Buka Raker IKAFEB Trisakti, Bamsoet Ajak Antisipasi Ancaman Krisis Ekonomi Global

JAKARTA.BANPOS-Ketua MPR Bambang Soesatyo mengingatkan kondisi perekonomian global sedang tidak baik-baik saja. Penyebabnya, mulai dari perang dagang Amerika dan China, pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara, perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung, hingga eskalasi ketegangan politik antara China dengan Taiwan, dan antara Korea Utara dengan Korea Selatan.

Laporan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam World Economic Outlook pada Juli 2022 memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini sebesar 3,2 persen, atau melemah hampir separuh dari realisasi pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 6,1 persen. Bahkan, dalam update laporan World Economic Outlook pada Oktober 2022, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan semakin melemah pada tahun 2023 dengan proyeksi sebesar 2,7 persen.

“Kondisi perekonomian global juga terancam oleh lonjakan inflasi yang terjadi di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data Trading Economic September 2022, beberapa negara bahkan mengalami inflasi yang super tinggi. Misalnya Zimbabwe 285 persen, Lebanon hampir 162 persen, Suriah 139,5 persen, Sudan 125,4 persen, Venezuela 114,1 persen dan Turki 80,2 persen,” ujar Bamsoet, sapaan akrab Bambang, saat membuka Rapat Kerja (Raker) Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (IKAFEB) Universitas Trisakti, di Jakarta, Sabtu (5/11).

Acara ini turut dihadiri Ketua Umum Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (IKAFEB) Universitas Trisakti Pahlevi Pangerang, Ketua Umum Ikatan Alumni Trisakti Silmy Karim, dan Sekretaris Jenderal IKAFEB Universitas Trisakti Nursasongko Hendradjati.

Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan global menyebabkan lebih dari 60 negara terancam akan mengalami kebangkrutan ekonomi dan ambruk. IMF memperkirakan sepertiga negara di dunia akan menghadapi ancaman resesi ekonomi. Tiga kekuatan ekonomi terbesar, yaitu Amerika Serikat, China, dan Eropa juga akan mengalami tekanan. Amerika dipastikan akan tergelincir ke dalam jurang resesi dengan proyeksi pertumbuhan 1,6 persen pada 2022 dan turun menjadi 1 persen pada 2023. Bahkan Eropa lebih buruk lagi, dengan proyeksi 3,1 persen menjadi hanya 0,5 persen pada 2023.

“Kita patut bersyukur, bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup menjanjikan, tercermin dari pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022 yang mencapai 5,44 persen year on year. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 pun diproyeksikan positif dan diperkirakan mencapai 5,8 persen. Secara umum, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 akan mencapai 5,3 persen. Bahkan IMF menyebut Indonesia menjadi titik terang di tengah kondisi memburuknya perekonomian global,” jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum SOKSI ini menerangkan, beberapa indikator yang menumbuhkan optimisme, antara lain tercermin dari indeks penjualan ritel pada September 2022 yang mencapai angka 200 atau mengalami pertumbuhan 5,5 persen. Indeks Manajer Pembelian manufaktur juga mengalami ekspansi di level 51,7 pada Agustus 2022. Sedangkan Indeks Keyakinan Konsumen pada September 2022 berada di kisaran 117,2. Meskipun mengalami penurunan dari Agustus dengan indeks sebesar 124,7, namun besaran indeks tersebut masih berada dalam zona optimis.

“Menyikapi berbagai gambaran kondisi di atas, di satu sisi kita tetap optimis menatap prospek ekonomi nasional, namun di sisi lain harus tetap menerapkan kewaspadaan tinggi. Karena sebagai bagian dari komunitas global, dan sekuat apapun pondasi perekonomian nasional, tidak akan membebaskan kita dari pengaruh kondisi ekonomi dunia dan geopolitik global,” pungkas Bamsoet.(RM.ID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *