Warga Kota Serang Jadi Korban Perdagangan Manusia

SERANG, BANPOS – Perempuan asal Kota Serang jadi korban penjualan perempuan lewat media sosial Facebook. Bermula dari pesan yang dikirimkan dari seseorang yang tidak dikenalnya melalui aplikasi Facebook, untuk bekerja menjadi lady companion (LC) atau biasa disebut pemandu lagu.

Akan tetapi, berujung disekap hingga disuruh melayani pria hidung belang pada April lalu. Beruntung Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Banten dengan cepat membantu membawanya kembali ke kediamannya di Serang.

Novianti (29) perempuan asal Link. Kebon Sayur, Kelurahan Kota Baru, Kota Serang, jadi korban penjualan orang dengan modus ditawarkan kerja di sebuah tempat karaoke yang berada di Bangka Belitung.

Novi saat itu tidak langsung menerima tawaran tersebut. Akan tetapi, setelah beberapa hari berlalu ia pun menerima tawaran kerja tersebut karena keterpaksaan ekonomi demi membiayai anaknya. Serta pada saat itu dirinya juga diiming-imingi biaya kebutuhan mulai dari berangkat sampai tinggal disana dibiayai.

“Saya dapat pesan lewat Facebook sama orang nawarin kerja jadi LC di Bangka Belitung. Awalnya tidak saya respon. Selang hampir seminggu kayanya baru saya terima tawarannya untuk biaya hidup, Katanya kalo kamu niat mau kerja di sini, nanti uangnya di transfer, mess, makan di tanggung.” katanya. Sabtu (20/5).

Sesampainya di Bangka Belitung, tepatnya di Sambung Giri dirinya tidak langsung dibawa ke mes melainkan diinapkan di hotel selama satu malam. Setelah bermalam di Hotel, esok harinya dirinya dibawa ke lokasi tempat dirinya bekerja.

Akan tetapi, dirinya mengaku pekerjaan di lokasinya tersebut adalah melayani para lelaki hidung belang dengan bayaran Rp900 ribu yang kemudian dibagi dua dengan pemilik tempat lokalisasi.

“Di sana ternyata disuruh nemenin BO (melayani tamu hidung belang, red). Kalo nggak, katanya gak bakal ada duit, bahkan ada yang ingin pulang tidak bisa, karena harus membayar biaya gitu, bahkan ada yang utang sampai tembus Rp200 juta. Jadi  katanya, kita melayani gitu, dapet uang Rp900 ribu. Tapi, dibagi dua, kita kebagian Rp450 ribu, sisanya untuk mami (mucikari, red),” jelasnya

Akibat pekerjaan yang seperti itu, Novi pun enggan berlama-lama di tempat tersebut. Ia menghubungi dan meminta bantuan kepada temannya yang berada di Kota Serang untuk keluar dari tempat tersebut.

“Saya minta bantuan ke teman saya. Lalu teman saya menghubungi pak Nuri yang merupakan Ketua GP Ansor Banten. Kemudian, saya dijemput sama pengurus GP Ansor di sana dan dibantu dipulangkan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua GP Ansor Banten, Ahmad Nuri mengatakan bahwa informasi pertama didapat karena adanya pesan dari sahabat GP Ansor yang menjelaskan temannya (Novi, red) tidak bisa pulang karena disekap bahkan dipaksa untuk melayani lelaki hidung belang.

“Proses pemulangan bermula dari komunikasi oleh rekan Novi yang meminta tolong. Karena kondisinya yang memang seolah-olah disekap di Bangka Belitung. Dan di sana tidak sesuai dengan ekspektasi, karena Novi malah akan dipaksa open BO,” tuturnya.

Nuri langsung meminta bantuan kepada GP Ansor Bangka Belitung, dan langsung ditindaklanjuti. Nuri berpesan kepada rekannya yang sesama di GP Ansor yang berada di Bangka Belitung agar Novi bisa keluar dari tempat prostitusi tersebut secepatnya.

“Alhamdulillah saya komunikasi ke Ketua GP Ansor Bangka Belitung, Mas Muni. Siang komunikasi, malamnya dia cek, paginya sudah ada titik temu, besok sore langsung ketemu Novianti dan melakukan negosiasi beberapa hal di sana. Kemudian diselesaikan, dan dibiayai oleh Mas Muni untuk memulangkan Novi dan alhamdulillah Novi sudah pulang ke rumah dengan selamat,” jelasnya.

Dirinya menyampaikan, kejadian yang dialami Novi merupakan salah satu hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah. Hal tersebut terjadi karena kurangnya lapangan pekerjaan di Banten khususnya Kota Serang.

“Pada hakekatnya Novianti harus dikeluarkan dari lembah hitam itu, karena memang tujuannya untuk ikhtiar. Tapi di sana disuruh melakukan hal-hal yang tidak diinginkan,” ucapnya.

Nuri berharap, agar masyarakat bisa lebih berhati-hati dengan tawaran kerja yang datang dari media sosial, tanpa ada kejelasan kontrak dan lainnya. Dan menjadikan kejadian yang dialami Novi sebagai contoh dan jangan sampai terjadi hal serupa

“Ini merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap kemanusiaan GP Ansor melalui jaringan Banten dan Bangka Belitung yang konsen dalam kemanusiaan. Apalagi ini menyangkut Human Trafficking (perdagangan manusia). Apapun motifnya, persoalan ini harus dituntaskan agar tidak terjadi lagi terhadap warga Kota Serang,” tandasnya.

Ia juga mengancam, agar sindikat tersebut tidak melakukan hal yang sama kembali. “Jika masih dilakukan, kami tidak segan-segan untuk melaporkan kepada pihak berwajib,” tegasnya.(MG-02/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *