Ribuan Warga Lebak Terjangkit TBC

LEBAK, BANPOS – Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak mencatat sebanyak 2.276 warga terkena penyakit Tuberculosis (TBC) sepanjang tahun 20211. Sebanyak 31 orang warga dilaporkan meninggal dunia dari jumlah warga yang terjangkit penyakit bakteri menular tersebut.

“Jumlahnya 2.267 orang yang kita tangani dan diobati sampai tidak putus obat. Kalau tahun 2022 ini jumlahnya 102 orang yang terkena TBC,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Triatno Supiyono kepada BANPOS, Rabu (16/2).

Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Lebak dr. Firman Rachmatullah menjelaskan, TBC merupakan salah satu penyakit yang harus diwaspadai oleh masyarakat. Bukan hanya di wilayah perkotaan, masyarakat di pedesaan juga bisa terinfeksi penyakit tersebut.

“Semua usia itu berpotensi, dan dimanapun ketika lingkungannya terdapat TB bisa potensi terkena. Anak-anak yang terkena TB itu tertular dari orang dewasa, studinya begitu,” jelasnya.

Firman menyayangkan, kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya ke fasilitas kesehatan (faskes) masih begitu rendah. Hal ini yang membuat deteksi TBC menjadi sulit dilakukan petugas kesehatan.

“Jadi kalau kita, keluarga atau tetangga batuk-batuk yang sering dan sampai seminggu lebih segera periksakan diri ke dokter. Salah satu pencegahannya menjalani hidup sehat, mengkonsumsi makanan bergizi, rajin berolahraga. Agar tidak menularkan, tutup mulut dan hidung saat batuk,” tandasnya.

Dikutip dari Laman Kemkes.go.id, Wakil Menteri Kesehatan RI dr. Dante Saksono Harbuwono mengatakan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis merupakan salah satu upaya penting dalam eliminasi TBC tahun 2030.

“Untuk mengatasi rendahnya cakupan TPT saya mengharapkan dukungan dan peran serta semua pihak, termasuk segenap anggota organisasi profesi kesehatan dalam memberikan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya TPT kepada segenap anggota organisasi profesi masing-masing dan kepada seluruh masyarakat,” katanya pada lokakarya terkait TPT secara virtual di Jakarta belum lama ini.

Menurutnya, tidak semua orang yang terinfeksi kuman TBC akan mengalami gejala sakit TBC. Kondisi ini disebut dengan infeksi laten tuberkulosis (ILTB). Infeksi Laten Tuberkulosis adalah suatu keadaaan dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis secara sempurna, tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC.

“Oleh sebab itu mereka dengan kondisi ini perlu mendapatkan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) untuk mencegah sakit TBC, terutama bagi kelompok berisiko seperti kontak serumah dan orang dengan HIV (ODHIV),” ujarnya.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2021 disebutkan bahwa capaian pemberian TPT pada ODHIV hanya sebesar 5%. Sedangkan capaian pada kontak serumah sebesar 0,2%.
Capaian ini masih jauh dari target cakupan TPT nasional, yaitu sebesar 40% pada ODHIV dan 29% pada kontak serumah. Salah satu tantangan dalam pemberian TPT yaitu masih ada keraguan petugas kesehatan termasuk dokter dalam memberikan TPT bagi populasi berisiko.

(CR-01/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *