Bicara Penundaan Pemilu, Imin Dan Maruf Berbalas Guyon

Meski usulan soal penundaan Pemilu sudah ditolak mentah-mentah oleh Presiden Jokowi, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, masih nekat mewacanakannya.

Namun, nadanya memang lebih kepada guyon. Bukan memaksakan kehendak.

Kali ini, Cak Imin menyampaikan usulannya itu, di depan Wapres Ma’ruf Amin. Cak Imin berseloroh, ide penundaan Pemilu itu, sebenarnya buat menolong Kiai Ma’ruf.

Dicandain begitu, Kiai Ma’ruf membalas dengan guyonan yang tak kalah grrrr..

Pertengahan Februari lalu, Cak Imin sempat bikin heboh jagat politik Tanah Air. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja, mantan Menteri Ketenagakerjaan itu, mengusulkan agar Pemilu yang sedianya digelar 2024, diundur satu atau dua tahun dengan alasan pemulihan ekonomi.

Usulan Cak Imin ini, kemudian jadi bola liar yang menggelinding ke sana-sini, lalu merembet ke perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.

Dari usulan Cak Imin ini, mahasiswa kemudian menggelar aksi turun ke jalan menolak wacana tersebut pada 11 April lalu.

Namun, sebelum bolanya makin liar, Presiden Jokowi segera turun tangan.

Sehari sebelum aksi mahasiswa digelar, mantan Wali Kota Solo itu, menegaskan Pemilu tetap digelar sesuai jadwal, 14 Februari 2024.

Jokowi pun meminta, jajarannya tak lagi bicara soal penundaan pemilu dan presiden tiga periode.

Sikap tegas Jokowi ini ampuh. Sepekan terakhir, hampir tak ada lagi tokoh yang bicara penundaan pemilu dan 3 periode. Para menteri nurut apa kata Jokowi.

Namun, tidak bagi Cak Imin. Wakil Ketua DPR ini, masih nekat bicara soal penundaan Pemilu. Kali ini, Cak Imin menyampaikan usulan tersebut di acara Harlah PMII ke-62 yang digelar secara hybrid, di Gambir, Jakarta, pada Senin (18/4) malam.

Di acara ini, Ma’ruf ikut memberikan sambutan. Sebelum Ma’ruf pidato, Cak Imin pidato lebih dulu.

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini, Cak Imin menyampaikan usulan tersebut dengan guyonan khas Nahdliyin, sebutan untuk warga NU.

Kata dia, usulan penundaan Pemilu yang dilontarkan Februari lalu itu, tiada lain dalam rangka menolong Kiai Ma’ruf, dan tentu saja menolong rakyat.

Imin bilang, rakyat pasti merasakan banyak kekurangan dari pemerintah dalam dua tahun terakhir ini.

Mau bagaimana lagi, anggaran habis terserap hanya untuk penanganan pandemi.

Di DPR juga sama. Kegiatan pertemuan dengan berbagai pihak tidak berlangsung karena anggaran DPR habis untuk penanganan pandemi.

Nah, dengan penundaan Pemilu itu, harapannya pemerintah bisa mengisi kekurangan 2 tahun yang habis untuk penanganan pandemi.

Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) pun, kata Imin, terlantar selama dua tahun.

“Kenapa menolong Kiai Ma’ruf? Supaya nanti di akhirat ditanya (malaikat kenapa) kurang ini, kurang itu. Alasannya, dua tahun pandemi nggak bisa apa-apa,” kata Cak Imin, sambil melirik Ma’ruf yang duduk di kursi paling depan.

Hadirin tertawa mendengar omongan Cak Imin ini. Ma’ruf pun ikut tersenyum. Cak Imin melanjutkan, wacana penundaan pemilu itu, hanya usul. Namanya usul, ya boleh diterima boleh ditolak.

“Usul diterima dan ditolak. Nggak perlu demo. Namanya usulan, kok pake demo. Ya usulan-usulan, apalagi demonya pake gebuk-gebukan kayak seperti itu,” ungkapnya.

“Saya nggak ngotot. Saya hanya mengatakan itu usulan. Kalau PMII menolak, ya sami’na wa ato’na. Apalagi Pak Presiden sikapnya sudah jelas, sikapnya seperti itu. Namanya juga usaha,” seloroh Cak Imin.

Mendengar itu, hadirin kembali tertawa. Setelah Cak Imin, giliran Ma’ruf yang maju ke podium. Sebelum berpidato yang serius, Ma’ruf lebih dulu membalas sambutan Cak Imin.

“Tadi pidato ketua Pembina (PMII) masih semangat, meskipun usulannya ditolak,” kata Ma’ruf sambil terkekeh.

Hadirin ikutan gerrr… Cak Imin juga ikut terbahak. Ma’ruf memuji semangat Cak Imin yang masih saja mewacanakan penundaan Pemilu.

Meski, kata dia, usulannya itu ditolak Presiden Jokowi dan banyak pihak. Termasuk oleh PMII sendiri. Kader yang dibinanya sendiri.

Juru Bicara Wapres, Masduki Baidlowi menyebut omongan Cak Imin dan Ma’ruf hanya guyonan. Jadi, ia minta publik tak perlu menanggapinya dengan serius.

“Ini kan tradisi kelakar dalam pertemuan-pertemuan atau jamuan acara di kalangan Nahdliyin. Biasa begitu itu,” kata Masduki, tadi malam.

Memang, lanjut dia, pernyataan Cak Imin ini memiliki dimensi politik, karena statusnya yang juga ketum parpol.
Namun, Masduki menilai Kiai Ma’ruf tetap berpegang kepada konstitusi. Menolak penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan.

Sikap serupa disampaikan Presiden Jokowi.

Meski Imin guyon, Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali masih keki melihat masih ada tokoh yang mewacanakan penundaan pemilu.

Padahal, sikap Jokowi sudah tegas, Pemilu digelar pada 14 Februari 2024.

“Presiden Jokowi memberi pesan tak ada penundaan. Sehingga berhentilah, stop membicarakan tentang itu,” ucap Ali, kemarin.

Lalu apa kata pengamat soal sikap Cak Imin itu?

Anggota Dewan Pembina Perludem, Titi Anggraini menilai, pernyataan Cak Imin ini memang semacam kelakar. Namun, kelakar itu menunjukkan, tidak ada alasan yang logis dan mampu dipertanggungjawabkan, untuk melakukan penundaan Pemilu.

Ia malah menyayangkan ungkapan Cak Imin itu. Seolah urusan bernegara dan berkonstitusi yang seharusnya diajarkan sebagai bagian pendidikan politik yang etis dan substantif, malah seolah-olah jadi guyonan. Yang hanya berorientasi demi kepentingan orang per orang.

“Sebaiknya, di tengah situasi persiapan Pemilu 2024, para elite politik tidak perlu lagi membangun narasi yang kontroversial dan spekulatif. Apalagi kalau konteksnya sulit dipahami publik,” terangnya. [BCG/rm.id]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *