JATENG, BANPOS – Komitmen Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) kini telah dirasakan manfaatnya oleh warga.
Energi ramah lingkungan yang dihasilkan dapat dinikmati warga secara murah, bahkan gratis. Pengembangan EBT dilakukan dengan pemberian bantuan di sejumlah wilayah.
Di antaranya, biogenic shallow (gas rawa), biogas, pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), dan sebagainya.
Warga Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Uni menuturkan, mesin biogenic shallow di desanya sudah berfungsi sekitar satu bulan lalu.
Bantuan dari Gubernur Jawa Tengah itu kini bisa dimanfaatkan warga untuk kebutuhan gas secara gratis.
“Sudah bisa digunakan satu bulan yang lalu. Saat ini masih gratis,” katanya, Senin (14/11).
Ditambahkan, adanya bantuan tersebut membuat warga sangat mudah mendapatkan pengganti gas elpiji. Biasanya, dalam satu bulan ia membutuhkan tiga sampai empat tabung gas elpiji ditambah dengan bahan bakar kayu.
“Ini lebih murah dan lebih irit. Ya, dalam sebulan bisa irit Rp100 ribu. Uang itu bisa buat kebutuhan lain, belanja atau jajan anak,” lanjutnya.
Ketua RT 6 RW 1 Krendowahono, Solihin menambahkan, ada 30 kepala keluarga yang teraliri dari hasil gas rawa tersebut.
“Ada 30 kepala keluarga yang dapat manfaat dari bantuan Pak Ganjar ini. Saat ini masih gratis, kita lihat dulu habisnya listrik untuk mesin, nantinya baru dihitung untuk swadaya masyarakat,” tuturnya.
Bantuan serupa juga dilakukan di Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara. Ada 100 kepala keluarga yang mendapat manfaat.
Kepala Desa Bantar, Eko Purwanto menyatakan, bantuan pengembangan gas rawa di desanya dilakukan secara bertahap. Sampai 2021, gas tersebut sudah dapat disalurkan ke 100 kepala keluarga.
“Ini sangat bermanfaat, dari 600 kepala keluarga sudah ada 100 kepala keluarga yang mendapat manfaat dari gas rawa ini,” paparnya.
Warga Desa Bantar, Badar, mengaku senang karena bantuan tersebut sebagai langkah solutif untuk pemenuhan kebutuhan gas. Sebab, gas elpiji di desanya tergolong susah untuk mendapatkannya.
“Senang karena ini lebih mudah dan murah. Kalau di sini gas elpiji bisa Rp23 ribu per tabung, dan susah,” tuturnya.
Sementara, di Desa Sidomulyo, Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan untuk aliran listrik warga didapat dari pembangkit listrik tenaga mikrohodro (PLTMH).
“Ada dua PLTMH bantuan dari Pak Ganjar di tahun 2022 itu di dusun parakandowo, dan yang satu ini sudah lama tapi rusak dan diperbaiki di tahun 2019 lalu,” ungkapnya.
Listrik yang dihasilkan, tambah dia, digunakan untuk keperluan penerang jalan, lokasi wisata, fasilitas umum, dan rumah tangga.
“Total ada 80 kepala keluarga, dan sarana prasarana umum seperti balai desa, masjid, sekolah dan tempat wisata,” tutur dia.
Yuli, warga Desa Sidomulyo memanfaatkan aliran listrik tersebut untuk keperluan rumah tangga sekaligus usaha menjahit.
“Iya untuk seluruh rumah dan usaha menjahit ini. Karena lebih murah, cukup Rp 20 ribu per bulan,” bebernya.
Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam pengembangan EBT terus dilakukan. Salah satunya dengan program “Jelajah Energi” oleh Dinas ESDM. Program itu untuk menelisik sekaligus kampanye penggunaan EBT, baik di masyarakat maupun perusahaan.
Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko, menyampaikan bahwa Jelajah Energi sudah kali kedua dilaksanakan.
Kali ini ada 7 lokasi yang didatangi. Yakni, CV Jaya Setia Plastik (Demak), PT Djarum (Kudus), Biogenic Shallow (Karanganyar), PLTSa Putri Cempo (Solo), PT Sarihusada Generasi Mahardika (Klaten), PT Tirta Investama (Klaten), dan PLTMH Ngesrepbalong (Kendal).
“Sesuai dengan komitmen Pak Gubernur, kita akan terus mengembangkan energi baru dan terbarukan di Jateng,” tandasnya.(RM.ID)
Tinggalkan Balasan