Mahasiswa Baru Untirta Disuruh Murtad

SERANG, BANPOS – Rangkaian pelaksanaan ospek pada Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) ditengarai telah terjadi tindakan perpeloncoan, baik secara fisik maupun verbal. Bahkan, diduga pula terjadi pelecehan seksual maupun keyakinan para mahasiswa baru (Maba).

Hal itu mengemuka di media sosial Twitter, dan viral pada Rabu (10/8). Pada platform tersebut, seseorang diduga Maba, menceritakan kondisi pelaksanaan Pra-Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) pada Selasa (9/8) lalu.

Ia menceritakan bahwa pelaksanaan Pra-PKKMB itu diliputi oleh tindakan-tindakan yang mengarah pada perpeloncoan, baik fisik maupun verbal. Hal itu dilakukan oleh panitia yang memiliki jabatan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai Komisi Disiplin (Komdis).

Selain itu, larangan-larangan terkait dengan makan, minum, istirahat dan salat yang harus buru-buru pun menjadi salah satu hal yang dipermasalahkan oleh para Maba.

BANPOS pun mewawancara sejumlah Maba Untirta. Mereka membenarkan bahwa pelaksanaan Pra-PKKMB sarat akan praktik perpeloncoan. Ia juga membenarkan jika Komdis atau pada pelaksanaan PKKMB disebut dengan Gerakan Disiplin Kampus (GDK), menjadi pihak yang disebut sebagai pihak yang melakukan.

“Jadi kemarin tuh jam 8-an itu masih santai kayak penampilan kelompok, yel-yel, jingle segala macam. Nah abis gitu mulai serius tuh, GDK bacain tata tertib di depan, terus GDK yang lain pada nyebar,” ujar salah satu Maba yang enggan disebut namanya.

Usai pembacaan tata tertib, ia menyebutkan bahwa para GDK pun ‘bergerilya’ mendatangi satu persatu peserta. Di situ, mereka menyita sejumlah barang seperti Handphone, skincare dan parfum.

Pada saat itu pula, panitia GDK perempuan, melontarkan kalimat kepada sejumlah peserta perempuan yang dinilai menggunakan make up tebal, sebagai perempuan ganjen dan hendak menggoda dosen.

“Terus soal yang lagi heboh sekarang ini tentang banyak yang tumbang, itu memang banyak banget yang sakit atau pingsan. GDK juga bilang begini ‘kok banyak banget sih yang sakit, pada lemah amat’,” ungkapnya.

Selain kekerasan seksual secara verbal dengan menyebut peserta perempuan sebagai penggoda, Maba itu juga menyebutkan bahwa peserta laki-laki yang hendak salat namun kehabisan air, justru disuruh untuk murtad.

“Emang salatnya disuruh buru-buru gitu. Anak laki-laki yang mau salat tapi ternyata enggak ada air lagi buat wudu, kata GDK yang cowok ‘ya udah murtad aja murtad’. Maksudnya emang harus segitunya ya?” ujar dia heran.

BANPOS mencoba melakukan konfirmasi kepada Presiden Mahasiswa Untirta, Ryco Hermawan. Sayangnya, beberapa kali BANPOS mencoba melakukan panggilan seluler, tidak kunjung mendapatkan jawaban.

Namun, BEM KBM Untirta mengeluarkan pernyataan resmi terkait dengan persoalan yang tengah ramai tersebut. Dalam pernyataan resmi yang mengatasnamakan Ryco selaku Presiden Mahasiswa Untirta, disebutkan bahwa Pra-PKKMB merupakan agenda yang diinisiasi oleh BEM KBM Untirta.

“Adapun kegiatan PKKMB resmi yang dilaksanakan oleh institusi Untirta akan dilaksanakan pada tanggal 15-17 Agustus 2022 secara hybrid dengan skema perwakilan peserta sebanyak 150 orang dari masing-masing Fakultas,” tulisnya.

Selain itu, Ryco menuturkan bahwa terjadi kesalahan estimasi waktu dalam pelaksanaan pengambilan video mozaik. Sebab, perkiraan waktu pengambilan video yang hanya dua jam, ternyata mencapai lebih dari itu dan mengakibatkan sejumlah peserta tumbang.

Ryco tidak membantah terkait dengan adanya larangan makan, minum, istirahat dan salat yang harus diburu-buru. Ia hanya menyampaikan bahwa panitia telah mengimbau agar para peserta sarapan terlebih dahulu, dan membawa bekal makan dan minum untuk di siang hari.

“Sedangkan untuk salat, diberikan waktu sesuai dengan jadwal istirahat selama dua jam, yaitu mulai dari pukul 11.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB yang diatur secara bergiliran,” katanya.

Sementara terkait dengan dugaan kekerasan fisik maupun verbal yang dilakukan oleh GDK kepada para peserta, Ryco mengaku bahwa para panitia telah diberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) serta pembekalan melalui Training of Trainer (ToT).

“Dengan harapan tidak terjadi kontak fisik dan kekerasan verbal kepada mahasiswa baru,” tuturnya.

Kendati demikian, ia pun menyampaikan permohonan maaf kepada mahasiswa baru, orang tua mahasiswa baru, dan masyarakat atas viralnya praktik perpeloncoan pada pelaksanaan kegiatan Pra-PKKMB itu.

“Jika ada mahasiswa baru dan pihak lainnya yang mengalami kejadian yang kurang menyenangkan dalam bentuk apapun, dapat melaporkan melalui Hotline Humas Untirta (0822-9897-9737) dengan menyertakan identitas diri yang resmi dan jelas,” tandasnya.(DZH/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *