Hong Kong Longgarkan Pembatasan Bulan Depan

Hong Kong akan berdamai dengan Covid-19. Pemerintah kota itu siap hidup berdampingan dengan Corona. Dengan berencana melonggarkan beberapa kebijakan pembatasan bulan depan.

Hong Kong bakal mencabut larangan penerbangan dari sembilan negara. Selain itu, Pemerintah Hong Kong juga akan mengurangi waktu karantina untuk kedatangan dari luar negeri. Serta membuka sekolah tatap muka.

Langkah-langkah itu tersebut diumumkan Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, kemarin. Kebijakan itu dianggap dapat meredakan kritik dari warga yang frustrasi dengan pembatasan yang ketat selama lebih dari dua tahun terakhir.

Lam bilang, larangan penerbangan akan dicabut mulai 1 April mendatang. Sementara karantina hotel untuk kedatangan luar negeri, akan dipotong menjadi 7 hari dari sebelumnya 14 hari. Namun, pelaku perjalanan tetap harus menyertakan hasil tes negatif Covid-19.

Selanjutnya, sekolah tatap muka akan digelar mulai 19 April mendatang, setelah liburan Paskah. Sementara tempat-tempat umum termasuk fasilitas olahraga juga akan dibuka kembali mulai 21 April.

Sebagai informasi, perbatasan Hong Kong telah ditutup secara efektif sejak 2020. Sejak itu, hampir tidak ada penumpang yang transit di Hong Kong. Kebijakan itu secara efektif mengisolasi kota yang telah membangun reputasi sebagai pusat keuangan global.

Pemerintah Hong Kong terus menerus mengeluarkan aturan demi mencegah Covid-19. Termasuk kebijakan karantina wilayah total, dan pengujian massal yang memicu eksodus penduduk dalam dua bulan terakhir.

Dari catatan, ada lebih dari 54 ribu orang meninggalkan Hong Kong selama bulan ini. Berbanding lebih dari 71 ribu bulan Februari lalu, dan hampir 17 ribu pada bulan Desember 2021.

Bisnis dan ekonomi kota hampir lumpuh akibat pembatasan aktivitas yang meluas. Di saat yang sama, para tenaga kesehatan di wilayah itu mengatakan, mayoritas dari 7,4 juta penduduk kota itu bergulat dengan meningkatnya masalah kesehatan mental. Terutama di kalangan keluarga berpenghasilan rendah.

“Rencana pengujian Covid massal, akan ditunda,” tambah Lam. Pemimpin wanita itu mendapat rekomendasi para ahli yang mengatakan, bahwa langkah itu tidak berada di waktu yang tepat.

Hong Kong mencatat kematian paling banyak per satu juta warga secara global dalam beberapa minggu terakhir. Ini 24 kali lipat lebih banyak dari Singapura.

Sebanyak 5.000 kematian terjadi di Hong Kong dalam sebulan terakhir. Tingginya tingkat kematian dipicu sebagian besar lansia yang tidak divaksinasi. Apalagi, varian Omicron yang sangat menular merobek panti jompo sejak Februari.

Menurut perkiraan para ahli, sebanyak 4 juta orang berisiko terinfeksi. Namun banyak penduduk yang tertular virus dan diisolasi di rumah tanpa memberi tahu petugas kesehatan. [PYB/RM.id]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *