Mafianya Sudah Ditangkap, Migor Kok Masih Mahal Ya

Ulah mafia dianggap jadi biang kerok langka dan mahalnya minyak goreng alias migor, yang terjadi sejak Tahun Baru lalu. Kini, mafianya sudah ditangkap Kejaksaan Agung (Kejagung). Namun, kenapa migornya masih mahal ya?

Di ritel modern di kawasan Jabodetabek, harga migor kemasan premium masih sangat tinggi. Yang ukuran 2 liter, rata-rata di atas Rp 47 ribu. Bahkan ada yang tembus Rp 52 ribu.

Demikian juga dengan migor curah. Meski Pemerintah sudah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14 ribu per liter, tapi fakta di lapangan tidak demikian. Berdasarkan data Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), per kemarin, rata-rata harga migor curah Rp 16.400 per liter. Di pasar tradisional di Jakarta, bahkan harganya ada yang mencapai Rp 22 ribu per liter

Kondisi ini seakan membuat penangkapan empat mafia migor yang dilakukan Kejagung, Selasa kemarin, belum ngefek. Padahal, yang ditangkap Kejagung bukan ecek-ecek. Mereka adalah Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Indrasari Wisnu Wardhana (IWW), Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia, Master Parulian Tumanggor (MPT), Senior Manager Corporate Affair Permata Hijau Group, Stanley MA (SMA), dan General Manager di Bagian General Affair PT Musim MAS, Picare Togare Sitanggang (PTS).

Presiden Jokowi mencoba menjelaskan mengenai kondisi ini. Menurut Kepala Negara, mahalnya harga migor karena harga crude palm oil (CPO) internasional sangat tinggi.

“Harga di luar, harga internasional, itu tinggi banget. Sehingga kecenderungan produsen itu inginnya ekspor karena memang harganya tinggi di luar,” ujar Jokowi, di Pasar Bangkal Baru, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Rabu (20/4).

Jokowi menyadari, saat ini migor masih menjadi persoalan di tengah masyarakat meskipun Pemerintah telah memberikan BLT. Makanya, dengan penangkapan empat mafia itu, Jokowi berharap harga minyak goreng kembali mendekati normal. “Kita ingin harganya yang lebih mendekati normal,” imbuhnya.

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi kembali bicara mengenai mafia migor ini. Melalui akun Instagram @mendaglutfi, dia mengaku terkejut dan prihatin atas keterlibatan Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Indrasari Wisnu Wardhana dalam kasus migor yang sedang ditangani Kejagung.

“Menanggapi terjeratnya salah satu pejabat @kemendag, saya terkejut dan prihatin. Saya sampaikan pada internal Kementerian Perdagangan dan masyarakat terkait perkembangan terakhir,” katanya.

Lutfi berpesan, kesetiaan bekerja untuk rakyat perlu dijunjung tinggi. Sebab itu, jika anak buahnya menjalankan semua pekerjaan sesuai aturan main, Kemendag pasti melindunginya dengan bantuan hukum. Namun, sebaliknya, jika pegawai di Kemendag tidak bekerja untuk rakyat, dia tidak ragu menyerahkan pada pihak berwenang.

“Sebagai pimpinan di Kemendag, saya percaya loyalty is top down, bukan bottom up. Tentunya, kami menyediakan bantuan hukum bagi seluruh pegawai Kemendag dalam menjalankan tugasnya, selagi semuanya bekerja dalam alur dan pekerjaannya sebagaimana mestinya demi kepentingan rakyat Indonesia,” janjinya.

Lutfi menuturkan, perkembangan ini merupakan titik terang dari ikhtiar bersama untuk mengatasi permasalahan utama, yakni isu kelangkaan migor. “Sampai isu ini sepenuhnya teratasi, pekerjaan rumah kami masih belum selesai,” terang mantan kepala BKPM itu.

Bisakah harga migor segera turun? Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyatakan, langkah Kejagung menangkap mafia migor sangat baik. Hanya saja, langkah itu belum mampu bikin harga migor murah. Sebab, persoalan utamanya ada di struktur pasar di sisi hulu.

“Jika Pemerintah serius mengatasi kemahalan harga minyak goreng, harus diperbaiki dari sisi hulu,” saran Tulus. [MEN/RM.id]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *