaskan, “Betul adanya informasi yang saya tau di warung bakar ikan Cumi Tanjungan sudah dua Hari ini ada pencurian roda dua dari hari Minggu dan Selasa kemarin. Dan tadi sekitar jam 13,30 ada juga yang hilang, cuman saya tidak tau orang mana yang motornya diambil, yang saya dengar sih motor beat,” ungkap warga itu.
Jajaran Polsek Wanasalam pun turun ke lokasi parkir menanyakan adanya pungutan Karcis Portal masuk Wisata Pantai Karangseke yang ada di empat titik lokasi. Polisi pun memeriksa karcis dengan nominal 10 ribu rupiah dan Warung ikan Bakar Cumi Tanjungan yang menjadi titik adanya informasi kehilangan kendaraan roda dua, mulai hari Minggu dan Rabu sekitar pukul 13,30 Wib.
Kanit Reskrim Polsek Wanasalam Brigadir Ripan saat dikonfirmasi wartawan menjelaskan singkat, “Siap, masih dalam proses penyelidikan pak,” ujarnya.
Terpisah, Diduga telah melakukan Pungutan Liar (Pungli) dengan mematok Harga Tiket Masuk (HTM) objek wisata Pantai Karangsari, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, jajaran Satreskrim Polres Pandeglang mengamankan tujuh orang pengelola, Selasa (25/4).
Ketujuh orang pengelola tersebut diamankan saat melakukan aktivitas dengan mematok HTM objek wisata Pantai Karangsari mulai dari kisaran Rp 35 ribu sampai Rp 800 ribu kepada wisatawan yang akan masuk ke objek wisata tersebut yang statusnya ternyata sebagai aset milik Pemkab Pandeglang.
Kasatreskrim Polres Pandeglang, AKP Shilton mengatakan, diamankannya tujuh orang pengelola obyek wisata Pantai Karangsari tersebut berawal dari banyaknya keluhan dari masyarakat atau pengunjung soal harga tiket masuk yang kemahalan.
“Jadi ketujuh orang ini diduga telah melakukan pungli dengan menaikan harga tiket parkir secara sepihak. Dengan mematok harga tiket untuk sepeda motor Rp35.000 hingga Rp800 ribu untuk kendaraan Bus,” kata Shilton kepada BANPOS.
Setelah diamankan, lanjut Shilton, dari tangan ketujuh orang pengelola tersebut telah diamankan barang bukti berupa karcis dan uang tunai sebanyak Rp 6 juta.
“Setelah kita periksa, diketahui ternyata lahan Pantai Karangsari yang mereka kelola masih aset milik Pemkab Pandeglang. Selanjutnya kita juga meminta keterangan sejumlah saksi dari dinas terkait,” terangnya.
Shilton menambahkan, ketujuh orang pengelola yang telah diamankan tersebut sementara hanya dilakukan pemeriksaan untuk dimintai keterangan dan merek mengklaim selaku keluarga dari ahli waris.
“Sementara lahan itu tercatat sebagai aset milik Pemkab Pandeglang. Dan disana juga masih terpasang plang nama Pemkab Pandeglang, semestinya ketika memang masih dalam sengketa tidak boleh ada aktivitas,” jelasnya.
Jadi, kata Shilton lagi, jika mereka melakukan aktivitas mengelola apalagi sampai menarik retribusi berarti pungli. Sebab secara aturan harusnya retribusi itu ditarik untuk disetorkan ke kas daerah untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Kita sudah menekankan jangan sampai ada aktivitas. Akan kita pantau terus, karena lahan itu masih milik Pemkab Pandeglang,” ungkapnya.(MG-02/WDO/DHE/DZH/PBN)
Tinggalkan Balasan