Ogah terjebak konflik seperti Rusia dan Ukraina, China dan Vietnam sepakat mempererat hubungan bilateral. Kedua negara komunis ini sepakat bersatu melawan provokasi Amerika Serikat (AS).
Kedua negara sosialis itu menyebut konflik Rusia Vs Ukraina harus menjadi pelajaran berharga di kawasan. Sebagaimana diketahui, Rusia dan Ukraina adalah tetangga dekat. Akibat diprovokasi pihak luar, kedua negara serumpun itu tenggelam dalam perang.
“Masalah Ukraina membuat negara-negara Asia menyadari bahwa menjaga perdamaian dan stabilitas sangat berharga. Terlibat dalam konfrontasi kelompok akan menyebabkan risiko tanpa akhir,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi kepada Menlu Vietnam Bui Thanh Son, dalam percakapan telepon, Kamis (14/4), dilansir South China Morning Post.
Lebih lanjut, Wang Yi mengatakan, krisis Ukraina adalah saat yang penting bagi kedua negara, agar dapat berkontribusi bagi perdamaian regional dalam menghadapi kerusakan yang disebabkan strategi Indo Pasifik AS.
China berada di bawah tekanan AS dan Eropa karena menahan diri untuk tidak menyebut invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai 24 Februari lalu sebagai perang. Sebaliknya, China memahami kekhawatiran keamanan Rusia, dan menuduh AS dan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) sebagai pihak yang memicu konflik di kedua negara itu.
Tak ingin tragedi Rusia Vs Ukraina terulang, China mendorong Vietnam untuk memainkan peran konstruktif dalam memelihara stabilitas di kawasan Laut China Selatan (LCS) dalam jangka panjang. Sebagai bukti kemitraan kuat, kedua negara itu sepakat akan melawan upaya destabilisasi AS yang terus menabur perselisihan.
Pembicaraan keduanya menandai 20 tahun penandatanganan Declaration on the Conduct (DOC). DOC mendorong disepakatinya tata perilaku atau Code of Conduct (COC) di Laut China Selatan.
“Kita harus mengambil kesempatan ini untuk mencapai kesepakatan awal COC guna memberikan jaminan yang lebih kokoh bagi perdamaian dan stabilitas jangka panjang di Laut China Selatan,” kata Wang dilansir Global Times.
Menlu Bui Thanh Son menyatakan, Vietnam siap untuk bersama-sama China mengimplementasikan DOC agar tercapai kesepakatan awal COC dalam menjaga stabilitas perdamaian di Laut China Selatan. Selain itu, Wang Yi mengatakan, China akan terus menyediakan vaksin Covid-19 lebih banyak untuk Vietnam.
Sedangkan bagi Vietnam, lewat pernyataan Bui Thanh Son mengatakan, hubungan dengan China sebagai prioritas utama kebijakan luar negeri.
Menurut Profesor di Institute of International Relations, China Foreign Affairs University (CFAU), Li Haidong, China dan Vietnam akhirnya menyadari bahwa hubungan tetangga tak dapat dipisahkan. Untuk itu, kedua negara yang sempat berbeda pendapat terkait perbatasan ini, bersepakat demi memastikan keamanan bersama.
Langkah ini, diharapkan bisa menjaga ketertiban dan stabilitas kawasan, sekaligus terjadi timbal balik ekonomi. Li Haidong juga menyebut, dengan disepakatinya COC, akan melahirkan kerja sama yang lebih lancar untuk menghalau taburan benih perselisihan dari AS.
Mengakhiri analisis, Li menuding AS saat ini sedang berupaya merusak kerja sama anggota ASEAN dengan China. Baik di tingkat ekonomi maupun keamanan. “Ini adalah manifestasi dari mentalitas Perang Dingin, yang telah menyebabkan konflik militer di Eropa,” jelas Li Haidong. [MEL/RM.ID]
Tinggalkan Balasan