Ngaku Menang, Marcos Jr: Nilai Tindakan Saya, Bukan Leluhur Saya

Ferdinand Marcos Jr (Bongbong), Rabu (11/5), mengklaim kemenangan dalam Pemilihan Presiden Filipina. Putra mendiang diktator itu bersumpah akan menjadi pemimpin untuk semua orang Filipina.

Demikian disampaikan juru bicaranya Vic Rodriguez dalam sebuah pernyataan. “Kepada dunia, ia mengatakan: Jangan menilai saya dengan melihat leluhur saya, melainkan tindakan saya,” kata Vic dilansir Channel News Asia.

Dengan penghitungan awal, 98,32 suara yang sudah masuk (55.173.212) dari total terdaftar 67.442.616, Marcos Jr unggul jauh dengan 58,74% suara (31.091.482). Pesaing terdekatnya, Leni Robredo, hanya mendapat 27,99% suara (14.815.276).

Kemenangannya itu merupakan pembalikan nasib keluarga Marcos, yang pada 1986 terusir dari Istana Kepresidenan, Malacanang. Banyak pengamat sudah memperkirakan bahwa Marcos Jr memang akan menang secara telak.

Selama bertahun-tahun akun-akun media sosial pro Marcos membanjiri informasi mengenai pemerintahan ayahnya, Ferdinand Marcos, sebagai periode emas perdamaian dan kemakmuran Filipina. Lewat media sosial, tim Marcos membuat banyak anak muda Filipina yang tidak merasakan pemerintahan ayahnya, percaya.

Pada kenyataannya, ayah Marcos Jr membuat Filipina bangkrut. Ayahnya itu juga dituding menyiksa, memenjarakan, dan menyebabkan tewasnya puluhan ribu lawannya selama pemerintahannya yang korup dan otoriter.

Seperti dilansir Bloomberg, keluarga mantan diktator Ferdinand Marcos itu –beserta kroni-kroninya– merampok tak kurang 5-10 miliar (kurs sekarang Rp 72 triliun-Rp 144 triliun) uang negara. Sampai akhir 2020, menurut Presidential Commission on Good Government, baru 3,4 juta dolar yang berhasil dikembalikan ke kas negara.

Guinness World Record pun menjuluki rezim Marcos sebagai ’’perampokan terbesar dalam sebuah pemerintahan”.

Rodriguez menyebut kemenangan Marcos Jr adalah kemenangan bagi rakyat Filipina dan demokrasi. “Kepada mereka yang memilih Bongbong, dan mereka yang tidak, itu adalah janjinya untuk menjadi presiden bagi semua orang Filipina. Untuk mencari titik temu melintasi perbedaan politik, dan bekerja sama untuk menyatukan bangsa,” kata Rodriguez.

Bongbong ikut mengasingkan diri ke Hawaii, Amerika Serikat, setelah Marcos Sr ditumbangkan pada 1986. Ia kembali ke Filipina pada 1990 dan memulai karier politiknya. Dia terpilih sebagai gubernur dan anggota kongres Ilocos Norte, kampung ayahnya, dan pada 2010 jadi seorang senator.

Dia jadi kandidat dalam pemilihan wakil presiden 2016, tetapi kalah. Saat kampanye pilpres 2022, Bongbong kerap menghindari debat lawan rival utamanya dan enggan diwawancarai dengan awak media. Bongbong mengaku tidak ingin terjebak pada disinformasi dan hanya ingin menyampaikan kampanye positif dengan memuji sang ayah dan menolak menjawab pertanyaan soal era darurat militer.

Adapun pasangan wakil presiden Ferdinand Marcos Jr dalam pemilu kali ini adalah Sara Duterte, putri dari Presiden Rodrigo Duterte juga menang telak. Wali Kota Davao itu meraup 31.560.351 suara. Amnesty International menuduh Marcos dan pasangannya menghindari pembahasan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk yang dilakukan di bawah darurat militer dan selama perang berdarah Presiden Rodrigo Duterte terhadap narkoba.

Human Rights Watch juga sudah mewanti-wanti Ferdinand Marcos Jr. untuk dapat mengambil tindakan cepat dan tegas dalam memperbaiki situasi HAM di Filipina setelah resmi dilantik, termasuk tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang melibatkan Duterte. Kebijakan perang melawan narkoba di Filipina telah mengakibatkan pembunuhan di luar proses hukum terhadap ribuan orang.[RM.ID]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *