Gus Jazil: Milenial Masuk Politik, Bangsa Indonesia Akan Maju

TANGSEL, BANPOS – Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menilai perlu ada transformasi dalam sistem politik di Indonesia agar generasi muda mau masuk dalam dunia politik. Sebab, ia menyakini bila semakin banyak anak muda masuk dalam dunia politik, maka akan membuat bangsa Indonesia maju.

“Apakah sistem politik kita memungkinkan generasi milenial masuk? Saya agak pesimistis karena biaya politik di Indonesia tinggi, lalu bagaimana milenial ikut sistem tersebut,” kata Jazilul dalam diskusi bertajuk “Pemilih Pemula dan Potensi Kaum Muda sebagai Bonus Demografi untuk Kemajuan Bangsa”, di Tangerang Selatan (Tangsel), Rabu (9/11).

Gus Jazil menilai peran generasi muda khususnya milenial sangat penting untuk kemajuan bangsa Indonesia ke depan. Dia bilang, perkembangan apapun, titik tolaknya berasal dari politik yang menentukan arah bangsa.

“Jalur politik dianggap kaum milenial merupakan ‘jalan mewah’, sehingga partai politik (parpol) harus cari jalur agar anak muda masuk dunia politik,” saran Wakil Ketua MPR ini.

Selain itu, Jazilul menyoroti terkait dibatasinya sosialisasi dan pendidikan politik di lembaga pendidikan dan tempat ibadah. Semestinya, kata dia, lembaga pendidikan seperti kampus merupakan tempat berkumpulnya generasi milenial sehingga efektif dalam memberikan sosialisasi politik.

Sehingga, ia mengaku heran kenapa generasi muda malah dijauhkan dari dunia politik, karena disebut kampus harus steril dari politik. Hal Itu akan menjadikan politik sebagai ‘barang’ mewah.

“Bila kaum milenial tidak boleh diajari politik maka akan membuat perkembangan Indonesia lambat,” kritiknya.

Karena itu, dia menyarankan adanya revisi terhadap Undang-Undang (UU) Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik (parpol) untuk kepentingan generasi milenial agar mau masuk dalam dunia politik.

Senada, Wakil Ketua Komisi II DPR Yanuar Prihatin menilai perlu ada langkah peningkatan pendidikan dan pengetahuan politik bagi generasi muda di lingkungan lembaga pendidikan seperti sekolah dan kampus.

Langkah itu menurut dia, sebagai upaya untuk mengatasi salah satu persoalan meningkatnya apatis generasi muda terhadap dunia politik.
“Kurikulum juga perlu mempertimbangkan aspek-aspek politik yang bisa menjadi pengetahuan politik untuk diserap anak-anak didik,” ujar Yanuar dalam keterangannya, kemarin.

Juga kata Yanuar sosialisasi dan pendidikan politik perlu ditingkatkan termasuk di lembaga pendidikan sekolah. Yanuar menyebut ada beberapa penyebab munculnya fenomena sikap apolitis di kalangan generasi milenial.

Pertama, minimnya sosialisasi dan pendidikan politik yang dilakukan Pemerintah, partai politik (parpol) dan penyelenggara pemilu. Hal itu, kata Yanuar dapat dilihat dari rendahnya anggaran sosialisasi di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan penyelenggara pemilu, serta minimnya program bagi anak muda yang dibuat parpol.

Kedua, aspek sistemik, yang terlihat dari anak sekolah yang tidak kenal nama-nama menteri, partai politik. “Itu menunjukkan tidak adanya kesinambungan dalam kurikulum di sekolah,” kata dia.

Ketiga, berubahnya orientasi pandangan generasi muda, yaitu politik menjadi opsi terakhir mereka sebagai pilihan dalam hidupnya. Politikus PKB ini menilai hal yang diminati kalangan generasi milenial adalah terkait gaya hidup, kemapanan, dan kebebasan sehingga tidak ada yang terkait politik.

Keempat, politik dianggap tidak kompatibel karena ada gap dengan anak muda. Pergeseran tersebut menjadi poin penting, karena ada perbedaan patron klien.

Menurut dia, harus ada orientasi patron bagi kalangan milenial sehingga elit politik harus adaptif terhadap isu generasi muda yang identik dengan dunia kreatif dan imajinatif.

Terakhir, kata dia, saat ini akses informasi yang beredar di masyarakat lebih beragam sehingga membuat orang memilih mana yang paling dianggap benar.(RM.ID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *