Ponpes La Tansa Gandeng SGG Institut Gelar Bincang Literasi Wujudkan ‘Santri Goes Global’

LEBAK, BANPOS – Pondok Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan melahirkan santri yang memiliki daya saing secara global agar dapat menghadapi era industri 4.0.

Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, Pondok Pesantren La Tansa bersama Santri Goes Global (SGG) Institut menggelar bincang literasi bertemakan “Milenial Generation In The Industrial Revolution 4.0” di Pondok Pesantren La Tansa beberapa waktu lalu.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber alumni Pesantren dengan beragam profesi mulai dari aktivis NGO internasional, aktivis literasi dan pendidikan, serta profesional di bidang industri yang telah mengenyam pendidikan di kampus terkemuka di dunia.

Founder Santri Goes Global (SGG) Institut, Abdul Hakim menjelaskan SGG Institut merupakan lembaga yang bergerak untuk mewadahi proses-proses pengenalan, persiapan, penguatan pembelajaran dan kapasitas akademik agar para santri dapat memilki prospektus karir dan akademik yang berorientasikan global.

“SGG Institut ini didirikan oleh sejumlah aktivis dan akademisi alumni pesantren yang ingin berkontribusi pada pesantren terutama membangun orientasi santri di tingkat nasional dan daerah untuk aktif berpartisipasi di dunia akademik dan karir yang berskala global,” kata Abdul Hakim.

Selain itu menurut Abdul Hakim, momentum globalisasi dan era digital membuat dunia saling terkait, mudah diakses dan saling berkoneksi satu sama lainnya.

“Diharapkan ke depan ada inisiatif khusus yang dikembangkan di pesantren La Tansa dan pesantren lainnya yang menjadi mitra SGG Institut untuk menyiapkan tahapan-tahapan yang diperlukan agar visi santri goes global ini bisa direalisasikan,” ujarnya.

Dibagian lain, Muhammad Saman alumni Heidelberg University yang juga alumni Pondok Pesantren La Tansa mengatakan di era Global saat ini, persaingan semakin ketat, maka sudah sepatutnya para santri lebih percaya diri, berani dan gigih dalam bersaing dengan para kompetitor diluar sana.

“Santri ini unik, dimana saat mereka keluar dari pesantrennya sudah membawa nilai plus yang tidak dimiliki oleh para lulusan dari institusi pendidikan lainnya. Tiga nilai plus yaitu: kemandirian, keagamaan, dan ketrampilan menjadi modal penting bagi santri untuk bersaing didunia luar,” ucap Saman.

Pimpinan Pondok Pesantren La Tansa K.H Adrian Mafatihullah Kariem menegaskan bahwa santri dipersiapkan agar dapat menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Pendidikan di pesantren selain memuat kurikulum intelektual dan pengetahuan juga memuat nilai-nilai kehidupan.

“Santri dibentuk oleh pendidikan Pesantren untuk menjadi pemimpin yang tangguh dan berkarakter. Selain itu agar dapat memiliki daya saing secara global, santri harus diarahkan agar kreatif, inovatif dan produktif,” ujar Kiyai Adrian. (LUK)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *