Korsel Lantik Presiden Baru, Ada Megawati Hingga Wapres China

Yoon Seok-youl resmi dilantik sebagai Presiden Korea Selatan, Selasa (10/5). Dia akan menjalani masa kepemimpinan satu periode selama lima tahun ke depan.

Upacara pelantikan dilaksanakan di tengah cuaca cerah di halaman Majelis Nasional Seoul. Acara pelantikan Yoon dihadiri sejumlah tamu asing.

Ada Presiden ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputri. Hadir juga suami Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris, Douglas Emhoff. Tampak juga  Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi. Perwakilan China yakni Wakil Presiden Wang Qishan hadir membawa surat dari Presiden Xi Jinping.

Dilansir AFP, Selasa, Yoon memulai jabatannya di tengah meningkatnya ketegangan dengan Korea Utara (Korut) yang dituding membangun senjata nuklir.

“Saya bersumpah di depan orang-orang bahwa saya akan setia menjalankan tugas presiden,” kata Yoon, yang berjanji bersikap keras terhadap Korea Utara.

Yoon yang menang dalam pilpres 9 Maret lalu ini menyerukan denuklirisasi penuh Korut, dengan mengatakan program senjata negara tetangganya itu merupakan ancaman bagi keamanan global.

Dalam pidato pelantikan, dia mengatakan bahwa jika Pyongyang benar-benar memulai proses untuk menyelesaikan denuklirisasi, Seoul siap membantu.

“Kami siap menyajikan rencana tegas dan berani untuk menawarkan bantuan meningkatkan perekonomian negara miskin itu. Sebagai gantinya, Korut harus buang senjata nuklirnya,” tegas Yoon.

Yoon menggantikan Moon Jae-in. Dalam pidato perpisahannya, Senin (9/5), Moon mengharapkan upaya memulihkan perdamaian dan denuklirisasi di Semenanjung Korea bisa terus berlanjut.

“Perdamaian adalah syarat untuk kelangsungan hidup dan kemakmuran kita. Saya sangat berharap upaya untuk melanjutkan dialog antara Korea Selatan dan Korea Utara, membangun denuklirisasi, dan perdamaian akan terus berlanjut,” kata Moon pada video yang disiarkan secara langsung dikutip Kyodo, Selasa.

Pada pidato terakhirnya itu, Moon mengklaim pemerintahnya membantu meringankan bahaya perang di Semenanjung Korea dan memunculkan perdamaian melalui diplomasi.

“Alasan mengapa kami gagal melangkah lebih jauh bukan karena kami tidak memiliki suara dan tekad untuk melakukannya. Ada penghalang yang tidak bisa kami atasi hanya dengan tekad kami. Itu adalah penghalang yang harus kita atasi,” kata Moon, tanpa menjelaskan apa hambatannya.

Bagaimana publik merespons kehadiran Yoon? Dalam hasil survei dirilis Gallup Korea Minggu (8/5), menunjukkan bahwa peringkat persetujuan Yoon sebagai presiden terpilih hanya 41 persen. Sedangkan peringkat persetujuan Moon mencapai 45 persen.

Survei juga menunjukkan, kurang dari 60 persen responden memperkirakan dia akan bekerja dengan baik di masa kepresidenannya. Angka tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan pendahulunya yang menerima sekitar 80 hingga 90 persen suara pendukung sebelum mereka bertugas sebagai presiden.[RM.ID]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *