Akhir Duel Prabowo vs Jokowi

SERANG, BANPOS – KONTESTASI Pilpres makin mengerucut. Tiga pasangan ganda putra sudah resmi diusung oleh tiga kelompok koalisi. Pertempuran sesungguhnya pun dimulai dari sini.

Pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka menjadi ganda terakhir yang dideklarasikan ke publik sebagai bakal calon Presiden RI periode 2024-2029.

Terlepas dari semua kontroversinya, duo beda generasi ini menjadi kontestasi sepertinya bakal berlangsung seru.

Sebelum Prabowo-Gibran, pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar disusul Ganjar Pranowo – Mahfud MD sudah lebih dulu terbentuk. Bahkan, kedua ganda putra itu sudah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai Bakal calon Presiden dan Wakil Presiden.

Terbentuknya tiga koalisi parpol di pemilihian Presiden, mengakhiri era duel yang terjadi dalam dua periode sebelumnya. Dalam pemilihan Presiden 2014 dan 2019, pertarungan head to head sealalu terjadi antara Prabowo Subianto versus Joko Widodo.

Di Pilpres 2014, Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa dikalahkan JOkowi yang berpasangan dengan Jusuf Klla. Demikian pula di tahun 2019, Prabowo

yang berganti pasangan dengan Sandiaga Uno dikalahkan Jokowi yang juga mengganti pasangannya dengan KH Ma’ruf Amin.

Berkaca dari dua duel itu, polarisasi antar anak bangsa begitu terasa dan nyata. Kemunculan istilah cebong, kampret, kadal gurun, dan lain-lain, menggambarkan bagaimana perbedaan pandangan memicu perpecahan.

Di era reformasi, terjadi duel dalam kontestasi Pilpres memang hanya terjadi di era Jokowi vs Prabowo.

Sebelumnya, Pilpres diikuti tiga pasangan calon, bahkan pernah sampai lima pasangan calon.

Di akhir era duel Jokowi vs Prabowo ini, Jokowi pun tak lagi berseberangan dengan Prabowo. Bahkan, Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putra sulung Jokowi, kini berpasangan dengan mantan kompetitornya dalam pilpres.

Politik memang tak bisa diprediksi. Tetapi itulah yang terjadi dan harus kita terima dan jalani sebagai realita.

Namun, yang pasti, setidaknya kekhawatiran akan terjadinya polarisasi dalam ajang pilpres kali ini bisa ditekan. Karena pilihannya bukan soal kelompokku atau
kelompokmu, karena masih ada kelompok mereka yang berkompetisi di ajang ini.

Akhir era duel antar Jokowi vs Prabowo pun harus ditandai sebagai akhir dari polarisasi yang meresahkan. Sebagai anak bangsa yang sama-sama hidup di alam
demokrasi, ayo kita memilih dan berkompetisi dengan fair dan asik.

Karena pada akhirnya, sebagian besasr dari kita akan kembali ke dunia nyata setelah kontestasi ini berakhir. Kita akan kembali menjadi warga Negara Indoensia yang gemar bergotong royong dan dikenal dunia karena keramahannya.

Tinggal mereka yang memenangi pertarungan antara ganda putra itulah yang akan menunaikan tugasnya, dan menuntaskan janji-janjinya. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *