NU Dan Jokowi Potensial Tentukan Kemenangan Capres

JAKARTA, BANPOS – Pakar Sosiologi dan Politik sekaligus Dosen Senior FISIP UGM Dr. Kuskridho Ambardi menegaskan, Nahdlatul Ulama (NU) dan Presiden Jokowi bisa menjadi penentu kemenangan calon presiden di Pilpres 2024.

Ini bisa dilihat dari hasil survei berbagai lembaga, yang menyatakan jarak keterpilihan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo sangat tipis. Bahkan, masih masuk dalam batas galat atau batas kesalahan (margin of error).

“Data lembaga survei kredibel menunjukkan, jarak Pak Prabowo dan Pak Ganjar masih dalam rentang margin of error. Kalau dengan Mas Anies, memang agak jauh jaraknya. Jadi, kita coba menganalisis yang jaraknya dekat dulu, antara Pak Ganjar dan Pak Prabowo,” kata Kuskridho yang akrab disapa Dodi, Kamis (31/8).

Dengan hasil yang masih dalam rentang margin of error, jika hasil survei Ganjar ditambah 2 persen dan Prabowo dikurangi 2 persen (rentang margin of error) atau sebaliknya, Prabowo dan Ganjar cukup mencari suara tambahan 5-7 persen. Agar bisa memenangkan laga politik lima tahunan.

“Ketika 5 sampai 7 persen itu dibutuhkan, saya rasa, NU sebagai basis massa terbesar di Indonesia, sangat bisa,” ujar Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI) 2010-2019 ini.

Dodi yang merupakan Doktor Ilmu Politik Ohio State University (OSU) Amerika Serikat ini mengatakan, dukungan dari NU sangat diperlukan, karena organisasi yang kini telah berusia 2 abad itu memiliki basis massa loyal tradisional yang bisa digerakkan oleh sebuah tim.

Selain itu, NU juga memiliki pengalaman menggerakkan massa. Ditambah lagi, banyak tokoh NU yang memiliki pengalaman elektoral.

Hanya saja, mengingat pengurus PBNU terikat khittah untuk tidak berpolitik praktis, mereka tidak bisa secara terang-terangan menggerakkan warga NU. Sehingga, di setiap pemilihan legislatif, suara nahdliyin tersebar di banyak partai politik.

“Padahal, di luar struktur, PBNU bisa membentuk tim ad hoc, yang bisa menjadi semacam mesin komando yang merencanakan strategi mengajak pulang kandang warganya, dałam satu komando PBNU,” jelas Dodi.

Struktur formal di NU memang berbentuk semacam federasi, yang memiliki pemimpinnya di masing-masing pondok pesantren.

Namun, dengan “Mesin Komando” yang dibikin PBNU, bukan tak mungkin, pondok-pondok pesantren maupun warga NU ikut dalam satu barisan. Bergerak memenangkan calon yang didukung PBNU.

Selain suara dari NU, Dodi menyebut faktor lain yang juga bisa menjadi penentu kemenangan. Yakni dukungan dari Presiden Jokowi.

Presiden ke-7 RI ini diyakini memiliki magnet, karena memiliki banyak atribut yang disukai pemilih. Sentimennya positif.

“Jadi, dua-duanya, baik NU dan Presiden Jokowi, saya kira akan menentukan pemenang Pilpres 2024. Apalagi, tambahan suara yang diperlukan hanya 5-7 persen,” ujar Dosen Departemen Sosiologi UGM ini.(PBN/RMID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *