CILEGON, BANPOS – Karang Taruna Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, menyayangkan sikap PT Taisei Pulauintan Construction International yang merupakan Main Contractor PT MC PET Film Indonesia (MFI) yang menolak dialog dan aspirasi mengenai tenaga kerja lokal.
Ketua Karang Taruna Kelurahan Gerem, Muhammad Na’i menjelaskan, awalnya pihaknya komunikasi dengan manajemen PT Taisei Pulauintan Construction International kemudian meminta untuk diberikan peluang yang sama dalam hal perekrutan tenaga kerja untuk warga Gerem.
“Rencananya kontraktor akan dikumpulkan oleh salah satu manajemen PT Taisei Pulauintan Construction International untuk membahas peluang tenaga kerja bagi masyarakat Gerem yang dimotori oleh Karang Taruna Kelurahan Gerem, tetapi kami dapat kabar kembali mengumpulkan kontraktor itu tidak bisa dilakukan,” katanya saat dikonfirmasi, Minggu (24/10).
Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya mewakili masyarakat khususnya pemuda di Kelurahan Gerem merasa dipinggirkan padahal pemukiman masyarakat Gerem kata dia, semua berada di wilayah projek PT Taisei Pulauintan Construction International.
“Saya mendengar manajemen PT Taisei Pulauintan Construction International yang akan mengumpulkan kontraktor di wilayah projek tersebut tidak dibolehkan sama atasannya termasuk sama ownernya yakni PT MFI, kalau seperti itu biarkan kita pemuda Gerem menganggur aja menikmati udara buruk akibat proses industrialisasi,” tuturnya.
Atas kejadian tersebut lanjut Na’i, Karang Taruna akan menggelar aksi didepan proyek perluasan pabrik PT MFI atau di PT Taisei Pulauintan Construction International karena perusahaan tidak mau mendengar aspirasi atau usul dari warga lingkungan.
“Karena tidak mau diajak berunding padahal ini menyangkut masyarakat banyak khususnya pemuda, maka kita akan menggelar aksi sesuai Undang-undang tentang Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum nomor 9 tahun 1998,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Karang Taruna Kelurahan Gerem, Imam Hidayatullah mengatakan, Karang Taruna Gerem ini merupakan jembatan dari aspirasi pemuda Gerem yang mengeluh tidak bekerja karena keterbatasan informasi dan teknis komunikasi, maka dengan sangat sadar kami ingin bersinergi dengan industri khususnya di wilayah Gerem guna menyampaikan aspirasi para pemuda.
“Ketika keinginan, aspirasi serta usul dibungkam bahkan ditolak tanpa adanya kejelasan kita akan menggelar konsolidasi dengan pemuda Gerem untuk bersikap,” ungkapnya.
Pengangguran ini menjadi persoalan sosial yang berat, terlebih kata Imam, pihaknya tidak mau masyarakat Gerem hanya kebagian debu dan polusinya saja. “Kalau sakit masyarakat tidak bekerja mau berobat pakai apa?, kita tidak di cover BPJS tenaga kerja orang tidak bekerja,” tegasnya.
Dikatakan dia, dalam suatu masyarakat demokratis, ruang publik menjadi aspek yang sangat penting terutama bagi mereka yang termarjinalkan dan hanya menjadi objek pembangunan. “Ketika ruang aspirasi formal tidak diberikan akses kepada kami selaku perwakilan pemuda untuk menuntut hak atau sekadar menyampaikan pendapat, maka kita dapat menciptakan ruang sendiri untuk menuntut hak sosial-politik kami,” tandasnya.
Ketua Komisi II DPRD Kota Cilegon Faturohmi amat menyayangkan pelaksana proyek apabila dalam pelaksanaannya tidak melibatkan masyarakat sekitar. “Kalau memang projek itu tidak mengutamakan sumberdaya manusia dari sekitar lingkungan tentu kita amat sayangkan tapi secara persisnya saya belum tahu informasinya,” kata Faturohmi kepada BANPOS saat dikonfirmasi, Minggu (24/10).
Politisi Partai Gerindra ini mengingatkan kepada perusahaan maupun pelaksana proyek agar masyarakat sekitar dilibatkan dalam pekerjaan. “Kalau memang masyarakat sekitar belum terakomodir ya kita minta supaya pelaksana proyek itu melibatkan masyarakat sekitar, itu yang paling penting. Salurannya bisa lewat manapun termasuk kelurahan, banyak lembaga-lembaga ditingkat kelurahan yang bisa diajak bicara,” katanya.
“Intinya kalau saya secara umum menegaskan bahwa kalau memang betul bahwa PT Taise itu tidak mengakomodir tenaga kerja lokal, tenaga kerja dari lingkungan sekitar ya itu amat kita sayangkan idealnya lingkungan sekitar dilibatkan, diakomodir,” tandasnya.
Wakil Walikota Cilegon Sanuji Pentamarta meminta kepada semua industri yang ada di Kota Cilegon untuk mengutamakan para pekerja lokal khususnya orang Cilegon. “Perusahaan-perusahaan harus memberi porsi mayoritas kepada tenaga kerja lokal terus komitmennya harus dibangun,” tegas Sanuji.
“Perusahaan-perusahaan harus memberikan porsi mayoritas kepada tenaga kerja Cilegon. Aturan mainnya harus diatur oleh pemkot. Saya menghargai Karang Taruna Gerem itu satu tuntutan bagus,” sambungnya.
Sanuji juga meminta kepada perusahaan yang ada di Kota Cilegon agar terbuka terkait tenaga kerja yang ada di perusahaan masing-masing. “Mereka (perusahaan) harus terbuka dan di fasilitasi oleh pemkot. Agar tidak semua lembaga menuntut tapi pemkot melalui Disnaker harus segera memfasilitasi dan mengundang PT MFI memastikan mayoritas tenaga kerjanya orang Cilegon,” tandasnya.
Menanggapi hal itu, Humas PT MFI Joko Setiawan tidak bisa dikonfirmasi. Panggilan telepon dari wartawan tidak direspon begitupun pesan WhatsApp tidak dijawab. (LUK/RUL)
Tinggalkan Balasan