Acara buka puasa bersama (bukber) yang digelar Duta Besar (Dubes) India untuk Indonesia Manoj Kumar Bharti tahun ini, terasa lebih syahdu.
Hujan yang mengguyur dan lantunan shalawat, mengiringi bukber yang digelar di kediaman Dubes Bharti, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (19/4).
Hujan tak memberatkan langkah para tamu untuk datang ke acara itu. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf, sejumlah diplomat asing yang bertugas di Indonesia, hingga pejabat sipil dan militer Tanah Air, tampak hadir. Mereka kompak berbatik. Sedangkan beberapa diplomat wanita dari Kedubes India di Jakarta, mengenakan sari.
Sore itu, Dubes Bharti menjamu para tamu yang datang dengan beberapa hidangan khas yang berasal dari beberapa negara bagian di India. Mulai dari Punjab hingga Hyderabad. Hidangannya, antara lain nasi briyani, ayam tandoori, rajma masala, roti naan, hingga pani puri. Kurma dan es buah juga melengkapi sajian sebagai takjil.
Sambil menunggu adzan maghrib berkumandang, Dubes Bharti bercerita soal Ramadan dan Idul Fitri di negara asalnya. Dubes Bharti menjelaskan, populasi Muslim di India terus bertambah setiap tahunnya. “Selama 34 tahun terakhir, populasi Muslim bertambah dari 130 juta menjadi 190 juta,” kata Dubes Bharti, yang mengenakan batik nuansa gelap dan berpeci hitam khas Nusantara.
Menurut Dubes Bharti, beberapa negara bagian memiliki jumlah umat Muslim dalam jumlah besar seperti Karala, Kashmir, hingga Gujarat. Menurut Pew Research Center, jumlah umat Muslim India pada 2020 sebanyak 15,5 persen dari total penduduk India (1,3 miliar), yaitu sekitar 213 juta jiwa.
Karena banyaknya populasi Muslim di India, Ramadan dan Idul Fitri dirayakan besar-besaran. Seperti halnya Festival Diwali bagi umat Hindu. Bahkan, umat Hindu di India, kerap mencontoh tradisi yang dijalankan saat Ramadan maupun Idul Fitri.
“Kenapa? Karena ketika Idul Fitri, teman-teman Hindu bisa pergi ke rumah teman-teman Muslim,” kata Dubes yang bertugas di Jakarta sejak 2021.
Menurutnya, meski memiliki agama yang beragam, India yang mayoritas Hindu, memiliki toleransi yang tinggi. Itu lantaran ajaran filosofi yang sudah berkembang di masyarakat untuk waktu yang sangat lama. Bahkan sebelum munculnya agama. Dubes Bharti bilang, di balik Hinduisme, terdapat diktum bahwa “seluruh dunia adalah satu keluarga”.
Meski memiliki metode yang berbeda, baik itu melalui Kristen, Islam, Yahudi, Budha, atau Hindu, namun pada dasarnya manusia berusaha mencari Tuhan.
“Dalam filosofi kami, itu adalah toleransi. Kita ada di perjalanan yang sama, meski jalannya berbeda,” ucapnya. Dalam kesempatan itu, Yahya Cholil Staquf menyatakan, warga NU ingin menjalin persahabatan dengan rakyat India di berbagai bidang. [PYB/RM.ID]
Tinggalkan Balasan