Nelayan Karangantu Beli Solar Pakai Barcode

SERANG, BANPOS – Pembelian bahan bakar minyak subsidi oleh PT. PERTAMINA diwajibkan menggunakan aplikasi QR Code. Pembelian dengan metode tersebut dengan alasan agar penyaluran BBM Subsidi menjadi tepat sasaran.

Tidak terkecuali dengan pembelian BBM Subsidi jenis solar yang dibutuhkan bagi nelayan untuk bahan bakar  perahu guna melaut. Berdasarkan pantauan BANPOS di lapangan, banyak Nelayan di Karangantu, Kecamatan Kasemen,  Kota Serang membeli solar untuk perahu mereka menggunakan QR Code hanya terima beres dari petugas.

Hal tersebut lantaran keterbatasan para Nelayan dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi smart phone. Para nelayan pun mengaku tidak memiliki kuota bahkan android yang digunakan untuk transaksi.

Karena pembelian solar subsidi harus dengan aplikasi QR Code. Dalam memudahkan Nelayan untuk membeli solar subsidi, pihak Pengawas SPBUN Karangantu pun mensiasatinya dengan mengakomodir pembelian solar subsidi untuk para Nelayan tersebut.

Pengawas SPBUN Karangantu, Sutra mengungkapkan, bahwa sejak ditetapkanya Pembelian bahan bakar minyak subsidi oleh PT. PERTAMINA yang mewajibkan menggunakan aplikasi QR Code membuatnya harus bekerja lebih giat serta teliti. Pasalnya, nelayan banyak yang gagap teknologi (gaptek), dan akhirnya hanya terima beres.

“Alhamdulilah kalau nelayan Karangantu kan semua dikoordinir oleh petugas SPDN-nya, mereka (nelayan-red) tahu beresnya saja. Tapi pihak SPDN ini yang ngerjainya cukup kerepotan. Karena kan harus diinput datanya tiap bulan,” ujarnya, kamis (8/6).

Dirinya menjelaskan, dalam kegiatan transaksi dengan metode tersebut,  para nelayan hanya menerima barcodenya saja. Jadi, barcode tersebut hanya seperti bukti transaksi pembelian semata.

“Kalau untuk SPBUN Karangantu yang pegang aplikasi hanya Petugas SPBUN, kalau nelayan cuma nerima barcode, jadi terima bersih terima barcode saja udah,” jelasnya

Hal tersebut dilakukan, lantaran masih banyak nelayan yang belum memiliki Hp Android serta ada juga yang juga tidak memiliki kuota untuk membuka aplikasi tersebut.

“Karena kan tidak semua nelayan punya Hp, ada juga rata-rata Hp-nya pun bukan android. Harapannya, kalau memang penyaluran ini masih berjalan tetap pakai barcode, kalau bisa jangan tiap bulan penginputannya, minimal pertiga bulan, perenam bulan. Jadi, kita juga supaya tidak begitu ribet untuk penginputan datanya,” tandasnya.

Kemudian, salah saorang nelayan yang membeli solar, Lili (41) mengatakan dirinya dalam membeli solar hanya terima beres. Karena menurutnya, kalau dirinya memakai hp sendiri terkendala dengan hp dan juga paket data (kuota internet, red).

“Seharusnya kan memang pakai hp sendiri, tapi kan banyak nelayan juga yang kurang paham. Kita terima jadi saja, biar lebih simpel. Karena kita juga bingung kalau pake hp sendiri, kita juga ada yang nggak punya hp, terus kita juga bingung kalau nggak punya kuota,” katanya. (MG-02/AZM) 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *