PANDEGLANG, BANPOS – Sekolah lapang (SL) Kelompok Tani (Poktan) bukan menjadi acara seremonial semata tapi harus dimanfaatkan dengan baik oleh petani, karena ada transfer knowledge dari para narasumber.
“Pada kegiatan ini diajarkan cara pembuatan bahan organik oleh narasumber, sehingga petani mempunyai alternatif penggunaan pupuk untuk pengolahan lahan pertanian,” kata Asda Ekonomi Pembangunan (Ekbang) Setda Pandeglang, Nuriah saat membuka acara sekolah lapang di Desa Rocek, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, Selasa (22/8).
Menurutnya, kegiatan ini tujuannya adalah untuk memberikan wawasan bagi para petani khususnya dalam pembuatan bahan organik. Apalagi pembuatan bahan ini menjadi solusi ketika pupuk organik sulit didapat.
“Manfaatkan momen ini dengan baik, karena memberikan pembelajaran dalam menyelesaikan permasalahan yang selama ini menjadi persoalan di lapangan,” terangnya.
“Silahkan ikuti dengan seksama, catat semua materi yang disampaikan para narasumber. Setelah itu diaplikasikan pada saat mulai menanam,” katanya.
Salah satu narasumber dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Cimanuk, Encep Sulhi mengatakan, biosaka merupakan produk non paten dan non pupuk yang diramu sendiri oleh petani.
“Produk bio saka merupakan elisitor, artinya suatu produk yang berfungsi sebagai signaling bagi tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih bagus,” katanya.
Dijelaskannya, elisitor ini berfungsi untuk memperbaiki tanaman dan ekosistemnya. Sehingga, tanaman tumbuhnya lebih bagus dan meningkatkan sel tanaman itu sendiri.
“Nanti secara fisik bisa dilihat dari daun dan batangnya, perkembangan akar dengan sendirinya akan mencari nutrisi, menyuburkan tanah, agar ada pemahaman bio saka kita langsung praktikan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Poktan Mukti Rahayu II, Toni mengaku sangat senang bisa mengikuti kegiatan SL. Sebab kata Toni, dirinya banyak mendapatkan informasi tata cara pengolahan pertanian.
“Pertama kita belajar bio saka, kami sudah praktekan dan bahannya sudah kami catat seperti daun nilam, daun paku, sembung, ki hujan, kelor, daun mindi, semua diremas dengan air dua liter,” ucapnya.(dhe/pbn)
Tinggalkan Balasan