DENPASAR, BANPOS – Satu-persatu, tokoh Golkar mengutarakan keinginannya maju sebagai calon ketua umum (Caketum). Setelah Ketua MPR Bambang Soesatyo dan Menteri Investasi/Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, kini giliran Luhut Binsar Pandjaitan yang menyatakan siap jadi Caketum Golkar. Kalau Luhut sudah bersuara, apakah beringin masih tetap kokoh atau bakal goyang? Kita lihat saja.
Kesiapan Luhut sebagai Caketum Golkar disampaikan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-Kura Bali, di Denpasar Selatan, Bali, kemarin. Luhut yang ditanya soal keinginannya maju sebagai Ketum Golkar, tanpa ragu-ragu menjawab “siap”.
“Kalau kader mendukung, mau. Saya siap,” ungkap Luhut.
Namun, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi ini membantah, bila kesiapannya maju jadi Caketum Golkar bukan karena ada masalah dengan Airlangga Hartarto, Ketum Golkar saat ini. Ia memastikan hubungannya dengan Airlangga baik-baik saja.
Mantan komandan jenderal Kopassus itu menganggap Airlangga sebagai teman baiknya. Terlebih, keduanya merupakan seorang menteri koordinator yang diamanatkan Presiden Jokowi di Kabinet Indonesia Maju.
“Saya dan Pak Airlangga itu teman. Kami sama-sama di kabinet untuk membantu Pak Jokowi,” tegas Ketua Dewan Penasehat Golkar ini.
Soal kesiapan, Luhut mengaku sempat didatangi sejumlah kader senior partai berlambang pohon beringin. Namun, ia enggan membeberkan siapa saja politisi senior Golkar yang dimaksud.
Lagipula, Luhut yakin betul partai sekaliber Golkar memiliki mekanisme sendiri untuk menyelesaikan persoalan internal, termasuk pergantian ketua umum. “Saya sih menunggu saja. Tidak ada juga kepentingan yang menggebu-gebu di situ,” ucapnya.
Untuk diketahui, isu Munaslub yang dihembuskan sejumlah tokoh senior Golkar hingga saat ini masih sepi dukungan. Para pimpinan DPD Golkar di daerah belum ada yang menyatakan dukungan untuk digelar Munaslub. Sejumlah Ketua DPD Golkar justru menyatakan saat ini partainya solid dan tengah fokus pada Pemilu 2024, baik Pilpres maupun Pemilu Legislatif (Pileg).
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Satuan Karya (Satkar) Ulama Indonesia Idris Laena menanggapi kesiapan Luhut menjadi Caketum Golkar. Menurutnya, siapa saja boleh berkeinginan menjadi ketua umum Golkar. Namun, harus mengikuti mekanisme partai.
“Saya kira jawaban kami tetap sama. Bahwa kader Golkar seluruh Indonesia sampai saat ini tetap tegak lurus terhadap hasil munas dan rapimnas partai. Kalau selama itu belum berubah, semua tetap mendukung kepemimpinan Pak Airlangga,” jawab Idris.
Sesuai AD/ART, Munaslub bisa terjadi jika mayoritas DPD mengusulkan hal tersebut. Faktanya, sampai saat ini tidak ada satu pun permintaan dari DPD Golkar daerah untuk menggelar Munaslub.
“Makanya ada orang yang meminta, Pak Lawrence yang meminta, saya kira dia tidak bisa mewakili seluruh kader,” tegas Idris.
Ia memastikan seluruh kader Golkar tetap solid mendukung Airlangga hingga masa jabatannya selesai dengan baik. Terlebih, sebagai partai besar, kebijakan Golkar diatur berdasarkan keputusan secara kolektif.
“Rapimnas sebagai pengambilan keputusan tertinggi memutuskan. Sehingga seluruh kader harus tunduk dan taat pada keputusan tersebut,” pesan Idris.
Benarkah beringin masih kokoh? Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin menilai, peluang digelarnya Munaslub masih terbuka. Menurutnya, wacana Munaslub akan semakin kencang jika Airlangga tak dapat menyolidkan barisan partainya.
“Jadi saya melihat bahwa arah-arah Munaslub itu akan semakin kencang, akan semakin keras dan bisa saja terlaksana, kalau Pak Airlangga tidak mampu menjaga gawang Partai Golkar,” kata Ujang.
Apalagi saat ini, Airlangga baru saja diperiksa Kejagung selama 12 jam terkait kasus dugaan korupsi izin ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya. “Ini kan membuat Partai Golkar dalam posisi bahaya begitu. Nah saya melihatnya, ya kelihatannya arus Munaslub itu akan semakin kencang bisa saja terlaksana. Apalagi kita tahu bahwa Pak Luhut begitu ya, sudah siap menjadi ketua umum,” ucap dia.
Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro menilai, posisi Golkar saat ini memang sedang terpuruk secara politik. Salah satu penyebabnya, kata Agung, adalah Golkar belum menampilkan tokoh-tokoh politik yang mumpuni secara elektabilitas pribadi dan mengangkat pamor partai.
“Secara personal Golkar gagap melahirkan figur baik dalam konteks ketua umum maupun capres yang potensial. Ini bisa terdeskripsi dari figur-figur ketua umum yang terpilih maupun capres yang diusung dari pemilu ke pemilu,” ulasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, masa depan Golkar sangat tergantung oleh dinamika dan konfigurasi politik di internal. Terlebih, munaslub masih sebatas wacana yang dihembuskan sejumlah elite Golkar.
Belum terlihat ke publik, adanya DPD tingkat I yang meminta munaslub diselenggarakan. Meski ada anggapan juga DPD Golkar tengah wait and see, menelaah apa yang sebenarnya terjadi di internal. Khususnya terkait hasil pemeriksaan Airlangga di Kejaksaan Agung (Kejagung).(PBN/RMID)
Tinggalkan Balasan