SERANG, BANPOS – Memasuki usia ke-71, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) diminta untuk terus memberikan kontribusi terhadap keselamatan pasien. Disamping keterlibatannya dengan penurunan nilai angka kematian Ibu dan Bayi, Bidan juga disebut sangat berperan penting bagi kesehatan masyarakat, penurunan Stunting, Gizi Buruk dan kesehatan balita.
Demikian disampaikan Walikota Serang, Syafrudin, saat menghadiri kegiatan Perayaan HUT IBI ke-71 Tahun yang digelar di Lapangan Kelurahan Curug, Sabtu (11/6). Kegiatan perayaan HUT IBI dirangkaikan dengan kegiatan bakti sosial, pemberian 1000 paket sembako untuk masyarakat yang tidak mampu, Pelayanan KB, Donor Darah, Vaksinasi bagi lansia, Pemeriksaan ibu hamil serta terdapat pelayanan kependudukan.
Syafrudin mengungkapkan, di usia ke-71 taun ini merupakan usia yang sudah matang dan senior. Banyak pengalaman dan peran yang dilakukan oleh IBI untuk masyarakat.
“Kami Pemerintah Kota Serang sangat mengapresiasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang sudah menginjak usia ke 71 Tahun ini atas segala kontribusi yang sudah diberikan untuk masyarakat. Mudah-mudahan IBI selalu eksis dan jaya dan terus memberikan kontribusi yang baik untuk masyarakat dan bangsa negara,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, Syafrudin mengatakan bahwa sesuai tupoksinya, IBI juga berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta penanganan stunting dan gizi buruk. Hal itu juga tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga IBI.
“Ini merupakan sebuah tupoksi dari kinerja bidan dalam melayani kesehatan, disamping bidan itu bekerja di Pemerintah, Puskesmas atau di Klinik-klinik swasta dan juga punya organisasi ini yang kaitannya dituntut untuk penanganan stunting dan gizi buruk,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua IBI Kota Serang periode 2020-2025, Ucu Zakiyah, mengatakan bahwa IBI komitmen untuk membantu Pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta penurunan stunting. Ia mengungkapkan, kasus stunting di Kota Seorang sangat banyak begitupun dengan kasus kematian ibu dan bayi baru lahir.
“Sangat banyak, masih tinggi kematian ibu dan bayi baru lahir juga. Tapi tahun 2022 ini alhamdulilah sudah turun, pada tahun 2021 itu 13 angka kematian ibu. Tahun 2022 sampai bulan Juni ini ada 4, mudah-mudahan tidak bertambah lagi,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kematian ibu mayoritas disebabkan oleh pendarahan, keracunan kehamilan atau eklamsi, infeksi kehamilan, infeksi nifas. Namun kasus yang paling banyak ditemui yaitu keracunan kehamilan dan pendarahan pos melahirkan.
“Banyak faktor, penyebabnya salah satunya yaitu penanganan yang terlambat. Kemudian terlalu dekat melahirkan, terlalu banyak anak, terlalu dekat (hamil), terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat jarak kehamilan,” tuturnya.
Oleh sebab itu, untuk menekan angka kematian ibu dan bayi tersebut, pihaknya bekerjasama dengan pemerintah secara sektoral. Mulai dari pemerintah tingkat Kelurahan, Kecamatan hingga tingkat Kota Serang.
“Kami siap untuk membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, dengan cara melakukan edukasi dan memberikan pelayanan-pelayanan yang optimal kepada pasien,” tandasnya. (MUF/AZM)
Tinggalkan Balasan