Di Bali, Yang Musuhan Jadi Pamer Kemesraan

BALI, BANPOS – Gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali membawa kedamaian. Pemimpin negara yang selama ini musuhan, bisa pamer kemesraan seperti yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dengan Presiden China Xi Jinping. Keduanya melakukan pertemuan bersejarah, kemarin. Selain dengan Biden, Jinping rencananya akan bertemu dengan Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, hari ini. Ini menjadi pertemuan pertama pemimpin Australia dan China sejak hubungan kedua negara memburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Jinping tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, dengan menggunakan pesawat kepresidenan Air China, kemarin. Dia disambut Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Gubernur Bali I Wayan Koster. Jinping juga disambut tarian khas Bali, Tari Pendet.

Jinping dikawal ketat. Dia juga membawa mobil khusus berkode Hongqi N701 untuk dipakai selama KTT G20 di Bali. Jinping juga diagendakan bertemu beberapa pemimpin negara. Salah satunya Presiden AS Joe Biden. Pertemuan dengan Biden digelar kemarin sore.

Biden dan Jinping melakukan pertemuan di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, pukul 17.30 WITA. Keduanya pun menampilkan kemesraan di depan media. Keduanya saling berjabat tangan dan melempar senyum. Padahal, keduanya selama ini tidak akur.

Biden yang mengenakan jas berwarna biru terlihat lebih enjoy. Senyumnya lebar. “Senang bertemu denganmu,” kata Biden kepada Jinping. Sapaan Biden disambut hangat Jinping. “Senang juga bertemu denganmu”.

Keduanya pun langsung masuk ke dalam ruang pertemuan. Biden pun merangkul Jinping. Para anak buah kedua pimpinan negara besar itu, mengikuti dari belakang. Kedua negara pun duduk di meja berwarna biru dan saling berhadap-hadapan.

Pertemuan dilakukan selama tiga jam dan tertutup. Usai melakukan pertemuan, Biden pun menggelar jumpa pers.

Biden mengatakan, pertemuan dengan Jinping diwarnai nostalgia saat kedua pemimpin itu sama-sama menjabat sebagai wakil presiden di negara masing-masing. Kemudian, Biden mengatakan, dia dan Jinping bertanggung jawab dalam mengelola perbedaan China dan AS.

“Menurut saya, sebagai pemimpin kedua negara kita bertanggung jawab, untuk menunjukkan bahwa China dan Amerika Serikat dapat mengelola perbedaan kita, mencegah persaingan menjadi sesuatu yang mendekati konflik, dan untuk menemukan cara untuk bekerja sama dalam isu-isu global yang mendesak, yang membutuhkan kerja sama kita bersama,” kata Biden.

Biden menambahkan, AS dan China memainkan peran kunci dalam mengatasi tantangan global. Mulai dari perubahan iklim hingga pangan. Biden berharap, negaranya dan negara Jinping dapat bekerja sama.

Biden juga bicara soal perang dingin dengan China. “Saya benar-benar percaya tidak akan ada Perang Dingin baru. Saya tidak berpikir ada upaya segera dari pihak China untuk menyerang Taiwan,” kata Biden menjawab pertanyaan wartawan.

Biden juga mengatakan, dia telah menjelaskan kebijakan AS terhadap Taiwan tidak berubah sama sekali dan AS ingin melihat masalah diselesaikan secara damai.

Dalam kesempatan itu, Jinping juga mengatakan, sangat senang bertemu dengan Biden. Menurut dia, dirinya terakhir kali bertemu dengan Biden pada 2017 di Forum Ekonomi Dunia Davos. “Itu sudah lebih dari lima tahun lalu,” katanya.

Jinping menambahkan, sebagai pemimpin dua negara besar, Amerika dan China perlu memetakan arah yang tepat mengenai hubungan bilateral keduanya. Pemimpin Partai Komunis China itu bahkan membuka potensi meningkatkan kerja sama.

Usai bersua dengan Biden, Jinping direncanakan akan melanjutkan bertemu Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, hari ini. Pertemuan ini juga mencetak sejarah. Selama ini hubungan Australia dengan China memang kurang akur.

Albanese mengatakan, dirinya berniat untuk menegaskan posisi Australia dalam berbagai isu internasional saat bertemu dengan Jinping.

“Australia akan mengedepankan posisi kami. Saya berharap dapat melakukan diskusi konstruktif dengan Presiden Xi besok (hari ini),” ujarnya.

Menurut dia, dialog merupakan kebiasaan setiap pemimpin negara jika bertemu. Dia mengaku, tidak alergi melakukan diskusi dengan pemimpin negara manapun.

“Sejak saya menjadi perdana menteri dan juga sebelumnya, saya sudah mengatakan bahwa dialog merupakan hal yang baik. Kita perlu berbicara guna menciptakan saling pengertian,” tegas dia.(RM.ID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *