Karinding, Salah Satu Alat Musik Khas Citorek yang Sempat Hilang

LEBAK, BANPOS – Alat musik Karinding yang menjadi peninggalan seni budaya khas daerah Citorek di Kecamatan Cibeber yang dianggap hilang sejak lebih dari tiga dekade lalu, kini mulai dicoba dibangkitkan kembali.

Sementara berdasarkan penuturan dari warga yang tinggal di Citorek, membenarkan soal keberadaan alat musik jenis karinding pernah ada. Mereka mengaku orang tua mereka pernah punya cerita adanya permainan Karinding.

”Iya kalau dulu mah katanya alat musik itu biasa dimainkan warga sini, iya jika ke huma atau ke ladang, katanya buat ngusir hama. Tapi sekarang mah sudah tidak ada, ya katanya sudah lebih dari 30 tahunan lenyapnya. Mungkin karena jaman, tapi kurang tau juga” ungkap Iyos Roshad, warga Citorek kepada BANPOS, Selasa (12/9).

Diketahui, Karinding adalah jenis alat musik tradisional, dibuat dari bambu atau pelepah enau. Alat musik ini dimainkan oleh mulut disertai pukulan jari tangan, sehingga menghasilkan bunyi yang yang unik. Di Citorek, seni musik Karinding ini dahulunya selain untuk bermain musik, bunyi alat itu dipercaya dapat mengusir hama dan binatang perusak tanaman pada Huma atau kebun.

Sementara, Pegiat Institut Karinding Nusantara (IKN), Rizal Kurniawan, menyebut bahwa sempat hilangnya permainan Karinding di tengah masyarakat Citorek, itu harus menjadi perhatian serius. Menurutnya, budaya masyarakat memainkan seni Karinding tersebut merupakan salah satu khasanah kekayaan budaya Banten yang harus di lestarikan.

“Budaya Banten itu banyak yang nyaris lenyap ditelan waktu. Padahal seni itu juga termasuk kekayaan budaya daerah. Saya meminta kepada Dinas Kebudayaan Provinsi Banten agar lebih peduli kepada kebudayaan yang ada, dan menghidupkan yang hampir punah. Jangan sampai nanti generasi mendatang malah tak tau apa saja budaya dan kesenian sendiri, tapi malah budaya asing lebih mereka kenal,” ujar Rizal.

Senada, pembina IKN, Muklis Ponco, mengungkap bahwa hilangnya permainan masyarakat Citorek seperti Karinding terjadi di tengah masyarakat adat merupakan salah satu bencana budaya bangsa, padahal kebudayaan merupa identitas dari masyarakat setempat.

”Apalagi bencana budaya ini terjadi di masyarakat adat, ini diperlukan usaha-usaha inisiatif secara gerak cepat untuk mengembalikan seni permainan rakyat ini bisa kembali ke tengah masyarakat,” tegas Muklis.

Menurut Mukhlis, kehadiran wadah IKN yang dibinanya itu sebagai salah satu komunitas pelestari Karinding, dalam hal ini IKN langsung melakukan upaya darurat menggelar pelatihan membuat dan memainkan seni Karinding.

”Memang Karinding ini sebenarnya sudah pernah ada dan merupakan kebudayaan asli di Citorek, sehingga banyak masyarakat Citorek dengan mudah membuat dan memainkan Karinding saat kami latih,” terangnya. (WDO)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *