Gedung Juang Kembali Disoal, DPK Minta Kedepankan Tabayyun

SERANG, BANPOS– Meskipun revitalisasi Gedung Juang ’45 (GJ45) telah lama rampung, namun masih ada beberapa pihak yang menolaknya. Bahkan, 22 September diperingati sebagai hari ‘Tragedi Pengosongan Gedung Juang ‘45’ oleh beberapa pihak. DPK Kota Serang selaku leading sector revitalisasi meminta agar pihak-pihak yang masih belum terima dengan revitalisasi, melakukan tabayyun secara langsung.

Pada Selasa 22 September lalu, seorang Budayawan Banten bernama Ibnu PS Megananda membacakan sebuah puisi berjudul ‘Kekuatan Kedaulatan’ tepat di depan Gedung Juang ’45. Pembacaan puisi tersebut menurutnya dalam rangka memperingati ‘Tragedi Pengosongan Gedung Juang ’45’.

Puisi yang dibawakan oleh Ibnu menurutnya, sebagai bentuk keprihatinan terhadap kedaulatan yang saat ini kritis. “Jadi manusia, bangsa, rakyat, maupun pemimpin itu harus berdaulat, harus memiliki kedaulatan,” ujarnya.

Menurut Ibnu, pengosongan Gedung Juang ’45 yang dilakukan oleh Pemkot Serang kepada organisasi DHD ’45 terkesan terlalu dipaksakan. “Pengosongan itu suatu hal yang tidak lumrah, sebagai anak bangsa saya merasa perih. Karena gedung itu banyak bukti sejarah untuk mempertahankan kedaulatan, agar bangsa berdaulat,” ucapnya.

Ketua DHD ’45 Banten, Mas Muis Muslich, mengaku terkesan dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Ibnu. “Secara pribadi saya sangat terkesan. Karena dengan membuat sebuah karya puisi tersebut pak Ibnu telah mewakilkan perasaan kami,” tuturnya.

Bahkan dia juga berencana untuk menetapkan tanggal 22 September sebagai ‘Tragedi Pengosongan Gedung Juang ’45’ Provinsi Banten yang telah lama ditempatinya. “Iya memang, karena itu sebuah tragedi menurut saya. Pemkot Serang memaksa kami untuk mengosongkan gedung tanpa memberikan solusi dan kami dianggap membangkang,” ucapnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala DPK Kota Serang, Wahyu Nurjamil, mengajak Ibnu PS Megananda dan DHD ’45 Banten untuk mengecek atau tabayyun terlebih dahulu. Hal itu dilakukan agar seluruh lapisan masyarakat dan DHD ’45 bisa melihat secara langsung bila gedung tersebut digunakan untuk kepentingan bersama.

“Jika memang budayawan ingin mengetahui terkait apa saja yang sudah kami lakukan, silahkan bertabayyun dan bersilaturahmi,” ujar Wahyu saat dikonfirmasi awak media, Kamis (23/9).

Wahyu Nurjamil pun menegaskan bahwa Pemkot Serang tidak pernah melakukan pemaksaan apalagi melakukan pengusiran terhadap organisasi yang ada di Gedung Juang ’45.

“Kami Pemkot Serang tidak pernah mengusir siapapun. Malah kami menempatkan para pejuang dan veteran di gedung yang baru di belakangnya (Gedung Juang),” tuturnya.

Menurut Wahyu, Pemkot Serang melalui DPK akan terus melakukan revitalisasi Gedung Juang ’45 untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat Kota Serang. Sedangkan mengenai Budayawan Banten yang membacakan puisi di depan Gedung Juang ’45, Wahyu pun mengapresiasi.

“Alhamdulillah, sekarang ini gedung juang sudah sering dikunjungi oleh pelajar, anak-anak, termasuk kunjungan dari kota dan kabupaten lain yang ada di Banten,” tandasnya. (DZH/AZM)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *