Lurah Kalodran, A Fahrudin, mengungkapkan bahwa masyarakat kalodran secara umum memiliki pekerjaan sebagai petani buruh dan pedagang. Kalau dan juga memiliki beberapa perumahan, sebab dilihat dari rencana tata ruang dan wilayah (RT-RW) nya kalodran merupakan zona permukiman dan pergudangan.
Sedangkan untuk masyarakat yang bermukim di perumahan sebagian besar adalah pekerjaannya sebagai pegawai dan lain-lain. Namun Kalodran juga masih memiliki lahan persawahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menanam berbagai tanaman.
Meski sebagian besar bukan lagi lahan milik masyarakat, namun masyarakat diberikan kewenangan untuk mengelola dan menanami lahan persawahan tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu, masyarakat juga menanam tanaman hidroponik di rumahnya masing-masing.
Tanaman hidroponik ini di berikan langsung atau dibimbing langsung oleh dinas pertanian Kota Serang. Sehingga tidak sedikit dari masyarakat yang menanam tanaman hidroponik dengan memanfaatkan lahan yang ada di rumahnya masing-masing.
Dalam segi ekonomi, Kalodran memiliki pengrajin anyaman bambu di wilayah Pekuncen. Dengan produk yang dihasilkan yaitu Tampah, Irig, Sapu dan Pengki.
“Jadi karena mayoritas warga Kalodran adalah petani, sehingga disela-sela menunggu hasil tanamnya dan di sela-sela waktu istirahatnya mereka menganyam bambu dan menghasilkan karya yang bisa dijual ke pasar,” tandasnya. (Bagian akhir) (ADV)
Tinggalkan Balasan