JAKARTA, BANPOS – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid bersyukur dan mendukung Grand Launching Universitas Darunnajah dibarengkan dengan penyelenggaraan Konferensi Internasional Pengasuh Pesantren Se-Asia Tenggara.
Hidayat Nur Wahid mengatakan, pendirian Universitas Darunnajah oleh Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan, melanjutkan peristiwa sejarah dan semangat para tokoh bangsa dan pimpinan umat untuk menyiapkan satu universitas sebelum Indonesia merdeka.
Agar Indonesia sesudah kemerdekaannya diisi dan dikelola oleh sumberdaya manusia Indonesia yang terdidik dan berkeunggulan.
Menurut HNW, pendirian Universitas Darunnajah ini melanjutkan peristiwa sejarah bahwa sebelum Indonesia berdiri, terlebih dahulu dipersiapkan pendidikan tinggi dalam satu universitas.
Sehingga pada tanggal 8 Juli 1945, satu bulan sebelum Indonesia merdeka, pimpinan umat dan tokoh bangsa sudah mempersiapkan agar Indonesia merdeka nanti diisi para SDM unggul dan akademisi yang hebat-hebat.
Beberapa tokoh yang mendirikan perguruan tinggi Islam itu antara lain KH. Kahar Muzakir dari Muhammadiyah, KH. Wahid Hasyim dari NU, tokoh PUI KH. Achmad Sanusi yang tahun ini mendapat gelar pahlawan nasional.
Selain itu, tokoh dari partai Islam (Masjumi) yaitu Mr. Mochammad Roem dan Mochamad Natsir serta tokoh dari nasionalis kebangsaan yaitu Drs. Mohammad Hatta, mereka sepakat mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta.
Para tokoh ini memberi keteladanan dan pemaknaan tentang pentingnya universitas Islam untuk mempersiapkan kader bangsa berkeunggulan untuk mengisi kemerdekaan.
Artinya, lanjut Hidayat, sydah sangat sewajarnya bila pendirian dan pengelolaan Universitas Islam menjadi embrio terjalinnya ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah Wathoniah dan Basyariyah.
Maka para tokoh itu berbeda latar belakang ormas dan politik, baik Islam dan nasionalis, tapi mereka bisa sepakat dan berkolaborasi. Sehingga bisa berkontribusi hadirkan Indonesia merdeka, sekaligus menyepakati kreasi agar Indonesia merdeka nanti diisi sumber daya manusia yang berkeunggulan.
“Karenanya disiapkanlah Sekolah Tinggi Islam yang kemudian berubah menjadi Universitas Islam Indonesia. Kita semua sekarang ini, di kampus Universitas Darunnajah ini, merasakan adanya aura dan spirit kuat, betapa semangat itu akan dilanjutkan dengan berdirinya Universitas Darunnajah,” kata HNW dalam Pembukaan Konferensi Internasional Pengasuh Pesantren Se-Asia Tenggara dan Grand Launching Universitas Darunnajah di Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta, Senin (7/11).
Pembukan konferensi internasional dan launching Universitas Darunnjah ini dihadiri Ketua Dewan Masjid Indonesia yang juga Ketua Dewan Penyantun Universitas Darunnajah H. Jusuf Kalla, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor KH. Hasan Abdullah Sahal, Rektor Universitas Islam Madinah Syekh Dr. Hasan bin Abdul Muním Al-Aufi, Pengasuh Pesantren dan Presiden Pesantren Darunnajah Dr. KH. Sofwan Manaf, Presiden Pengasuh Pesantren Indonesia (P2I) Dr. KH. M. Tata Taufik.
Sementara Wakil Presiden Prof. KH. Ma’ruf Amin yang sekarang sedang menjalankan tugas negara di Mesir, hadir secara virtual sekaligus membuka secara resmi konferensi internasional dan grandlaunching Universitas Darunnajah.
HNW, sapaan Hidayat Nur Wahid, menyebutkan pemilihan tanggal 7 November dari Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin sebagai hari launching Universitas Darunnjah, adalah pemilihan yang mempunyai makna sejarah yang baik dan sangat tepat.
Sebab dulu pada tanggal 7-8 November 1945, berlangsung Kongres Umat Islam Indonesia yang pertama di Yogyakarta yang dihadiri NU, Muhammadiyah, Persis, PUI, dan seluruh Ormas dan partai-partai Islam.
Kongres ini menghasilkan keputusan yang sangat penting, yaitu semuanya mendukung Fatwa dan Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari yang disampaikan pada 22 Oktober 1945, para kiai dan santri sepakat menghasilkan fatwa Jihad. Di mana umat Islam di daerah jihad, wajib ain hukumnya memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari kemungkinan dijajah kembali oleh Belanda.
“Keputusan yang kedua adalah mendirikan satu partai Islam, yaitu Madjelis Sjoero Moeslimin Indonesia atau disingkat Masjoemi,” jelas HNW.
HNW melanjutkan tanggal 7 November juga merupakan rangkaian dari hari-hari bersejarah. Dimulai dengan adanya Fatwa dan Resolusi Jihad pada 22 Oktober yang kemudian menjadi Hari Santri Nasional. Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda termasuk di dalamnya Jong Islamieten Bond bersama pemuda-pemuda lain berperan mempersiapkan Indonesia merdeka.
Kemudian tanggal 7-8 November 1945 dalam Kongres Umat Islam Indonesia di Yogyakarta, semua Ormas dan Orpol Islam sepakat mendukung resolusi atau Fatwa Jihad mempertahankan dan menyelamatkan Indonesia merdeka.
Selanjutnya, tanggal 10 November 1945, pemuda Soetomo sangat terpengaruh dengan Fatwa dan Resolusi Jihad maka dengan pekikannya yang menggelegar yaitu “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Merdeka” telah menggerakan para pemuda mengikuti fatwa kiai, membuat laskar santri, Lasykar Hizbullah, Lasykar Sabilillah dll, demi mempertahankan Indonesia merdeka.
Saat ini, 77 tahun kemudian, pada 7 November 2022, di Pondok Pesantren Darunnajah, Prof. K.H. Ma’ruf Amin memilih sebagai tanggal launching Universitas Darunnajah. Tanggal 7-8 November menjadi tanggal bersejarah, pondok pesantren Darunnajah mendidik, dan mengembangkan sumber daya manusia santri dan mahasiswanya.
Bukan hanya berskala nasional saja, sesuai dengan keteladanan para tokoh bangsa dan pimpinan umat saat perjuangkan Indonesia Merdeka, Ponpes Darunnajah selain melaunching Universitasnya, juga menyelenggarakan konferensi internasional pengasuh pesantren untuk mempersiapkan Pesantren yang terus mampu berkontribusi hadirkan solusi kemanusiaan dan kebangsaan yang menandakan bahwa Islam memang rahmatan lil alamin.
“Ini dibuktikan dengan adanya berbagai disiplin ilmu dan komitmen peradaban yang terus bisa didalami dan diwujudkan. Itulah salah satu jati diri dari Ponpes dan Universitas Darunnajah yang penting dikembangkan dan diikuti oleh pesantren dan universitas-universitasnya,” pungkasnya.(RM.ID)
Tinggalkan Balasan