Covid-19 kembali bermutasi dan menghasilkan varian baru, Omicron XE. Varian ini diklaim 10 persen lebih cepat penyebarannya.
Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan, kemunculan varian baru Covid-19, Omicron XE, harus diwaspadai.
Informasi awal yang dirilis, kata dia, menunjukkan varian Omicron XE 10 persen lebih cepat penyebaran dan kemampuan infeksinya dibandingkan Omicron BA.2 (Omicron Siluman).
“Subvarian BA.2 ini telah menyebabkan perburukan yang serius di China, Taiwan, Hong Kong dan jumlah kematian relatif tinggi,” ungkapnya.
Terutama, pada kelompok masyarakat yang belum mendapatkan vaksin Covid-19 penguat (booster) atau yang mengalami penurunan imunitas tubuh setelah dosis kedua.
Dicky mengingatkan semua elemen masyarakat tidak abai dengan protokol kesehatan (prokes). Dia juga meminta Pemerintah terus memantau perkembangan XE.
Menurutnya, XE muncul di Inggris dan terdeteksi 19 Januari, karena Negeri Ratu Elizabeth itu memiliki kemampuan surveilans genomik terbaik. Sementara di Asia, yang mampu mendeteksi China, Jepang, Korea Selatan dan Singapura.
“Untuk negara yang terbatas surveilans genomiknya seperti Indonesia, maka kita harus waspada melihat perkembangan global,” imbaunya.
Dicky mengatakan, harus ada upaya mitigasi menjaga seperti levelling Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), hingga upaya surveilans. Termasuk upaya 3T (Tracing, Testing, Treatment) yang tidak boleh menurun.
Selain itu, Dicky meminta Pemerintah kejar cakupan vaksinasi Covid-19 dua dosis dan booster. Mengejar target booster tidak hanya saat mudik, melainkan juga terus diterapkan dari sekarang hingga status pandemi dicabut.
“Kita harus konsisten dengan kriteria dan indikator yang dimiliki untuk jadi patokan, kapan dilakukan pelonggaran, kapan pengetatan dilakukan,” tukasnya.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, mutasi SARS-CoV-2 Omicron XE belum ditemukan di Indonesia.
“Pemerintah terus mengawasi pintu-pintu masuk ke Indonesia untuk mencegah persebaran varian baru virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19,” kata Nadia.
Pemerintah, lanjut Nadia, akan memperkuat pemeriksaan Whole Genome Sequences (WGS) untuk mengidentifikasi varian baru.
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Pemerintah tetap berhati-hati karena lonjakan kasus Covid-19 bisa terjadi akibat adanya varian baru. “Kami selalu memonitor varian baru,” kata Budi.
Sebelumnya, World Health Organization (WHO) mengkonfirmasi temuan varian Omicron XE. Badan Kesehatan Dunia itu menyatakan, ada indikasi varian Omicron XE 10 persen lebih mudah menular daripada subvarian BA.2.
Dilansir UX Express, varian BA.2 yang merupakan subvarian dari strain Omicron adalah strain virus yang paling dominan atau menyumbang 86 persen dari semua kasus. Sementara, XE hanya menyumbang sebagian kecil dari kasus, tetapi memiliki tingkat transmisi yang tinggi.
Netizen berusaha tenang menghadapi munculnya Omicron XE. Mutasi virus dianggap lumrah. Menghadapinya, tetap prokes secara ketat.
Akun @pandemictalks mengungkapkan, Covid-19 varian Omicron XE sudah semakin mendekati Indonesia. Thailand sudah melaporkan kasus pertama. Meski pasien Omicron XE di Thailand hanya mengalami gejala ringan, masyarakat tetap diminta waspada. “Waspada ya, tetap prokes,” imbaunya.
Prof Zubairi Djoerban dalam akun @ProfesorZubairi menjelaskan katakteristik virus Corona varian XE. Yaitu, rekombinan Omicron BA.1 dan BA.2. Ada 600-an kasus XE di Inggris. Tingkat pertumbuhan 9,8 persen di atas BA.2. Mudah menular 10 persen daripada BA.2 (WHO). [ASI/RM.id]
Tinggalkan Balasan