Pemilih Ngarep Pejabat Filipina Korup Dicopot

Pemilih muda antusias mengikuti Pemilihan Presiden (Pilpres) Filipina 2022, kemarin. Mereka berharap mendapatkan pemimpin yang bisa membawa perubahan. Salah satunya, berani mencopot para pejabat korup.

Dilansir portal berita setempat, ManilaTimes, Ketua Komisi Pemilihan Umum Filipina (Comelec), Saidamen Pangarungan mengklaim, proses pemungutan suara berjalan dengan lancar.

“Sejauh ini pemilu berjalan lancar. Proses pemilihan masih berlangsung,” ujarnya, kemarin.

Jadwal pemungutan suara nasional dimulai pukul 06.00 waktu setempat. Sementara, jam selesainya pemungutan pada pukul 19.00 waktu setempat. Menurut Comelec, sekitar 65,7 juta pemilih telah terdaftar, sementara 1,69 juta lainnya berada di luar negeri.

Warga antusias ikut pemilu. Banyak warga rela antre di banyak Tempat Pemungutan Suara (TPS), demi bisa menyumbangkan suaranya.

“Saya senang karena pemilu ini sangat penting. Kami akan memilih pemimpin baru negara yang sangat membutuhkan perubahan,” kata Jolito Catibog (61).

“Setelah pemilu ini, kita juga akan tetap waspada karena perjuangan tidak berhenti di hari pemilu,” sambungnya.

Banyak dari mereka yang memberikan suara adalah pemilih pemula. Seperti John Tristan Bulacan (18).

“Saya merasa baik-baik saja. Saya pikir orang-orang yang saya pilih akan mengubah sistem,” katanya kepada Channel News Asia, di luar TPS di Makati City, Manila.

“Penting untuk memilih karena ada banyak politisi korup yang perlu dicopot dari posisinya. Khususnya bagi orang miskin, mereka membutuhkan perubahan,” imbuhnya.

Pemilih pemula lainnya, Maria Tricia Tenazo (18) mengaku inginkan perubahan. “Kami akan memilih presiden dan wakil presiden baru. Itulah mengapa ini penting bagi saya karena saya ingin kita memiliki pemimpin yang akan memimpin negara dengan baik,” tuturnya.

“Saya baru berusia 18 tahun. Jadi, ini pertama kalinya saya memilih. Saya merasa sedikit gugup karena saya masih belum begitu akrab dengan prosesnya, yang berbeda karena pandemi. Namun saya senang bisa menjadi bagian dari masyarakat pemilih. Kesejahteraan rakyat dipertaruhkan di sini, terutama karena kita masih dalam pandemi,” bebernya.

Selain memilih presiden baru, Pemilu Filipina kali ini juga untuk memilih wakil presiden, gubernur, wali kota, anggota DPR dan senat. Berbeda dengan kebanyakan pemilu di negara lain, pemilihan presiden dan wapres, tidak satu paket.

Dalam pilpres ini, Wakil Presiden Maria Leonor Robredo yang dikenal sebagai Leni Robredo merupakan satu-satunya capres perempuan. Dia menghadapi 9 kandidat pria.

Namun dalam jajak pendapat menjelang Pilpres Filipina 2022, persaingan mengerucut antara Robredo dengan Ferdinand Marcos Jr (Bongbong), putra mendiang Presiden Ferdinand Marcos, yang rezimnya disebut otoriter, dinodai korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.

Pada tahun 1986, keluarganya melarikan diri ke pengasingan di Hawaii setelah Revolusi Kekuatan Rakyat (People Power) mengakhiri kekuasaan Marcos selama 20 tahun. Kritikus Bongbong mengklaim, pencalonannya adalah upaya yang disengaja untuk mengambil kembali kekuasaan yang pernah menjadi milik keluarganya.

Kandidat presiden lainnya termasuk Wali Kota Manila petahana Francisco Domagoso (Isko Moreno) dan mantan petinju profesional Senator Manny Pacquiao.

Siapa pun yang terpilih memimpin Filipina selama enam tahun ke depan dan tidak akan dapat mencalonkan diri lagi. Pendiri lembaga penelitian International Development and Security Cooperation yang berbasis di Manila, Chester Cabalza mengatakan, pemilu tidak hanya tentang presiden berikutnya. Tapi tentang memilih antara pemerintahan yang baik dan transparan, atau berlanjutnya kepemimpinan yang dinodai dengan kebohongan dan pembelokan sejarah.

Hasil beberapa polling yang digelar sepanjang tahun ini menunjukkan, Marcos Jr memimpin dari pesaingannya dengan lebih dari 30 poin persentase. Ini berarti Robredo membutuhkan lonjakan suara jika ingin menang.

Kendati Pemilu Filipina diwarnai kekerasan di sejumlah tempat. Kepolisian menyebut pemilu kali ini berjalan lebih kondusif daripada sebelumnya. Untuk mengamankan pemilu kali ini, Filipina mengerahkan lebih dari 270 ribu personel polisi dan militer. Pengamanan ketat terlihat di sekolah-sekolah dasar yang diubah menjadi tempat pemungutan suara.

Baku tembak pertama terjadi di Provinsi Ilocos Sur, sekitar 195 kilometer dari Manila, Ibu Kota Filipina. Dalam sebuah video terlihat orang-orang menyerbu pusat pemungutan suara untuk menghancurkan surat suara dan mesin penghimpun suara.

Sementara di wilayah Filipina Selatan, sembilan orang terluka akibat lima granat meledak di luar tempat pemungutan suara. Ledakan itu terjadi beberapa jam sebelum pemungutan suara dimulai.

Tak cuma aksi kekerasan, di saat yang sama, ditemukan laporan tentang mesin pemungutan suara yang rusak dan beberapa pemilih yang kesulitan menemukan nama mereka di daftar pemilih.

Pejabat KPU Filipina Marlon Casquejo mengatakan, Pemerintah menghitung sekitar 143 mesin rusak di seluruh Filipina. Kata dia, kerusakan akibat mesin sudah uzur dan bermasalah. Komisioner KPU Filipina George Garcia menambahkan, lebih dari 1.800 mesin pemungutan suara tidak berfungsi.

“Tapi ada 1.100 mesin cadangan di seluruh Filipina,” jelas Garcia, dilansir The New York Times, kemarin.

Butuh waktu antara 45 menit hingga satu jam bagi para pemilih untuk memberikan suara. Para pejabat juga tetap menegakkan aturan menjaga jarak sosial untuk mencegah penyebaran Covid-19. [RM.ID]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *