PANDEGLANG, BANPOS – Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) bersama dengan Yayasan Planet Urgensi Indonesia (YPUI) saat ini tengah menjajaki kerjasama antar lembaga dalam hal penguatan fungsi berupa pemulihan ekosistem pesisir di sejumlah wilayah di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
Kepala BTNUK, Anggodo mengatakan, dengan adanya rencana Kerjasama antara YPUI bersama BTNUK, pihaknya memberikan apresiasi. Karena peran mitra dalam pemulihan ekosistem pesisir di kawasan TNUK sangat penting dilakukan demi keberlangsungan rumah besar dari satwa langka Badak Cula Satu.
“Tentunya kami sangat menyambut baik dengan kedatangan YPUI yang menginginkan adanya kerjasama dengan kami (BTNUK,red), khususnya dibidang pemulihan ekosistem Pesisir, penyadartahuan tentang kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat,” kata Anggodo kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Untuk rencana Kerjasama tersebut, lanjut Anggodo, pihaknya menyarankan agar YPUI untuk segera mengajukan permohonan Perjanjian Kerja Sama (PKS) ke TNUK dengan melampirkan program kerja, lokasi serta rentang waktu program kerja yang akan dilaksanakan di kawasan TNUK untuk selanjutkan akan dimintakan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
“Saya menyarankan agar YPUI segera mengajukan PKS ke TNUK dengan melampirkan program kerja, lokasi serta rentang waktu program kerjanya,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur YPUI, Reonaldus mengatakan, pihaknya merasa sangat terhormat atas sambutan serta apresiasi yang diberikan oleh BTNUK yang telah menerima lembaganya untuk bisa berkontribusi langsung dalam proses pemulihan ekosistem pesisir khususnya rehabilitasi ekosistem mangrove di sejumlah wilayah di kawasan TNUK.
“Kami sangat terhormat dan terapresiasi dengan sambutan dari BTNUK yang telah menerima kami untuk bisa berkontribusi dan bersama-sama terlibat dalam pemulihan ekosistem TNUK dan konservasi Badak. Kami berterima kasih atas segala masukan dan usulan kepada kami dan akan segera kami tindak lanjuti,” katanya.
Dijelaskannya, Lembaga yang dipimpinnya saat ini tengah fokus pada pelaksanaan program Mangrove Ekosistem and Rhinoceros Conservation Indonesia yang fokus pada 4 komponen kegiatan yakni menumbuhkan kesadaran lingkungan tentang mangrove, ekosistem pesisir serta badak jawa di sekolah dan ruang publik dan komponen kedua berupa penanaman mangrove dan tanaman pantai di dalam kawasan TNUK dan luar Kawasan.
“Komponen kegiatan ketiga adalah melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi berdasarkan potensi lokal dan yang terakhir adalah meningkatkatkan kapasitas lokal dan menjalin Kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendukung tercapainya pemulihan ekosistem,” ungkapnya.(dhe/pbn)
Tinggalkan Balasan