SERANG, BANPOS – Budidaya maggot yang merupakan larva lalat black soldier fly (BSF) menjadi salah satu solusi mengatasi masalah sampah di daerah Kota Serang terutama sampah organik yang berasal dari sisa-sisa makanan. Seperti telur busuk, roti yang sudah kadaluarsa, sayur dan buah busuk dan bahan makanan lainnya.
Dalam budidaya maggot sendiri tidaklah sulit. Akan tetapi, dari hasil budidaya tersebut selain mengurangi sampah sisa makanan juga dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah yang cukup menggiurkan.
Salah satu komunitas yang membudidayakan maggot di Kota Serang yaitu komunitas Pengelolaan Sampah Terpadu (Poster) yang berada di bawah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Serang.
Kordinator sekaligus pengurus Rumah Maggot Komunitas Poster, Walid mengaku omset dalam budidaya manggot tersebut saat ini berkisar Rp1,5 juta sampai Rp2 juta.
“Omset untuk saat ini kalau ditotal, dalam satu bulan kita mampu meraup untung Rp1,5 juta sampai Rp2 juta,” ujarnya, rabu (14/6).
Dirinya mengaku dalam sehari bisa memanen maggot sampai 100 kilogram per hari. Akan tetapi pasar untuk penyaluran hasilnya tersebut masih terbatas.
“Kalau untuk sementara ini kurang lebih baru sampai 100 kilogram per hari. Untuk pasar sendiri kita belum ada belum ada yang terlalu signifikan. Paling yang beli masih dalam skala kecil, yang membeli per 10 kilogram, 5 kilogram,” ucapnya
Dirinya mengatakan, dalam budidaya maggot tidak begitu sulit. Karena dalam budidaya maggot tidak terlalu sulit. Dirinya juga mengaku sebelum dijula kepada peternak, ia mencobanya terlebih dahulu kepada beberapa ternaknya dan karena menurutnya berhasil, maggot tersebut pun dijual kepada para peternak baik unggas maupun ikan.
“Kita juga uji coba sendiri untuk pakan ternak dan hasilnya cukup baik. Kita coba untuk pakan ayam dan bebek. Tapi saat ini sudah ada yang juga membeli untuk ternaknya. Jadi untuk pembeli sendiri sebagaian ada dari peternak dan ada juga sebagian dari pemula yang baru belajar terkait budidaya maggot,” katanya.
Lebih lanjut, Walid menuturkan bahwasannya dari budidaya maggot tersebut banyak produk yang dihasilkan. Bukan hanya terbatas pada maggotnya saja akan tetapi juga ada seperti pupuk dan pelet ikan.
“Untuk produk yang dihasilkan dari budidaya maggot. Selain maggotnya sendiri juga ada maggot yang fres dan ada juga maggot yang sangrai, sama kompos dari sisa maggotnya, selain itu juga ada telur manggotnya. Karena ada juga yang beli telur lalatnya,” tuturnya.
Kalau untuk telur lalatnya dirinya mengaku menjual dengan pembelian per 10gram dan itu djual dengan harga hanya Rp5 ribu per gramnya. Walid juga menerangkan, pembeli kebanyakan membeli maggot yang berumur dua minggu dan tiga minggu.
“Yang banyak dicari pembeli biasanya yang usia dua minggu dan usia tiga minggu. Hampir berimbang. Kalau untuk ternak lele yang sudah mulai dewasa, rata-rata mereka belinya manggot yang sudah usia tiga minggu,”
Dari segi pemasaran, ia mengatakan bahwa untuk pemasarannya sendiri masih di sekitar wilayah kota serang. Dirinya berharap untuk para peternak unggas maupun ikan agar bisa bekerjasama dengan komunitasnya.
“Harapannya masyarakat banyak yang ternak unggas maupun ikan jika membutuhkan pakan, kami siap menyiapkan pakannya. Kalau untuk kerjasama, untuk maggot sudah ada yang ingin mengajak kerjasama, akan tetapi belum kita buatkan MoU nya. Tapi dari pembelinya sendiri sudah menginginkan di akhir bulan juni ini mulainya. Mereka (pembeli-red) meminta 100 kilogram per hari. Kalau produk lainnya itu sifatnya masih kondisional saja,” tandasnya. (MG-02/AZM)
Tinggalkan Balasan