Hasil survei Pew Research Center yang bertajuk The Global God Divide pada tahun 2020 mendaulat Indonesia sebagai negara paling religius, dengan angka 96 persen. Diikuti Nigeria dan negara-negara dunia ketiga. Total, ada 34 negara yang terlibat dalam survei tersebut.
Meski sepatutnya bersyukur atas fakta tersebut, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni menilai, ada yang perlu dipikirkan lebih mendalam.
Pasalnya, menurut data Transparansi Internasional tahun 2021, negara-negara yang memiliki angka religiusitas rendah didominasi oleh negara maju, dengan indeks korupsi paling rendah.
“Sekarang, kalau kita melihat negara-negara Eropa, Belanda itu cuma 39 persen. Tapi, Belanda menduduki peringkat 8 negara terbersih dari korupsi. Ini menumbuhkan pertanyaan, apakah ada korelasi antara tingkat religiusitas dengan kebersihan tindak korupsi itu?” kata Syafiq dalam Pengajian Ramadan 1443 H, seperti dilansir situs resmi Muhammadiyah, Selasa (5/4).
“Jangan-jangan, nanti ada hipotesis yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, bahwa semakin tidak religius suatu bangsa, maka bangsa itu akan semakin bersih dari korupsi,” imbuhnya.
Syafiq menduga, ada yang luput dari korelasi bertentangan dua survei tersebut. Misalnya, survei tentang angka religiusitas hanya memuat pertanyaan seputar spiritualitas pribadi atau makna agama bagi diri masing-masing orang.
“Indeks pertanyaan tidak memasukkan akhlak, hanya spiritual saja. Sisi moral tidak masuk dalam indeks,” jelasnya.
Di sisi lain, Syafiq menilai survei tersebut setidaknya juga bermanfaat karena memuat fakta tersirat bahwa bangsa Indonesia hanya memperhatikan aspek religiusitas di tataran peribadatan. Namun, belum sepenuhnya disertai dengan pengamalan aspek moralitas (akhlak), yang sejatinya adalah inti dari keberagamaan.
“Indeks ini dibuat sebagian. Tapi yang lain, juga membuat indeks berbeda. Itulah yang menggambarkan tingkat religiusitas kita,” pungkasnya. [HES/RM.id]
Tinggalkan Balasan