SERANG, BANPOS – Setahun lebih sudah berlalu musibah gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menerjang kota Palu dan sekitarnya, dimana bedasarkan informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, sedikitnya ada 384 orang korban meninggal akibat peristiwa tersebut terjadi.
Selain itu, jumlah orang yang mengalami luka berat sebanyak 540 orang dan tercatat 29 orang hilang yang berasal dari Kelurahan Pantoloan Induk Kota Palu. Kerugian dan kerusakan akibat bencana ini pun sebesar Rp 18,48 triliun per 27 Oktober 2018.
Hingga kini, pasca musibah tersebut masyarakat Palu masih berusaha untuk terus bangkit dari keterpurukan. Harapan Dhuafa pun sampai saat ini masih bersama mereka membantu dengan menyalurkan bantuan untuk memulihkan kembali perekonomian yang sempat carut marut akibat bencana.
Apalagi saat ini, bencana kekeringan juga sedang terjadi di sana. Mengakibatkan terhambatnya aktivitas sehari-hari masyarakat dan panen mereka juga terganggu karena tidak adanya ketersediaan air.
Harapan Dhuafa masih terus berempati menyampaikan amanah dari masyarakat Banten untuk membantu membangkitkan kembali ekonomi masyarakat Palu.
“Walaupun Harapan Dhuafa adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) skala provinsi di Banten, namun hingga hari ini kami masih berkomitmen untuk berkontribusi di seluruh wilayah di Indonesia, termasuk di Palu. Tidak hanya ketika penyelesaian pada kondisi tanggap darurat, tapi juga masih berlanjut dengan pendampingan pemberdayaan ekonomi bagi penyintas. Pola ini dilakukan Harapan Dhuafa di semua wilayah bencana yang diintervensi,” ungkap Indah Prihanande, Direktur Harapan Dhuafa.
Pada Kamis, (21/11), Harapan Dhuafa menyalurkan bantuan ke beberapa tempat di Palu untuk membantu kekeringan yang terjadi. Bantuan dalam bentuk pompa air yang diperuntukkan bagi para petani yang berada di Desa Kotarindau, Kec. Dolo, Palu. Dimana bantuan sarana air ini akan digunakan untuk mengaliri sebanyak 2 hektare lahan pertanian.
Tidak hanya untuk petani, Harapan Dhuafa juga menyalurkan sarana pompa air untuk para pengrajin batu bata di Desa Kabobona, Kec. Dolo, Palu. Bantuan sarana pompa air ini sangat membantu masyarakat karena dapat memangkas biaya sewa pompa air yang sering mereka sewa dengan harga yang tidak sedikit.
Sebagai upaya untuk membantu memulihkan perekonomian masyarakat pasca bencana. Harapan Dhuafa juga menyalurkan bantuan bibit tomat dan jagung untuk para petani.
Bibit tomat dan jagung ini sengaja dipilih karena atas dasar permintaan para petani karena diyakini kualitasnya baik sehingga harga jualnya pun dinilai akan tinggi. Dengan begitu, ekonomi masyarakat dapat meningkat ke arah yang lebih baik.
Sebelumnya, Harapan Dhuafa juga telah memberikan bantuan Hunian Sementara Tiada Tara (Huntaran) dan kincir air untuk mengaliri tanaman soup (seledri) masyarakat seluas setengah hektare yang dipanen setiap 8 bulan sekali.
Amak Dahisah, 73 tahun menceritakan bahwa selama 6 bulan lamanya sebelum adanya Huntara tersebut. Beliau dan anak-anaknya enggan untuk pulang ke rumah serta lebih memilih tinggal ditenda karena kekhawatiran dan rasa takut yang masih terus menghantui.
“Dengan adanya Huntara ini Amak merasa tenang bisa beristirahat dengan nyaman tidak memikirkan tempat tinggal lagi,” ujarnya. (RUL)
Tinggalkan Balasan