Pakar ITB: BPA Dan Polikarbonat Itu Dua Hal Berbeda

Ahli kimia sekaligus pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ahmad Zainal Abidin  menjelaskan bahwa Bisphenol A (BPA) dan Polikarbonat (PC) itu dua hal berbeda. Penjelasan ini penting, karena masyarakat salah mengartikan antara bahan kemasan plastik PC dan BPA sebagai prekursor pembuatnya.

Ia menilai, sejumlah pihak hanya melihat dari sisi bahaya BPA-nya bagi kesehatan. Tanpa memahami bahan jadi bentukannya yaitu Polikarbonat yang aman digunakan kemasan pangan.

Menurutnya, BPA itu memang ada dalam proses untuk pembuatan plastik PC. Dia mengibaratkannya, seperti garam NaCl (Natrium Chloride), yang masyarakat bukan mau menggunakan Klor atau Natriumnya, tapi yang digunakan adalah NaCl yang tidak berbahaya jika dikonsumsi.

Menurutnya, Natrium itu berbahaya bahkan bisa jadi peledak. Begitu juga dengan Klor sama berbahayanya dan bahkan bisa menyebabkan kematian bagi orang yang menghirupnya. Tapi, saat bersenyawa menjadi garam, menjadi aman.

”Jadi, dalam memahami ini, masyarakat harus pandai mengerti agar tidak dibelokkan oleh informasi yang bisa menyesatkan dan merugikan,” kata Zainal  dalam keterangan yang diterima redaksi, Rabu (9/3).

Zainal berharap, berita-berita terkait BPA galon guna ulang harus dijelaskan secara ilmiah. “Jadi, harus dengan data ilmiah sehingga masyarakat kita akan memahami dan bisa mengambil keputusan sendiri,” lanjutnya.

Dari sisi ilmiah, kata Zainal, semua zat kimia yang menjadi prekursor pembuat kemasan plastik itu berbahaya. Tidak hanya BPA, zat-zat prekursor yang digunakan untuk membuat botol atau galon plastik PET (polyethylene terephthalate) atau sekali pakai juga sama-sama berbahayanya.

Etilena glikol yang menjadi salah satu prekursor yang digunakan untuk membuat botol atau galon plastik PET atau sekali pakai itu sangat beracun dan bisa menyerang sistem saraf pusat, jantung, dan ginjal serta dapat bersifat fatal jika tidak segera ditangani.

“Tapi, dalam bentuk polimernya, setelah zat-zat kimia yang menjadi prekursor bahan pembuat botol atau galon plastik itu beraksi secara kimia sehingga membentuk polimer PC dan PET, itu menjadi tidak berbahaya. Yang penting, tetap dijaga agar polimer itu tidak terurai kembali menjadi bentuk prekursornya. Karenanya, kemasan-kemasan yang itu ada pengawasannya,” tutur Zainal.

Ia menegaskan, jangankan plastik, obat yang dipergunakan untuk kepentingan medis saja juga terbuat dari zat-zat kimia yang berbahaya. Itulah sebabnya, kalau obat itu digunakan sesuai takarannya menjadi bagus, tapi kalau berlebihan obat itu malah bisa membunuh.

Jadi, menurut Zainal, masyarakat harus mengetahui bahwa secara kimia, bahan berbahaya ditambah bahan berbahaya itu bisa menghasilkan bahan yang tidak berbahaya seperti halnya garam dapur, obat, dan polikarbonat. Tapi, kalau pencampurannya dilakukan secara fisik, artinya tidak ada reaksi kimia yang terjadi, itu akan menjadi dua kali berbahaya.

“Jadi menurut saya, masyarakat harus dikasih pengetahuan yang lengkap supaya tidak lagi takut lagi menggunakan kemasan pangan plastik yang sudah mendapat izin BPOM, sehingga hidup ini menjadi nyaman,” katanya.

Ahli Kimia ITB ini menerangkan, alasan Polikarbonat ini digunakan untuk bahan pembuatan galon guna ulang. Hal itu, disebabkan Polikarbonat adalah suatu kelompok polimer termoplastik yang mudah dibentuk dengan menggunakan panas.

Plastik jenis ini memiliki banyak keunggulan, yaitu ketahanan termal dibandingkan dengan plastik jenis lain, tahan terhadap benturan, dan sangat bening. Inilah sebabnya banyak industri menggunakan kemasan polikarbonat karena situasi geografis Indonesia yang berupa kepulauan dan infrastruktur transportasi yang membutuhkan ketahanan produk terhadap guncangan dan benturan agar produk di dalam kemasan tetap terlindungi dan terjaga kualitasnya.

Pakar teknologi produk polimer/plastik yang juga Kepala Laboratorium Green Polymer Technology-Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Assoc Prof Mochamad Chalid, juga menegaskan kemasan galon berbahan PC secara desain material bahan bakunya relatif aman untuk air minum dengan kemasan yang digunakan berulang kali. Karenanya, untuk mengatakan bahwa galon berbahan PC itu mengkhawatirkan pun harus jelas disclaimer-nya seperti apa.

“Jangan kalimat itu kemudian digeneralisir. Harus ada rinciannya, nggak bisa sembarangan. Nah, statement yang seperti itu nggak bisa digunakan untuk publik, kecuali kalau sudah ada data yang jelas,” ucapnya.

Menurutnya, kemasan galon guna ulang dibuat dari bahan baku biji plastik yang mengandung polimer seperti Polikarbonat sebagai bahan baku utamanya, dan aditif sebagai bahan baku pembantu untuk meningkatkan atau memodifikasi sifat produk dan membantu pemrosesan biji plastik menjadi produk. Salah satu aditif pemodifikasi yang digunakan pada biji plastik polikarbonat adalah aditif penyapu (scavenger) BPA yang akan melumpuhkan sifat racunnya.

Marfun, juru bicara salah satu produsen yang memproduksi kemasan galon Polikarbonat menjelaskan, pabrik yang memproduksi galon guna ulang ini tidak bisa dengan sembarangan dalam memproduksi produknya. Untuk bisa diperdagangkan ke konsumen, galon-galon PC itu harus diuji terlebih dulu keamanannya BPOM.

Dia menyampaikan, semua jenis plastik, baik yang berbahan PC maupun PET dan lainnya pasti memiliki zat aditifnya, yang semua berbahaya bagi kesehatan. Tapi, kata Marfun, agar bisa digunakan untuk tempat makan atau minum, semua bahan plastik itu harus melalui uji BPOM yang telah menetapkan berapa batas toleransi zat aditif yang aman untuk tubuh manusia.

“Jadi, kita juga sebagai yang memproduksi wadah kemasan ini bikinnya juga tidak bisa sembarangan, tapi harus dipastikan bahwa yang kita produksi itu aman untuk digunakan,” ujarnya.

Dia mengutarakan, semua plastik itu pasti ada campuran penguatnya atau pengeras atau bahan aditifnya. Untuk Polikarbonat, memang penguatnya BPA, karena bisa memudahkan kemasan untuk dibentuk.

Tapi, menurut Marfun, produsen juga tidak sembarangan setiap kali menjual galon Polikarbonat itu ke perusahaan air minum. “Mereka juga akan minta surat migrasi BPA yang sudah dinyatakan aman oleh BPOM, apalagi yang sudah perusahaan-perusahaan besar. Karena, dia kan nggak sembarangan juga mengeluarkan produknya. Dia kan ada ISO-nya segala macam, halalnya,” ucap Marfun. [SAR]

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *