Basarah Ajak Pemuka Agama Dunia Saling Memaafkan Kesalahan Masa Lalu

BALI.BANPOS- Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah yang menghadiri G20 Religion Forum (R20) International Summit of Religious Leaders di Bali berharap ajang internasional ini dapat mendorong semua pemuka agama saling memaafkan kesalahan masa lalu.

Ia mengingatkan sejarah kelam perang antarumat beragama di masa lalu kerap dijadikan objek politik identitas yang berujung pada kebencian antarumat beragama itu sendiri.

Kata Basarah, sejarah Perang Salib dan perang-perang lain yang mengatasnamakan agama-agama hendaknya dijadikan pelajaran berharga dan diambil hikmahnya agar tidak terulang lagi serta jangan dijadikan alat provokasi yang memanaskan suasana damai di muka bumi.

“Di masa depan, para pemuka agama dunia harus mengajak para penentu kebijakan di negara masing-masing untuk tidak lagi menjadikan agama sebagai sebagai sarana perebutan kekuasaan politik dan ekonomi,” tandas Ahmad Basarah, setelah menghadiri pembukaan G20 Religion Forum di Bali, Rabu (2/11).

Ketua Fraksi PDI Perjuangan ini menegaskan, jika sisi gelap pertemuan agama-agama di masa lalu selalu diungkit-ungkit untuk tujuan politik, dampaknya akan sangat fatal karena kepercayaan umat manusia terhadap pentingnya peran semua agama dalam menjaga perdamaian dunia dapat menjadi hilang.

Inilah yang antara lain mendorong filsuf Jerman, William Friedrich Nietzsche, menjelang abad 19 menyatakan kematian Tuhan dan kematian peran agama-agama di dunia Barat.

Kalimat Nietzsche bahwa Tuhan telah mati, atau dalam bahasa Jerman disebut Gott ist tot, sangat berpengaruh di Barat hingga mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat atas peran agama-agama.

“Mereka yang sependapat dengan filsuf Jerman itu sering bertanya, jika benar agama-agama mengajarkan perdamaian, mengapa justru banyak peperangan atas nama agama terjadi di banyak negara,” jelas Ahmad Basarah.

Untuk itu, Ketua DPP PDI Perjuangan ini mengaku sangat gembira G20 Religion Forum (R20) dilaksanakan di Bali, tempat multikulturalisme berkembang subur.

Ahmad Basarah berharap, semua delegasi pemuka agama yang hadir di forum internasional ini menyaksikan langsung kedamaian dan persaudaraan antarumat beragama di Bali, lalu teladan baik ini mereka diseminasikan di negara masing-masing. ‘

“Di Bali pernah terjadi bom teror, pelakunya orang dengan agama tertentu yang berbeda dengan agama yang dianut mayoritas warga Bali. Tapi, sampai kini warga Bali tidak menaruh dendam pada masyarakat Indonesia yang seagama dengan pelaku teror. Pikiran rasional seperti inilah yang harus diperkenalkan kepada para delegasi pemuka agama-agama itu,” jelas Wakil Ketua Lakpesdam PBNU itu.

Ahmad Basarah juga berharap, G20 Religion Forum (R20) dijadikan pintu masuk untuk memperkenalkan Islam Indonesia yang ramah kepada dunia internasional.

“Para delegasi yang menghadiri Forum R20 ini hendaknya ditekankan bahwa toleransi beragama itu timbul karena sejak awal para pendiri bangsa memilih Pancasila sebagai ideologi negara yang mempersatukan perbedaan di antara penganut agama-agama,” ujar Dosen Universitas Islam Malang itu.

Dikatakan, lewat sila pertama Pancasila, Bung Karno berkali-kali menekankan bahwa semua rakyat Indonesia harus bertuhan sambil harus menghormati agama-agama di luar agama mereka.

“Makanya, biarpun Borobudur adalah tempat ibadah umat Budha, tapi jumlah turis terbesar di sana justru umat Islam Indonesia sebagai mayoritas penduduk negeri ini,” tegas Ahmad Basarah.

Sekretaris Dewan Penasihat PP Baitul Muslimin Indonesia ini juga memberi contoh, Indonesia pernah menerbitkan uang rupiah lawas pecahan Rp 20 ribu yang viral diperbincangkan di India.

Di lembar pecahan uang itu terdapat gambar Ganesha, padahal India sendiri yang dihuni mayoritas Hindu tidak memiliki uang kertas bergambar dewa umat Hindu itu.

Inilah yang membuat Kepala Pemerintahan Wilayah Ibu Kota Delhi, Arvind Kejriwal, menjadikan Indonesia sebagai contoh terbaik toleransi umat beragama beberapa waktu lalu.

“Tingginya tingkat toleransi bangsa Indonesia itu menjadi modal kita untuk mengatakan pada dunia bahwa perbedaan agama, kepercayaan, bahasa, suku dan budaya adalah berkah dan bukan kutukan sebagaimana terjadi di berbagai negara lain,” tandas Ahmad Basarah.

Perhelatan G20 Religion Forum (R20) dibuka Rabu pagi, berlangsung sejak 2-3 November 2022. Hadir dalam acara pembukaannya antara lain Menkopolhukam Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

Pertemuan tokoh-tokoh agama tingkat dunia ini diinisiasi oleh PBNU dan diketuai secara bersama dengan Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL). Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf tampak mendampingi Sekretaris Jenderal MWL, Syekh Mohammed Al-Issa.(RM.ID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *