JAKARTA, BANPOS – Kontribusi perempuan akan terus ditingkatkan dalam kemajuan transisi energi menyusul kebijakan pemerintah memberikan perhatian pada dimensi gender.
Pentingnya pemberdayaan perempuan juga turut serta membangun wajah sektor energi dan sumber daya mineral lebih inklusif ke depan.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial menekankan terobosan Kementerian ESDM melibatkan perempuan dalam program transisi energi.
“Dari berbagai program Kementerian ESDM untuk anak muda, yaitu Patriot Energi dan Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya atau GERILYA, lebih dari 30%-nya diikuti oleh Perempuan,” ujar Ego pada acara webinar Aksi Perempuan Muda Mendorong Transisi Energi di Jakarta, Selasa (12/7).
Lebih lanjut Ego mengatakan, perempuan telah mengisi pos-pos penting di Pemerintahan termasuk di Kementerian ESDM.
“Setidaknya ada 11 perempuan yang mengisi posisi Direktur atau eselon 2, dari total 55 unit eselon 2 di Kementerian ESDM,” jelasnya.
Selain itu, terjadi peningkatan pegawai perempuan dari 23 persen menjadi 28 persen dalam 10 tahun. Bahkan, Ditjen EBTKE menjadi unit dengan jumlah pegawai perempuan terbanyak yaitu sekitar 35 persen.
“Ini tentu menjadi sinyal yang baik dalam meningkatkan peran perempuan dalam transisi energi Indonesia,” ujar Ego.
Menurut Ego, peran perempuan juga bisa dilakukan dari level masyarakat secara praktis.
Beberapa hal yang bisa dilakukan perempuan dalam transisi energi diantaranya melakukan mengembangan dan advokasi energi terbarukan, gaya hidup hemat energi, dan terlibat dalam pengambilan keputusan pengelolaan energi.
Dukungan terhadap peningkatan porsi keterlibatan perempuan dalam transisi energi juga diungkapkan oleh Deputi Direktur Kantor Lingkungan Hidup USAID Indonesia Mark Newton.
“Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID sangat antusias untuk mendukung partisipasi dan kepemimpinan pemuda yang berarti di sektor energi bersih,” ujar Mark.
Untuk mendukung transisi energi, pemerintah sudah menyusun rancangan target Net Zero Emission pada tahun 2060 dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).
“Arah kebijakan energi nasional yaitu melaksanakan transisi energi, dari energi fosil menuju energi bersih ramah lingkungan utamanya pengembangan Energi Baru Terbarukan atau EBT,” ujar Ego.
Ia menambahkan pemerintah akan mengganti hampir seluruh pembangkit listrik dari 100 persen energi bersih secara bertahap melalui pengembangan EBT secara masif yang meliputi solar PV, angin, biomass, panas bumi, hidro, energi laut, nuklir, hidrogen, dan teknologi energi bersih seperti battery storage systems dan CCUS.
“Saat ini tidak boleh ada penambahan PLTU batubara baru, kecuali yang telah berkontrak atau sedang konstruksi. Selain itu, retirement PLTU akan secara bertahap pasca 2030,” tegasnya.
Sementara dari sisi permintaan (demand), pemerintah mendorong penerapan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, pemakaian kompor induksi,dan pembangunan jaringan gas untuk rumah tangga.
“Tentu diperlukan sinergi dan kolaborasi semua pihak yang melibatkan generasi muda termasuk perempuan, yang menjadi fokus dari webinar ini,” ujar Ego.
Hal ini juga mendapat sambutan hangat dari pihak USAID. Pihaknya berkomitmen penuh mendukung upaya pemerintah mewujudkan transisi energi.
“Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID berkomitmen untuk mendukung transisi energi bersih Indonesia. Pada webinar ini, para pembicara akan berbagi solusi untuk menginspirasi mengenai aksi iklim mereka,” ujar Mark.
Ego berharap webinar ini menghasilkan ide-ide yang inovatif dari kacamata perempuan dalam pengembangan EBT, menguatkan koordinasi, sinkronisasi dan peran stakeholders dalam mendukung tantangan transisi energi untuk mencapai target Net Zero Emission Indonesia.(PBN/RMID)
Tinggalkan Balasan