Mahasiswa Untirta Tolak Calon Rektor Bersejarah Hitam

SERANG, BANPOS – Sejumlah mahasiswa melakukan aksi bentang spanduk, saat pelaksanaan kegiatan Penyampaian Visi Misi dan Program Kerja Bakal Calon Rektor Untirta di gedung auditorium kampus Sindangsari pada Selasa (23/5).

Dalam aksi bentang spanduk tersebut, para mahasiswa menyampaikan tiga poin kriteria calon rektor dalam pelaksanaan Pemilihan Rektor (Pilrek) Untirta periode 2023-2027. Pertama, calon rektor harus yang dapat mensejahterakan mahasiswa. Kedua, harus dekat dengan mahasiswa. Ketiga, tidak boleh memiliki catatan hitam.

Pemasangan spanduk tersebut dilakukan oleh mahasiswa di tengah-tengah sesi tanya jawab antara sivitas akademika dengan para bakal calon Rektor Untirta. Diketahui, dari enam bakal calon rektor, hanya 5 orang saja yang hadir. Sementara Suherman, salah satu bakal calon, tidak dapat hadir lantaran harus dilarikan ke Intensive Care Unit (ICU).

Sementara kelima bakal calon yang hadir yakni Fatah Sulaiman yang juga merupakan petahana, Aceng Hasani, Sihabudin, Kartina dan Suherna. Kelimanya menyampaikan visi dan misi serta program kerja mereka, dengan masing-masing mendapatkan waktu selama 15 menit.

Presiden Mahasiswa Untirta, Ferdinan Algifari Putra, mengatakan bahwa aksi bentang spanduk yang pihaknya lakukan merupakan salah satu bentuk penyampaian aspirasi dari pihaknya, terkait dengan sosok rektor yang akan menjabat selama empat tahun ke depan.

“Kami mau calon pemimpin dari kampus kami itu bersih lah. Semua pemimpin itu kan patut dicontoh, dari karakter, perilaku dan lain-lain. Kami tidak mau siapapun yang jadi nanti, bisa membuat mahasiswa mencontoh karakter dan perilaku tersebut,” katanya.

Ditanya terkait dengan catatan hitam yang dimaksud oleh pihaknya, Ferdinan enggan membuka hal tersebut. Namun, Ferdinan menyampaikan bahwa catatan hitam yang pihaknya maksud, sudah tersebar secara luas di kalangan civitas akademika Untirta.

“Kami tidak mau menyudutkan salah satu bakal calon, namun yang pasti siapapun yang jadi, mulai dari karakter, gaya kepemimpinan dan pengambilan keputusan, harus melibatkan kami sebagai mahasiswa. Jangan sampai rektor ini ekslusif,” ucapnya.

Ketua Pelaksana Pilrek Untirta, Suwaib Amiruddin, dalam sambutan penutupan mengatakan bahwa pelaksanaan pemaparan visi misi bakal calon Rektor Untirta tersebut berjalan dengan lancar. Ia mengatakan, kegiatan tersebut dapat menjadi acuan bagi sivitas akademika, termasuk senat rektorat, untuk dapat menentukan siapa yang akan diusulkan menjadi calon rektor.

“Mudah-mudahan kegiatan ini, bisa mengetahui apa sih yang akan dilakukan oleh para calon rektor kita. Dan tadi sudah komitmen bahwa siapapun yang akan menjadi Rektor Untirta 2023-2027, itu adalah Rektor Untirta yang kita usung bersama-sama,” ujarnya.

Berdasarkan penelusuran BANPOS dan informasi dari internal Untirta, diketahui bahwa sejumlah ‘serangan’ terkait dengan catatan hitam bakal calon rektor, menyasar pada beberapa sosok. Diantaranya yakni Fatah Sulaiman, Aceng Hasani dan Kartina.

Disebutkan bahwa Fatah Sulaiman mendapatkan catatan hitam lantaran sejumlah kasus yang ramai beberapa waktu yang lalu, seperti dugaan jual beli kursi yang terjadi di Universitas Lampung, yang merembet pada dugaan serupa di Untirta, terutama pada Fakultas Kedokteran.

Sementara Aceng Hasani, disebutkan bahwa perkara dugaan pelecehan seksual yang terjadi pada tahun 2014 silam dan ditangani oleh LBH APIK, masih menghantui sosok mantan dekan FKIP tersebut. Bahkan disebutkan jika serangan dengan dugaan itu, masih sering digunakan hingga awal tahun ini.

Adapun Kartina, sosok satu-satunya perempuan pada Pilrek Untirta ini, pada akhir tahun 2020 terseret pada perkara tindak pidana korupsi (Tipikor) internet desa, yang menjadikan mantan Direktur Laboratorium Administrasi Negara (Ane) Untirta, DMH, sebagai terpidana. Kartina yang pada saat perkara terjadi merupakan Wakil Rektor IV itu, dua kali diperiksa oleh Kejati Banten berkaitan dengan perkara tersebut.

BANPOS seusai kegiatan mencoba untuk melakukan konfirmasi kepada tiga nama tersebut. Namun sayangnya, Kartina dan Fatah Sulaiman tidak dapat ditemui usai pelaksanaan kegiatan. Sementara Aceng Hasani, membantah bahwa dirinya memiliki catatan hitam, terutama kasus pelecehan seksual.

“Catatan hitam apa? Siapa yang mencatatnya? Rasanya saya ini jadi dekan lalu jadi wakil rektor itu berdasarkan prestasi yang dilihat oleh semua unsur,” ujarnya kepada BANPOS.

Koordinator Substansi Hukum, Tatalaksana & Kepegawaian Ditjen Dikti pada Kemendikbudristek RI, Suwitno, mengatakan bahwa tahapan yang baru saja dilaksanakan oleh Panitia Pilrek Untirta, merupakan tahapan penjaringan calon rektor.

Dari tahapan itu, nantinya para bakal calon rektor akan dipilih sebanyak tiga besar oleh Senat Rektorat, dan nama-namanya akan disetorkan kepada Kemendikbudristek. Tiga besar itulah yang menyandang status sebagai calon rektor.

Nantinya, para calon rektor tersebut akan dilakukan seleksi lagi oleh Kemendikbudristek, dengan melakukan penelusuran rekam jejak, wawancara dan kegiatan profiling lainnya, hingga nantinya diputuskan satu nama untuk ditetapkan sebagai Rektor definitif Untirta.

Menurut Suwitno, segala masukan dari masyarakat, akan didengarkan oleh Kemendikbudristek. Termasuk pemberitaan dari awak media, serta tuntutan dari para mahasiswa.

“Saran dari mahasiswa kan patut didengarkan yah, nanti bagaimana para rektor untuk dapat bisa merealisasikannya yah,” tandas dia.(DZH/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *