Bencana Tanah Bergerak Kembali Terjadi

LEBAK, BANPOS – Bencana pergerakan tanah di Kebon Kalapa, Desa Cilangkap, Kecamatan Kalanganyar, mengakibatkan sebanyak lima rumah warga mengalami rusak berat, dan jalan poros desa amblas mencapai kedalaman dua meter.

Pada awal Januari 2022, bencana pergerakan tanah di Kebon Kalapa membuat dua rumah milik warga ambruk. BPBD Lebak menerjunkan tim dan melakukan penelitian tanah bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Lebak. Hasil pengamatan, retakan tanah mencapai 500 meter dan kedalaman lebih dari dua meter.

Hasil uji laboratorium, karena struktur tanah berpasir akibat erosi dan pelapukan oleh aliran Sungai Ciujung yang membuat kekuatan tanah mengalami pelemahan sehingga terjadi pelapukan pada tanah. Gaya penahan pada bagian bawah sungai berkurang, erosi yang terjadi di atas dikarenakan bidang longsoran itu merupakan titik benturan arus Sungai Ciujung yang cukup deras, sehingga tanah tidak tergelincir keluar lereng tapi ambles di titik paling lemah.

Ketiga, diperlukan penelitian lebih lanjut dan komprehensif melibatkan ahli geologi untuk menghindari dampak yang besar yang mengancam pemukiman penduduk yang lebih luas. Pada 10 Juni 2022 ini, bencana pergerakan tanah kembali terjadi dan mengakibatkan jalan poros desa ambles dengan kedalaman dua meter.

Tidak hanya jalan, lima rumah warga terdampak bencana pergerakan tanah. Lima rumah yang terdampak diantaranya itu rumah Awaludin, Karman, dan Utup dengan status rusak berat, rumah Bahrudin dan Aan terancam, karena bagian depan rumah sudah ambles kedalaman lebih dari satu meter.

Akibat bencana itu, sebanyak 23 orang warga yakni keluarga Aan, Neneng Erni, Fitri dan Restia, keluarga Awaludin, Eti, Siti Nurjanah, Mustofa, Nafia Awaliah, Wisyarah Hasanah, Hadi, dan Sifa Nazila, keluarga Siti Miladiah Munggaran, Bahrudin dan Suharni. Keluarga Karman, Utini, Tasya, dan Zihan dan keluarga Fatmawati, yakni Van Kadafi, Bi Fahrabi, dan Pedi Firman terpaksa mengungsi.

Hingga saat ini tanah masih mengalami pergerakan dan membuat bangunan di atasnya mengalami retak-retak. Polsek Rangkasbitung juga terpaksa harus memasang garis polisi, karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, terlebih saat ini hujan dengan intensitas tinggi masih terus terjadi sehingga potensi terjadinya tanah ambles cukup besar.

Kepala Desa Cilangkap Roni mengatakan, warga yang rumahnya itu terdampak bencana pergerakan tanah sudah mengungsi, sementara mereka tinggal di rumah kerabatnya di Cilangkap. Sedangkan Karman mengungsi ke Ciseke, Kecamatan Rangkasbitung.

“Sampai saat ini masih terjadi pergerakan tanah, bisa membahayakan masyarakat. Sebanyak lima rumah warga itu sudah tidak aman untuk ditempati,” kata Roni, Sabtu (11/6).

Menurut Roni, saat ini warga membutuhkan bantuan logistik, kegiatan ekonomi masyarakat menjadi lumpuh akibat bencana pergerakan tanah.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, Febby Rizki Pratama mengatakan, pihaknya sudah bersurat kepada Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung dan Cidurian (BBWS3C).

“Sudah, kita sudah bersurat ke BBWS3C. Rencananya pekan depan, kita akan menyurati Badan Geologi untuk mengetahui detail penyebab terjadinya pergerakan tanah di Kampung Kebon Kalapa,” katanya.

Ia berharap, Balai Besar dan Badan Geologi cepat merespons surat dari BPBD Lebak perihal bencana tersebut. Sebab menurut Febby, ini menyangkut nasib masyarakat yang rumahnya terancam pergerakan tanah.

“Iya, ini kan menyangkut nasib masyarakat yang rumahnya terancam akibat pergerakan tanah. Karena sampai saat ini tanah di sana masih terus bergerak. Iya kami berharap BBWS3C dan Badan Geologi respon cepat,” harapnya. (Her/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *