Ke mana arah politik Presiden Jokowi akan berlabuh sangat ditunggu semua orang, terutama oleh para kandidat capres-cawapres. Sebagai presiden 2 periode, Jokowi punya basis pendukung yang kuat, juga loyal. Restu dari Jokowi itu, akan membuka jalan bagi capres-cawapres melangkah mulus di Pilpres 2024. Namun, di sisa waktu yang tinggal 2 tahun ini, arah politik Jokowi masih sulit dibaca. Manuver politik Jokowi masih zig zag. Jokowi mesrai semua kandidat yang selama ini digadang-gadang oleh publik sebagai kandidat capres-cawapres potensial.
Mengacu pada hasil survei sejumlah lembaga, saat ini ada 3 nama yang memiliki elektabilitas tertinggi sebagai capres. Mereka adalah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Elektabilitas ketiga tokoh ini saling kejar-kejaran.
Di luar 3 nama itu, masih ada lagi nama-nama lain yang juga kerap masuk radar survei capres-cawapres. Mulai dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, hingga Ketua DPR Puan Maharani.
Dari sejumlah nama yang muncul itu, belum diketahui pasti peluang mereka di Pilpres 2024. Apakah kelak akan maju sebagai capres, atau hanya menempati posisi kedua, yakni sebagai cawapres. Bisa juga, malah tidak dua-duanya, tidak maju sebagai capres, juga tidak dipilih sebagai cawapres
Melihat peta pertarungan para kandidat capres-cawapres seperti ini, Jokowi memilih tidak membeda-bedakan. Justru, Jokowi menampilkan sikap merangkul semuanya. Dalam dua pekan terakhir misalnya, Jokowi menunjukkan kemesraan terhadap satu per satu tokoh yang digadang-gadang jadi capres dan cawapres pada pilpres nanti. Dimulai dengan unjuk kedekatan dengan Ganjar Pranowo, lalu mesra dengan Prabowo Subianto, dan teranyar akrab dengan Anies Baswedan.
Jokowi mengawali pertemuan dengan Ganjar pada 13 April lalu. Pertemuan dilakukan di sela kunjungan kerja saat membagikan bansos di pasar tradisional di Brebes, Jawa Tengah. Dalam pertemuan itu, Jokowi sempat satu mobil dengan Ganjar. “Kami tadi berbincang cukup lama saat mendampingi beliau. Concern beliau pada isu minyak goreng ini ternyata tinggi,” kata Ganjar, saat itu, usai menemani Jokowi blusukan.
Seminggu kemudian, tepatnya 20 April lalu, gantian Jokowi pamer kemesraan dengan Prabowo saat melakukan kunjungan kerja ke Madura, Jawa Timur. Menariknya, sebelum Jokowi meresmikan Bandara Sumenep, dia dan Prabowo kompak mengenakan blangkon khas Madura berwarna merah hati. Tak hanya itu, Jokowi juga mengajak Prabowo untuk blusukan sekaligus membagikan paket bansos untuk warga di Pasar Anom, Sumenep. Prabowo memamerkan foto keakraban dengan Jokowi ini, di akun Instagram miliknya.
Setelah dengan Ganjar dan Prabowo, Senin (25/4), Jokowi gantian menunjukkan kedekatan dengan Anies saat meninjau sirkuit Formula E yang terletak di kawasan Ancol, Jakarta. Dalam kunjungan itu, Jokowi dan Anies berkeliling sirkuit dengan menumpang mobil golf. Anies sopirnya. Jokowi jadi penumpang.Pertemuan Jokowi dengan Anies itu mendapat banyak komentar dari banyak kalangan, termasuk warganet. Maklum, selama ini ada kesan garis politik Jokowi dan Anies berseberangan.
Waketum NasDem, Ahmad Ali mengapresiasi pertemuan tersebut. Kata dia, pertemuan Jokowi dengan Anies itu mengakhiri kebisingan gelaran Formula E. Selain itu, kunjungan itu sebagai tanda Jokowi memberikan dukungan penuh atas gelaran Formula E.
“Pertemuan tersebut juga menunjukkan antara Pak Jokowi dan Anies baik-baik saja. Keduanya memiliki historis yang sangat panjang,” kata Ahmad Ali, kemarin.
Senada disampaikan Ketua Harian Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad. Menurut dia, kunjungan Jokowi meninjau sirkuit Formula E sebagai hal yang biasa, wajar-wajar saja. “Ini menandakan, presiden ingin ajang internasional ini bisa berjalan dengan baik dan Indonesia bisa menjadi tuan rumah yang baik,” kata Sufmi di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.
Menurut Dasco, pertemuan Jokowi dengan Anies ini semata untuk kepentingan negara. Jokowi ingin memastikan Formula E berjalan lancar di tengah dinamikanya.
Lantas apa maksud manuver politik Jokowi pada 3 tokoh itu? Pendiri Cyrus Network, Hasan Nasbi menilai, manuver politik Jokowi terhadap Ganjar, Prabowo, dan Anies, memang sulit ditebak. Apakah itu sebagai bentuk dukungan atau ada manuver politik lain, sulit disimpulkan.
Namun, dengan sisa masa jabatan Jokowi yang tinggal 2 tahun lagi, Jokowi ingin meninggalkan kesan yang baik. Kata dia, Jokowi ingin mengakhiri kepemimpinannya dengan khusnul khotimah atau berakhir baik. Jokowi perlu menjalin hubungan baik dengan para kandidat capres ini, agar saat terjadi suksesi pembangunan bisa dilanjutkan.
Selain itu, para kandidat capres juga tentu akan senang karena merasa mendapat dukungan dari presiden. Dukungan ini penting agar setiap program berjalan lancar. “Kedua belah pihak mendapatkan keuntungan,” kata Hasan, kemarin.Selain itu, kata dia, pertemuan Jokowi ini memberikan pesan bahwa Jokowi berada di tengah. Mendukung semua kandidat. Tidak memihak salah satu. Ibaratnya, ini manuver zig zag. Ke sini mendukung, ke sana mendukung. Melindungi semua kandidat yang ada, tanpa terkecuali. “Dari berbagai pertemuan itu, bisa tampak Jokowi mengayomi semua tokoh,” ujarnya.
Senada disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah. Pertemuan Jokowi dengan para kandidat capres/cawapres ini menunjukkan Jokowi siap menyelesaikan masa baktinya dengan soft.
Kenapa pertemuan Jokowi dengan Anies lebih banyak mendapat komentar warganet? Karena, kata dia, selama ini ada kesan garis politik Anies selalu berseberangan dengan Istana. Berbeda dengan Prabowo dan Ganjar. “Kemunculan Jokowi ini sebagai simbol memberikan dukungan penuh pada gelaran internasional itu,” kata Dedi, kemarin.
Secara politis, lanjut dia, kemunculan langsung Jokowi dinilai karena melihat adanya peluang membangun kepercayaan publik pada pemerintah. Ia menuturkan, hal tersebut termasuk langka, sebab sejauh ini Jokowi lebih responsif pada agenda di luar Jakarta.
Pengamat politik dari UIN Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago menyampaikan analisa serupa. Pertemuan Jokowi dan tiga kandidat capres ini memberikan pesan rekonsiliasi setelah adanya perpecahan, juga membawa pesan kedamaian dan mengakhiri perseteruan yang terjadi akibat Pilpres 2019. “Pilpres 2019 sudah berakhir. Sekarang mulai bicara masa depan di 2024,” ulasnya. [BCG/rm.id]
Tinggalkan Balasan