SERANG, BANPOS – Menjelang masuknya tahun ajaran baru 2023/2024. Kebutuhan sekolah seperti seragam sekolah dan alat tulis ramai dicari para siswa dan orang tua. Permintaan akan hal tersebut pun kian meningkat.
Seperti halnya produksi tas sekolah pada home industri yang berada di Lingkungan Margaluyu, Kelurahan Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang kembali meningkat.
Peningkatan produksi tas sekolah itu diketahui lantaran naiknya permintaan dari masyarakat jelang masuk sekolah tahun ajaran baru 2023. Tak tanggung-tanggung omset penjualan tas sekolah di home industry di Kota Serang jelang tahun ajaran baru 2023 ini tembus antara Rp100 juta hingga Rp150 juta per bulan.
Pengusaha tas home industry di Kampung Margaluyu, Kelurahan Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Dodi Jambak mengatakan, industri yang digelutinya tersebut saat ini mengalami kenaikan penjualan.
“Alhamdulillah, dari pada covid-19 kemarin, sekarang ada peningkatan lah. Minimal kita produksi satu minggu itu 100 sampai 150 lusin. Sewaktu covid, kita hanya 60 lusin saja, bahkan tidak berjalan sama sekali. Sekarang, jarang numpuk, biasanya kita tumpuk dulu. Kalo misalnya ada 100 lusin kadang-kadang keluar mininal separuhnya. Tapi alhamdulillah sejak tidak ada covid ini jarak numpuk lama.” katanya, Senin (10/7).
Dirinya menyampaikan, kenaikan penjualan tersebut karena saat ini menjelang masuknya tahun ajaran baru, yakni tahun ajaran 2023/2024. Dodi mengaku, kenaikan mencapai 20 sampai dengan 30 persen.
“Kalo sekarang, peningkatannya sekitar 20-30 persen dari pada tahun -tahun covid sebelumnya,” ucapnya.
Dirinya mengatakan, karyawan yang mengerjakan sebanyak kurang lebih 30 orang dan mengerjakan dengan target perminggu sebanyak 10 lusin tas.
“Karyawan ada sebanyak 30 orang. Perminggu paling sedikit satu orang 10 lusin,” katanya.
Dalam memasarkan produknya, dirinya mengaku sampai ke luar Kota Serang bahkan luar Banten. Untuk pemasaran di Kota Serang sendiri, dirinya mengaku hanya sedikit sebagian kecil saja.
“Pemasaran kita ke Jakarta daerah Tanah Abang. Kalo daerah Banten juga ada, tapi tidak banyak, seperti di Pasar Rau, pasar-pasar di Cilegon. Tapi kita banyaknya ke luar kota,” ujarnya.
Ia juga menerangkan, harga hasil industrinya pun bervariasi tergantung tingkat modelnya dan disesuaikan juga dengan tipe bahan yang pakai.
“Jadi rata-rata minimal harganya di Rp20 ribu paling rendah, dan tertinggi Rp80 ribu per pcs. Omset per bulan kurang lebih rata-rata di atas Rp100 juta sampai Rp150 juta,” terangnya.
Kendati demikian, dirinya menyampaikan, pesanan saat ini cukup berkurang tidak seperti dulu sebelum adanya covid-19. Mungkin karena pengaruh barang-barang impor banyak serta persaingan dagang yang banyak.
Ia juga berharap, agar produk impor bisa di kurangi jumlah yang masuk pasar di Indonesia terutama di wilayah Kota Serang. Pasalnya, hal tersebut membuat para pelaku usaha kecil lokal menjadi tersisihkan.
“Kebanyakan penyebabnya karena impor, jadi produk kita kalah. Harapan saya supaya impornya berkurang lah, agar kita yang kecil-kecil ini bisa berjalan kaya dulu lagi,” tandasnya. (CR-01/AZM)
Tinggalkan Balasan