Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat panas dingin setelah China masuk Kepulauan Salomon di Pasifik dilandasi pakta keamanan.
Selasa (19/4), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin hanya mengatakan, kerangka kerja pakta kerangka kerja telah ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Kepulauan Solomon Jeremiah Manele dan Penasihat Negara dan Menlu China Wang Yi. Namun, dia tidak merinci tempat dan waktu penandatanganan itu terjadi.
“Izinkan saya mengatakan ini lagi. Menteri luar negeri China dan Kepulauan Solomon secara resmi menandatangani perjanjian kerangka kerja antar-pemerintah tentang kerja sama keamanan antara kedua negara tempo hari. Saya tidak mendengar adanya kunjungan Menteri Luar Negeri China ke Kepulauan Solomon,” terangnya dilansir Xinhua.
Perdana Menteri (PM) Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare di Parlemen, Rabu (20/4) mengkonfirmasi pakta tersebut telah ditandatangani Menlu kedua negara, namun dia juga tidak memberi rinciannya. Sogavare lebih menekankan, kesepakatan dilakukan dengan mata terbuka tentunya menjunjung tinggi kepentingan nasional Solomon.
“Biarkan saya meyakinkan orang-orang Kepulauan Solomon bahwa kami membuat perjanjian dengan China dengan mata terbuka lebar dipandu kepentingan nasional kami,” kata Sogavare.
Sogavare mengatakan kepada parlemen bahwa merupakan kehormatan dan hak istimewa untuk mengumumkan bahwa kesepakatan itu telah ditandatangani oleh pejabat di Honiara dan Beijing “beberapa hari yang lalu”. Namun dia menolak memberi tahu pemimpin oposisi kapan versi pakta yang ditandatangani itu akan dipublikasikan. Sementara kesepakatan keamanan bilateral dengan Australia diterbitkan beberapa tahun lalu.
“Saya meminta semua tetangga, teman, dan mitra kami untuk menghormati kepentingan kedaulatan Kepulauan Solomon dengan jaminan bahwa keputusan itu tidak akan berdampak buruk atau merusak perdamaian dan keharmonisan kawasan kami,” ucap Sogavare lagi.
Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat pun menyuarakan keprihatinan tentang keamanan di Pasifik. Pakta keamanan itu dikhawatirkan akan memicu China mungkin berusaha membangun pangkalan angkatan laut di negara Pasifik itu.
Kepulauan Solomon telah menolak upaya terakhir oleh Australia – donor bantuan terbesarnya – untuk menghentikan kesepakatan itu. Sogavare mengatakan, pakta itu tidak akan “merusak perdamaian dan harmoni” di kawasan itu.
Rancangan perjanjian yang bocor, yang diverifikasi pemerintah Australia, mengatakan kapal perang China akan diizinkan berlabuh di pulau-pulau itu dan bahwa Beijing dapat mengirim pasukan keamanan untuk membantu menjaga ketertiban sosial.
Kepulauan Solomon mengalami kerusuhan sosial dalam beberapa tahun terakhir. Pada November 2021, Pemerintah Australia mengirim personel dari pasukan pertahanannya untuk membantu memadamkan kerusuhan mematikan di Ibu Kota Solomon, Honiara. Kerusuhan itu dipicu pengunjuk rasa menyerbu parlemen dalam upaya untuk menggulingkan Sogavare.
Kegagalan terburuk Australia
Menlu Australia Marise Payne dan Menteri Pasifik Zed Seselja menyebut kesepakatan yang baru ditandatangani itu sangat mengecewakan. Ini khususnya menyangkut Australia, yang hanya 2000km (1.400 mil) selatan Kepulauan Solomon.
“Pandangan kami yang secara konsisten dinyatakan, termasuk dari perspektif kepentingan nasional Australia, tetap bahwa keluarga Pasifik berada di tempat terbaik untuk memenuhi kebutuhan keamanan kawasan,” kata mereka dalam sebuah pernyataan bersama.
Oposisi Partai Buruh Australia menyebut kejadian ini sebagai “kegagalan terburuk kebijakan luar negeri Australia di Pasifik” dalam 80 tahun.
PM Scott Morrison yang saat ini berkampanye untuk pemilihan kembali, membantah bahwa pakta itu adalah bukti bahwa pemerintahnya telah ceroboh dalam diplomasi dengan Kepulauan Solomon. Morrison membela diri.
“Tidak bisa berkeliling memberi tahu para pemimpin di pulau-pulau Pasifik apa yang harus dan tidak boleh mereka lakukan,” katanya.
Namun Morrison mengatakan, negaranya tidak akan memiliki hubungan yang tunduk dengan China, yang menurutnya telah membuat “segala macam janji” kepada negara-negara Pasifik.
Menlu Selandia Baru Nanaia Mahuta, juga mengatakan bahwa negara itu sedih karena Kepulauan Solomon telah membuat perjanjian itu. Kepulauan Solomon awal bulan lalu mengkonfirmasi sedang menyusun kesepakatan keamanan dengan China.
Kepulauan Solomon akan meningkatkan kapasitas kepolisiannya sehingga pasukannya sendiri dapat menangani insiden seperti kerusuhan pada November lalu. Sogavare mengatakan, kerusuhan tersebut mengakibatkan gedung-gedung dibakar dan nyawa melayang.
Gedung Putih akan mengirim delegasi tingkat tinggi ke Ibu Kota Solomon, Honiara, pekan ini. AS prihatin dengan kurangnya transparansi dan sifat tidak spesifik dari pakta perjanjian keamanan tersebut. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih (NSC) mengatakan, penandatanganan yang dilaporkan mengikuti pola China yang menawarkan kesepakatan yang tidak jelas.
Sedangkan Australia mengatakan, China tampaknya ingin mendahului kedatangan delegasi AS di Honiara.***[RM.ID]
Tinggalkan Balasan