Suka Duka Vaksinasi ODGJ, Ada Yang Ngamuk, ‘Disogok’ Pakai Rokok

BERBAGAI suka dan duka dialami oleh para tenaga kesehatan (Nakes), dalam melakukan vaksinasi bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Mulai dari mengamuk saat ingin disuntik, hingga harus ditenangkan dengan ‘sogokan’ rokok.

Kabid Pemberdayaan Masyarakat dan Kesehatan pada Dinkes Kota Serang, Ratu Ani Nuraeni, mengatakan bahwa setiap vaksinator dan Nakes memiliki cerita yang membekas dalam menangani ODGJ ketika vaksin.

“Tentunya ada teknis tersendiri bagi vaksinator, agar si penerima vaksin tidak ngamuk. Misalnya ditenangkan dulu, alihkan dulu fokus konsentrasinya baru disuntik,” ujarnya, Senin (6/9).

Bahkan menurutnya, ada seorang penerima vaksin yang terus menolak hingga mengamuk karena tidak ingin divaksin. Sehingga, vaksinator dan Nakes pun mencari cara agar pelaksanaan vaksinasi dapat berjalan dengan lancar.

“Sampai ada yang dikasih uang Rp20 ribu, terus ada juga yang minta rokok sebelum di suntik. Bahkan ada yang dipegangi oleh aparat keamanan biar tidak mengamuk,” ungkapnya.

Ratu Ani pun menuturkan bahwa dalam melaksanakan vaksinasi untuk ODGJ, nakes dan vaksinator mengeluarkan tenaga yang lebih besar dibandingkan biasanya. Sebab, mereka harus mendatangi satu-satu para calon penerima vaksin.

“Karena kan kami berjalan berdasarkan data yang disampaikan Dinas Sosial (Dinsos). Jadi door to door,” ucapnya.

Satgas Covid-19 Kota Serang pun menurutnya, telah berusaha untuk memberikan pelayanan yang sama terhadap masyarakat, sehingga tidak ada kecemburuan sosial di lapangan.

“Semua masyarakat tidak ada perbedaan. Semua mendapatkan pelayanan. Kami ini kan kerja tim dengan Dinsos, Babinsa, lalu Dinkes, jadi semua ikut berpartisipasi,” tuturnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinkes Kota Serang, Ahmad Hasanudin, mengatakan bahwa para tenaga kesehatan dan vaksinator harus bekerja ekstra ketika menghadapi penerima vaksin yang mengalami gangguan jiwa.

“Karena biasanya mereka itu kadang menolak, dan terkadang suka mengamuk. Jadi kami benar-benar harus berhati-hati, dan sabar,” ujarnya.

Menurut Hassn, ODGJ yang dimaksud bukan hanya seorang yang berada di pinggiran jalan dengan kondisi yang tidak wajar. Namun, ODGJ secara keseluruhan, yang merupakan seseorang yang memiliki gangguan kejiwaan, tidak seperti orang-orang pada umumnya.

“Bukan seperti orang yang tidak pakai baju dan sebagainya. Orang dengan gangguan jiwa itu banyak kategorinya, jadi kami juga harus ekstra sabar,” tandasnya. (DZH/AZM)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *