Perpusnas Fasilitasi Peluncuran Buku Tentang Sosok Buya Hamka

JAKARTA, BANPOS – Perpustakaan Nasional (Perpusnas) terus memainkan perannya sebagai pusat kegiatan intelektual masyarakat. Tidak hanya melestarikan sejarah khazanah bangsa, perpustakaan juga berperan dalam menjaga kesinambungan ilmu pengetahuan.

Senin (29/8), buku berjudul “Membaca Hamka Merawat Bangsa” karya Umar Syadat Hasibuan diluncurkan di Perpusnas. Peluncuran buku dihadiri Umar Syadat Hasibuan, Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda, Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid, dan Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando.

Kepala Perpusnas menyatakan, koleksi dan fasilitas yang ada di Perpusnas dipersembahkan untuk masyarakat. Untuk itu, dia mengajak masyarakat agar memanfaatkan perpustakaan. Perpustakaan merupakan jembatan ilmu pengetahuan masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.

“Kami undang semua orang untuk memanfaatkan perpustakaan ini. Karena memang perpustakaan ini dibangun dan dipersembahkan untuk masyarakat Indonesia. Kami di sini hanya satpam untuk menjaganya,” ujarnya, di ruang pertemuan lantai 4 Perpusnas, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta Pusat.

Sementara itu, Umar Syadat Hasibuan yang akrab disapa Gus Umar, mengatakan wawasannya tentang Buya Hamka tidak lepas dari kebiasaan membaca dan perpustakaan pribadi yang ia miliki. “Lantai 2 rumah saya adalah tempat harta karun terbesar dalam hidup saya, yaitu perpustakaan pribadi. Di perpustakaan pribadi saya itu hampir ada 35.000 judul buku yang 60 persennya adalah buku langka,” ujarnya.

Di perpustakaan pribadi tersebut ada lemari khusus koleksi Buya Hamka yang ia jadikan referensi penulisan bukunya. “Saya baca, saya tulis kata per kata, kalimat per kalimat hingga jadilah chapter ke-3,” katanya.

Setelah chapter ke-3, Gus Umar berinisiatif untuk meminta kata pengantar dari Anwar Ibrahim. Namun tidak hanya mendapatkan kata pengantar, Gus Umar mendapat banyak masukan dalam draf tulisannya.

Anwar Ibrahim berpendapat bahwa generasi saat ini cenderung untuk mengabaikan sejarah khazanah bangsa, hanya untuk menonjolkan pemikiran baru. Oleh karena itu, dia menghargai ikhtiar yang dilakukan Umar untuk menggali pemikiran Hamka. “Hamka merupakan budayawan, ahli bahasa, dan sastrawan yang berpengaruh tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Malaysia,” ucapnya.

Menggali khazanah tidak bermakna untuk mengambil dan mengaplikasikan semua hal. Sebagai orang yang pernah berinteraksi langsung dengan Buya Hamka, Anwar menggambarkan bagaimana pendekatan kritis dan kreatif ada di semua tulisan Hamka. “Pendekatan kritis dan kreatif ada pada semua kupasan beliau, termasuk di dalam romansa cinta,” katanya.

Anwar juga terkesan dengan sosok Hamka yang bijaksana dalam mendampingi generasi muda. “Dengan menghormati pandangan anak muda sebagai sahabat dan rekan dan berhujjah dengan tenang untuk meyakinkan saya, bahwa isi suatu perjuangan bukan pada slogan tetapi pada pelaksanaannya,” ucapnya.

Muhaimin Iskandar menyampaikan apresiasi atas peluncuran buku sahabatnya tersebut. “Sahabat saya Umar Hasibuan telah merevitalisasi pemikiran Buya Hamka yang sangat dahsyat, sosok ulama, seniman, sekaligus sastrawan, yang pasti dalam konteks waktu dan zaman akan memberikan kekayaan khazanah pemikiran intelektual kita,” ujar pria yang akrab disapa Cak Imin tersebut.

Imin mengakui kekagumannya terhadap intelektualitas dan karakter Hamka. “Hamka adalah tokoh yang bisa dicontoh karena tidak dendam kepada bung Karno meskipun dipenjara selama dua tahun. Itu pembelajaran yang sangat dahsyat, kesabaran memaafkan, saling menghormati, itu yang harus dijadikan warisan buat politik nasional ke depan,” tambahnya.

Terkait literasi, Imin mengatakan bahwa peran Pemerintah sangat dibutuhkan. Dia meminta agar Pemerintah memberikan kemudahan penerbitan buku, menghilangkan pajak buku, serta memfasilitasi penyebaran buku-buku di masyarakat. (RMID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *