Distanak Provinsi Banten Beberkan Penyebab Harga Beras Tinggi

Taufiq Solehudin/BANTEN POS Kepala Distanak Provinsi Banten Agus Tauchid saat ditemui di ruangan kerjanya pada Jumat (6/10)

SERANG, BANPOS – Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Banten mengungkap alasan tingginya harga beras di pasaran. Selain disebabkan karena faktor musim El Nino, juga disebabkan oleh faktor lain. Kepala Distanak Provinsi Banten Agus Tauchid menjelaskan, tingginya harga beras di pasaran dilatarbelakangi oleh tingginya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani.

Agus mengungkapkan, saat ini harga GKP mencapai Rp7.000 per kilogramnya dari yang semula seharga Rp5.000 per kilogram. Ia berkeyakinan, naiknya harga gabah disebabkan oleh tingginya permintaan di tengah pasokan gabah yang terbatas, sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran.

“Nah sekarang harga GKP di atas Rp6.000 menandakan berarti demand sedang tinggi. Berdasarkan hukum ekonomi, kalau di demand nya tinggi maka harga naik dan saya akui betul kita di bulan Agustus, September, Oktober betul ada panen, tetapi tidak sebanyak tahun kemarin,” katanya kepada BANPOS pada Jumat (6/10).

Selain itu ia juga mengungkapkan, gabah hasil panen para petani di Provinsi Banten rupanya tidak sepenuhnya terserap di Banten.

Banyak dari gabah-gabah hasil panen para petani di Banten juga turut dibawa keluar daerah seperti Lampung, Jawa Barat, bahkan hingga Jawa Timur.

Mendapati adanya kenyataan seperti itu, Agus mengaku bahwa pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk membatasi laju distribusi gabah keluar Banten. Karena menurutnya hal itu terbentur oleh keterbatasan wewenang.

Agus menjelaskan, Distanak hanya memiliki tugas untuk berupaya meningkatkan jumlah produksi hasil panen para petani. Sementara tugas pengawasan di pasar itu merupakan kewenangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag).

“Kita tidak batasi, hei jangan beli gabah dari Banten atau sebaliknya. Karena mereka juga memiliki mekanisme pasar,” ungkapnya.

Di samping itu ia juga menjelaskan, terbatasnya jumlah pasokan gabah tidak lepas dari adanya fenomena El Nino yang hingga kini masih melanda Provinsi Banten. Berdasarkan data yang diberikan di tahun 2023 hingga September ada sekitar 6.253,4 hektar lahan terdampak kekeringan akibat fenomena El Nino. Sementara lahan pertanian yang fuso mencapai 997,6 hektar.

“Saat ini kita tengah menghadapi masa El Nino, sumber air kita mulai berkurang yang tentunya akan berpengaruh kepada proses produksi, akibatnya maka terjadi penurunan luas panen dan luas tanam,” tandasnya. (CR-02/AZM)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *