Alcaraz Ogah Ditekan Djoker

INGGRIS, BANPOS – Petenis muda Carlos Alcaraz mengawali laga perdana di turnamen Wimbledon 2023 dengan percaya diri. Petenis 20 tahun ini mengalahkan petenis veteran asal Prancis Jeremy Chardy dengan skor 6-0, 6-2, 7-5, kemarin.

Kemenangan ini sekaligus menegaskan statusnya sebagai penantang utama juara bertahan Noval Djokovic.

Alcaraz tak ingin mendapat tekanan lagi dari The Djoker, julukan Novac Djokovic.

Petenis nomor satu dunia yang meraih lima gelar musim ini berada dalam kondisi baik set­elah memenangi trofi lapangan rumput perdananya di Queen’s Club bulan lalu.

Tapi, Djokovic masih menjadi orang yang harus dikalah­kan di saat petenis Serbia itu juga berambisi mengejar gelar Wimbledon kedelapan.

Juara US Open itu diunggul­kan untuk bertemu Djokovic di final All England Club.

Pertandingan itu akan menjadi ulangan semifinal French Open bulan lalu, di mana Djokovic menang 6-3, 5-7, 6-1, 6-1. Saat itu, Alcaraz mengalami kram pada dua set terakhir.

Alcaraz yakin kejadian ini tidak akan terulang lagi jika mer­eka bertemu di final Wimbledon 2023.

“Alasan utama saya menga­lami kram adalah ketegangan saat menghadapi Novak di semi­final Grand Slam. Saya yakin pengalaman ini adalah bagian sangat penting dari itu,” kata Carlos Alcaraz dikutip dari AFP, kemarin.

“Saya belajar banyak dari pertandingan itu untuk per­temuan berikutnya menghadapi Novak. Kondisinya akan ber­beda. Saya akan menghadapi tekanan lebih baik daripada saat di French Open, “ tegasnya.

Sebagai pesaing utama pereb­utan gelar, Alcaraz dan Djokovic saling mengikuti perkembangan satu sama lain di turnamen itu.

“Saya menonton pertandin­gannya. Itu sudah jelas, tapi tidak keseluruhan pertandin­gan. Saya pikir dia melakukan hal sama seperti saya,” ujar Alcaraz.

Petenis Spanyol itu bertekad untuk memenangi turnamen Wimbledon 2023. “Itulah tujuan utama saya saat ini. Saya sangat percaya diri, “ akunya.

Setelah kemenangan di babak pertama, Alcaraz akan mengh­adapi pemenang pertandingan antar sesama petenis Prancis Alexandre Muller dan Arthur Rinderknech. (RMID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *