Inflasi Rendah, Harga Telur Meroket

SERANG, BANPOS – Pemprov Banten menyebutkan telur dan ayam ras pedaging menjadi komoditas dengan harga tertinggi di Provinsi Banten. Sementara itu, sejak satu pekan terakhir, harga telur ayam di pasar tradisional di Kabupaten Pandeglang mengalami kenaikan. Harga telur yang sebelumnya di kisaran harga Rp26 ribu-Rp27 ribu per kilogramnya, saat mencapai Rp32 ribu per kilogram. Dengan tingginya harga telur tersebut, para pedagang mengeluh karena omsetnya menurun.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Plh Sekda Provinsi Banten Virgojanti saat ditemui di Pendopo Gubernur Banten, usai melaksanakan pertemuan Rapat Koordinasi dengan OPD se Provinsi Banten pada Senin (22/5).
Virgojanti menjelaskan, kendati inflasi di Provinsi Banten masuk ke dalam 10 terendah dengan angka inflasi di kisaran 3,77 persen namun rupanya masih temui adanya komoditas dengan harga yang terlampau tinggi.
”Kita melihat ada dua komoditas yang nampaknya sejak selesai lebaran kemarin, kok ini harganya terus mengalami peningkatan di pasaran, yaitu komoditas telur dan komoditas ayam ras,” ucap Virgojanti.
Oleh karenanya, Plh Sekda Provinsi Banten itu menilai, Pemprov Banten perlu mengambil langkah strategis guna mengatasi masalah tersebut.
Sebab menurutnya, jika Pemprov Banten tidak melakukan intervensi pengendalian harga terhadap dua komoditas itu, dikhawatirkan harganya akan terus meroket.
Tidak hanya itu saja, Virgojanti juga menjelaskan, dengan tidak terkendalinya harga tersebut maka target capaian kinerja inflasi di Provinsi Banten tidak tercapai.
”Sehingga kita khawatir kalau ini tidak segera kita intervensi melalui langkah-langkah kolaborasi dan sinergitas dengan kabupaten/kota, takut nanti terus meningkat. Sehingga nanti turut mempengaruhi capaian kinerja inflasi Provinsi Banten,” jelasnya.
Virgojanti juga menjelaskan, kenaikan harga justru tidak berlaku terhadap 20 komoditi utama yang menjadi fokus perhatian Pemprov Banten, salah satunya adalah minyak goreng. Menurut penuturannya harga minyak goreng di Provinsi Banten terpantau stabil.
”Dari 20 komoditas yang kita perhatikan secara khusus di dalam pengendalian inflasi ini, itu relatif tidak mengalami peningkatan termasuk minyak lain sebagainya,” katanya.
Menurut penuturan Virgojanti, tercatat harga ayam pedaging mencapai Rp55 ribu per kilogram, sementara untuk telur harganya mencapai di kisaran Rp38 per kilogram.
“Namun untuk komoditas telur dan ayam ras, khususnya ayam ras pedaging, ini cukup signifikan di beberapa pasar yang ada di wilayah kabupaten/kota harga ada yang mencapai Rp55 ribu per kilogram untuk harga daging ayam ras. Kemudian telur ada yang mencapai Rp35-Rp38 ribu, nah ini tentunya perlu kita ambil langkah-langkah strategis,” sambungnya.
Guna mengatasi masalah tersebut, Virgojanti menjelaskan jika Pemprov Banten memiliki enam rekomendasi yang bisa dilaksanakan untuk menanggulangi kenaikan harga itu.
Salah satu di antaranya adalah dengan menggelar operasi pasar khusus untuk komoditi ayam ras pedaging dan juga telur ayam.
Namun saat disinggung perihal penyebab dari kenaikan harga dua komoditas tersebut, Plh Sekda Banten itu mengaku bahwa Pemprov Banten belum bisa memastikan.
Karena menurutnya, bisa saja kenaikan justru bukan terjadi karena harga pakan ternak yang tinggi melainkan karena hal lain.
Oleh karenanya, Pemprov Banten akan melakukan kunjungan ke peternakan ayam yang ada di Provinsi Banten guna memastikan penyebab dari kenaikan harga tersebut.
”Kemudian kita akan lakukan kunjungan kepada para produsen (ayam dan telur) apa saja yang menjadi kendala,” tandasnya.
Sementara, salah seorang pedagang telur ayam di Pandeglang, Iyus mengatakan, dirinya mengeluhkan kenaikan harga telur ayam. Karena selain sepi pembeli, kenaikan tersebut juga berdampak pada omset para pedagang yang mengalami penurunan hingga 50 persen.
“Kenaikannya sudah seminggu yang lalu, akibatnya sepi pembeli dan omset juga turun sampai 50 persen,” kata Iyus kepada wartawan.
Menurutnya, naiknya harga telur ayam diduga akibat tingginya harga pakan ayam.  Padahal saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri  yang lalu tidak mengalami kenaikan seperti saat ini.
“Pas bulan Ramadhan dan Idul Fitri itu harganya masih Rp26 ribu–Rp27 ribu per kilogram, sekarang harganya sampai Rp32 ribu per kilogram. Biasanya kenaikan harga telur ayam ini diakibatkan tingginya harga pakan ayam,” terangnya.
Ia mengaku bahwa pada hari biasa mampu menjual sebanyak 50 kilogram telur ayam dalam waktu dua hari. Namun saat harga telur ayam mengalami kenaikan, untuk menjual 50 kilogram telur ayam butuh waktu selama satu pekan.
“Biasanya dalam 2 hari 50 kilogram telur ayam sudah habis, kalau sekarang 50 kilogram itu butuh satu pekan baru habis,” ujarnya.
Seorang warga Pandeglang, Yanti mengeluhkan dengan adanya kenaikan harga telur ayam yang telah terjadi selama sepekan terakhir. Akhirnya ia harus mengurangi pembelian telur ayam.
“Lah ini harganya naik, sekarang Rp 32 ribu per kilogram. Saya biasanya membeli telur ayam 4 kilogram, sekarang saya hanya membeli 2 kilogram saja untuk persediaan di rumah,” katanya.
Dengan adanya kenaikan harga telur ayam tersebut, ia berharap pemerintah untuk segera turun tangan mengatasi kenaikan harga telur ayam dipasaran.
“Kita sebagai orang kecil keberatan dengan kenaikan harga ini, ya minta pemerintah segera bergerak agar harga turun lagi,” ungkapnya.(MG-01/dhe/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *