Indonesia menyampaikan kekhawatiran atas diusirnya anak-anak perempuan dari ruang kelas oleh Taliban pada pekan lalu. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi meminta Taliban agar mengizinkan para anak perempuan bisa kembali bersekolah.
Permintaan ini disampaikan Retno saat melakukan kunjungan ke Doha, Qatar. Di sana, Retno bertemu delegasi Taliban Amir Khan Muttaqi, Senin (28/3). Dia menyampaikan, pendidikan adalah hak bagi semua anak-anak.
Sejak mengambil alih kekuasaan Pemerintah sipil Agustus lalu, Taliban memang menerapkan aturan ketat. Salah satunya, membatasi ruang gerak warga perempuan. Perempuan kembali menjadi warga kelas dua di mana mereka tidak bisa beraktivitas secara bebas. Salah satunya, Taliban sempat melarang anak perempuan mengenyam pendidikan menengah dan kampus.
“Saya menegaskan, pendidikan perempuan sangat penting bagi masa depan Afghanistan,” kata Retno dalam jumpa pers virtual, Senin petang (28/3).
Dia juga mengaku, Indonesia khawatir atas kebijakan penutupan akses terhadap sekolah tingkat atas bagi perempuan di Afghanistan.
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) juga menyampaikan rasa khawatir mereka atas langkah Taliban ini. Dewan Keamanan PBB telah menyatakan keprihatinan mendalam terkait keputusan penguasa Taliban di Afghanistan, yang tidak memberi akses pendidikan sekolah menengah bagi anak-anak perempuan, dan meminta kelompok itu membuka kembali sekolah bagi siswa perempuan, tanpa menunda-nundanya.
“Para anggota Dewan Keamanan mengukuhkan kembali hak pendidikan bagi semua orang Afghanistan, termasuk anak-anak perempuan,” kata pernyataan dari PBB, Senin (28/3).
Pekan lalu, Taliban menarik pernyataan bahwa sekolah menengah akan buka bagi anak-anak perempuan, dengan mengatakan sekolah itu akan tetap ditutup hingga ada rencana yang disusun sesuai hukum Islam bagi mereka, untuk membuka kembali sekolah-sekolah tersebut.
Alhasil, Amerika Serikat pun secara mendadak membatalkan pertemuan dengan Taliban di Doha yang telah disiapkan untuk menangani isu-isu ekonomi penting karena keputusan itu.
Dewan Keamanan meminta Utusan Khusus PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons untuk berdialog dengan otoritas dan pemangku kepentingan Afghanistan yang relevan mengenai isu itu dan melaporkan kemajuannya.
Sementara Indonesia dan Qatar, lanjut Retno, telah menandatangani Letter of Intent (LoI) soal pemberian bantuan kemanusiaan dan pembangunan bagi rakyat Afghanistan.
Kesepakatan itu menunjukkan komitmen kedua negara untuk terus membantu Afghanistan, terutama dalam bidang pemberdayaan, termasuk bagi perempuan dan anak-anak di negara tersebut.
Bantuan itu berupa beasiswa ke perguruan tinggi, pelatihan vokasi, dan dialog soal peran perempuan di Afghanistan.
Perwakilan Taliban, sambung Retno, menyambut baik tawaran bantuan dari Indonesia dan Qatar. Selain soal pendidikan, mereka juga membahas situasi kemanusiaan di negara Timur Tengah itu. [DAY/RM.id]
Tinggalkan Balasan