Tidak Melahirkan di Faskes Masih Jadi Penyebab Kematian Ibu

SERANG, BANPOS – Pattiro Banten melalui program MADANI menggelar diskusi bersama sejumlah organisasi sosial yang ada di wilayah Banten, Rabu (29/7). Dilakukan secara virtual, kegiatan tersebut mengambil tajuk ‘Pelayanan Kesehatan untuk Ibu Hamil Ditengah Pandemi’.

Dalam kesempatan tersebut, Pattiro Banten menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya yaitu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti, Ketua Fopkia Kabupaten Tangerang Atif, dan MP Pattiro Banten Titin Mulyani. Turut menyampaikan sambutan Direktur Pattiro Banten, Angga Andrias, SFC, Ulfi Ulfiah.

Dalam pemaparannya, Kepala Dinkes Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti, menjelaskan beberapa poin penting terkait dengan kondisi pelayanan kesehatan untuk ibu hamil di Provinsi Banten. Diantaranya yaitu mengenai penyebab kematian ibu.

“Kematian ibu lebih tinggi pada ibu yang melakukan persalinan secara prematur, melakukan persalinan bukan di fasilitas kesehatan (Faskes),” ungkapnya.

Ati juga menjelaskan penyebab kematian ibu saat melahirkan. Berdasarkan data di 3 wilayah studi Banten II pada 2015-2017, bahwa angka tertinggi yaitu akibat pendarahan obstetri 38,3 persen, ak lampsia 19,1 persen.

Selain penyebab kematian, ia juga menyampaikan cakupan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar (k4) Provinsi Banten pada Januari–September 2020, yakni tertinggi di Kabupaten Tangerang mencapai 75,62 persen, Kabupaten Serang 72,83 persen. Sementara, cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar Provinsi Banten yaitu Kabupaten Tangerang 78,16 persen dan Kabupaten Serang 78,08 persen.

“Dalam situasi pandemi Covid-19, Dinas Kesehatan Provinsi Banten telah mengeluarkan kebijakan terbaru mengenai teknis pelayanan kesehatan, juga beriringan dengan SE Dirjen Kesehatan Masyarakat tentang Pelayanan Gizi Dalam Pandemi Covid 19,” tuturnya.

Ati menyampaikan, melalui kebijakan tersebut, diharapkan kabupaten/kota dapat meningkatkan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait dengan ketersediaan dan distribusi suplementasi pada kelompok rawan. Baik bentuk tablet tambah darah, juga tetap diberikan pada ibu hamil, makanan tambahan ibu hamil diberikan pada semua ibu hamil, diprioritaskan pada ibu hamil KEK dan memiliki keterbatasan ekonomi dan akses pelayanan kesehatan.

“Makanan tambahan balita diberikan pada semua balita, diprioritaskan pada balita yang mengalami gizi kurang dan memiliki keterbatasan ekonomi dan kesejahteraan pelayanan kesehatan, memastikan ketersediaan Vitamin A untuk pemberian berikutnya pada Bulan Agustus,” katanya.

Ia menyebut, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas, dapat melaksanakan Pelayanan Kesehatan seperti yang tertuang dalam indikator SPM. Secara umum, Ati juga menjelaskan banyak poin mengenai langkah-langkah pencegahan Covid-19 pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayu baru lahir.

“Hal itu dirincikan dalam konsep prinsip umum pencegahan Covid-19. Bahkan, sudah membuat alur integrasi program dalam menerapkan dan penataan sistem rujukan,” tandasnya.

Diketahui, Rumah sakit yang dapat menangani SC pasien dengan covid-19 yaitu RSUD Banten, RSDP, RSU Kab Tangerang, RSUD Kota Tangerang, RS Annisa, RS Bhakti Asih, RS Dinda, RS Siloam Kelapa Dua, RSU Tangsel, RSUD Dr.Adjidarmo Lebak, RS Medika BSD, RS Kencana, RSPI bintaro jaya, RS Sari Asih Ciputat, RS Sari Asih Cipondoh, Siloam Hospitals Lippo Village, RS Primaya Tangerang, Mitra Keluarga Gading Serpong, RSUD Balaraja, RS Ciputra Citra Raya, RS Hermina Tangerang.

Narasumber kedua dari Fopkia Kabupaten Tangerang, Atif menyampaikan beberapa poin penting terkait peran lembaga yang dipimpinnya dalam pendampingan ibu hamil dimasa pandemi Covid-19. Dalam penyampainnya, dirincikan mengenai jumlah kesehatan keluarga yang terkonfirmasi positif Covid-19, khusus wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2020. Yaitu ibu hamil 119 orang, ibu Nifas 20 orang, ibu menyusui 27 orang, bayi umur 0-11 bulan sebanyak 17, ballita umur 12-59 bulan 116 orang, dan remaja 660 orang.

“Mengenai angka kematian ibu, menurut status rujukan ke Faskes pada 2020 yaitu sebanyak 38 orang,” ujarnya.

Narasumber ketiga, MP Pattiro Banten, Titin Mulyani memaparkan terkait dengan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kesehatan ibu hamil hasil studi program T4D di Kabupaten Lebak. Melalui program tersebut, membangun kesadaran warga, hingga menyusun rencana aksi bersama.

“Hasilnya, adanya keberhasilan untuk meningkatkan kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya,” kata Titin.
Kemudian, terjadi kolaborasi dalam mendorong peningkatan KIBBLA antara warga dengan Puskesmas. Ikut sertanya warga dalam perencanaan, berhasil mendorong dibangunnya posyandu dan masuknya rencana penambahan fasilitas kesehatan dalam RPJM Desa, Usulan perbaikan/ peningkatan akses jalan untuk kampung yang jauh dari pusat desa disetujui desa dengan masuk dalam RPJMDes.

“Tarif persalinan normal, terpampang di klinik dan Puskesmas beserta jam pelayanannya,” tandasnya. (MUF)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *