Indonesia dinilai bisa memposisikan diri sebagai pihak netral saat menjadi Ketua Group of Twenty (G20). Hal itu disampaikan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, dalam diskusi publik bertajuk Kondisi Kemanusiaan Dalam Konflik Rusia-Ukraina di Jakarta, Rabu (30/3).
Indonesia memang memutuskan tetap mengundang Rusia dalam pertemuan tingkat tinggi G20 di Nusa Dua, Bali, Oktober nanti.
Meski banyak desakan agar Indonesia memboikot Rusia, namun sebagai Ketua G20, Indonesia tetap melibatkan Rusia, tanpa pengecualian. Pujian pun dilontarkan Dubes Vorobieva di tengah sentimen negatif sejumlah negara Barat yang berharap Rusia bisa didepak dari keanggotaan G20.
Menurut Vorobieva, diskusi mengenai ekonomi global tanpa Rusia dalam konteks g20 sangat tidak mungkin dilakukan.
“Rusia menguasai sektor ener gi yang sangat vital bagi seluruh dunia. akan sangat rugi kalau rusia dihapus dari peserta diskusi,” ujar Dubes perempuan itu.
Pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, Indonesia juga harus mengajak Ukraina jika ingin tetap mengundang Rusia ke KTT G20 Bali.
Menanggapi hal ini, Vorobieva mengingatkan, Ukraina bukan anggota g20 dan tidak bisa dibandingkan perannya dengan yang sudah dilakukan Rusia.
“Kami sangat mengapresiasi posisi yang sangat seimbang dari Pemerintah Indonesia. Karena kami setuju dengan Indonesia, bahwa G20 bukan forum untuk mendiskusikan krisis politik. G20 harus fokus pada ekonomi dan keuangan global,” tegasnya.
Mengenai Presidensi G20, Rusia mendukung prioritas Indonesia, terutama di bidang kesehatan dan pemulihan ekonomi pascapandemi, ekonomi digital serta transisi energi. Vorobieva menilai, prioritas itu merupakan isu yang sangat penting saat ini.
“Tentu saja, harus didiskusikan dengan G20. Yang paling penting bagi Rusia, kehadiran Indonesia sebagai suara dari negara berkembang yang harus didengar,” lanjutnya.
Terkait seruan Biden, Vorobieva memperkirakan akan adanya pertanyaan atau bahkan gerakan boikot terhadap KTT G20 dari beberapa negara Barat.
“Bahkan, jika mereka tidak datang, Rusia, negara ASEAN, Brasil, Argentina dan Afrika Selatan akan tetap hadir,” sambungnya.
Namun, tambahnya, posisi paling buruk adalah mencoba mengeliminasi Rusia tak hanya dari G20, tapi juga banyak organisasi lainnya.
Sebelumnya, Dubes Vorobieva mengatakan, Presiden Vladimir Putin telah menerima undangan resmi untuk menghadiri KTT G2 0. Putin telah sepakat untuk hadir secara fisik. Meski demikian, format kun jungan tersebut masih belum ditentukan. [DAY/RM.id]
Tinggalkan Balasan