MALAYSIA, BANPOS – Mohammad Nizar Najib, putra tertua mantan Perdana Menteri Malaysia yang kini meringkuk di penjara: Najib Razak, bersiap mencalonkan diri untuk pertama kalinya dalam Pemilu Malaysia, 19 November mendatang.
Pria berusia 44 tahun itu tidak akan berjuang untuk mempertahankan kursi warisan ayah dan kakeknya di Pekan, Pahang.
Dia akan memperebutkan kursi di negara bagian Peramu Jaya, dalam konstituensi parlementer Pekan.
Sebelum koalisi Barisan Nasional yang dipimpin Organisasi Melayu Bersatu (UMNO) meluncurkan daftar kandidat pada Selasa (1/11) malam, banyak yang berspekulasi bahwa Nizar akan diturunkan untuk mempertahankan kursi ayahnya di Pekan.
Namun, Wakil Ketua Pekan Umno Zamri Ramly menilai, Nizar masih terlalu hijau untuk posisi tersebut.
“Biarkan dia mendapat kursi di negara bagian dulu. Dia perlu belajar,” kata Datuk Seri Zamri seperti dikutip The Straits Times, Rabu (2/11).
Mengomentari pencalonannya, Nizar mengaku tak bisa hanya mengandalkan suara simpati dari pendukung ayahnya.
“Masyarakat juga ingin melihat, apa yang bisa kami berikan kepada masyarakat sekitar. Kita tidak bisa hanya berharap pada simpati belaka,” kata ayah lima anak, yang juga Ketua Pemuda UMNO di Pekan.
“Ayah saya dan keluarga saya, selalu melayani masyarakat. Terutama, warga Pekan. Sebisa mungkin, saya akan melanjutkan warisan ini dengan kemampuan terbaik saya,” papar pria kelahiran 11 Mei 1978.
Kakek Nizar adalah Perdana Menteri ke-2 Malaysia, Tun Abdul Razak, yang memenangkan kursi parlemen Pekan pada tahun 1959.
Ketika Tun Razak meninggal pada tahun 1976, putranya Najib mempertahankan kursinya sampai tahun 1982. Sebelum bertarung memperebutkan kursi negara bagian Bandar Pekan.
Setelah memenangkan kursi negara bagian Bandar Pekan, Najib menjabat sebagai Menteri Utama Pahang selama empat tahun.
Najib kembali memenangkan kursi parlemen Pekan pada tahun 1986 dan terusmemimpinnya, sampai dipenjara karena kasus pencucian uang, pelanggaran kriminal kepercayaan dan penyalahgunaan kekuasaan terkait dengan skandal 1Malaysia Development Berhad, pada Agustus lalu.
Dalam pemilihan umum terakhir pada tahun 2018, Najib sukses mempertahankan kursinya di Pekan. Meski tuduhan tentang keterlibatannya dalam skandal 1MDB, telah meluas.
Kala itu, Najib menang dengan mayoritas 24.859 suara, jauh dari target 40 ribu suara mayoritas. (RM.ID)
Tinggalkan Balasan